Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

China Revisi Data Covid-19, Korban Meninggal Naik 50%, WHO: Negara Lain Akan Lakukan Hal Sama

China merevisi data korban meninggal akibat virus corona (Covid-19) setelah terdapat kesalahan dalam menghitung angka kematian.

AFP/FABRICE COFFRINI
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss, Rabu (11/3/2020), menyampaikan penilaian bahwa virus corona jenis baru (COVID-19) sebagai pandemi. 

TRIBUNTERNATE.COM - China merevisi data korban meninggal akibat virus corona (Covid-19) setelah terdapat kesalahan dalam menghitung angka kematian. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, banyak negara akan mengikuti China merevisi data korban meninggal Covid-19 jika wabah bisa teratasi.

Wuhan, episentrum virus corona, mengakui terdapat kesalahan dalam menghitung angka kematian setelah data terbaru menunjukkan terdapat kenaikan 50 persen.

Pengumuman yang disampaikan ibu kota Provinsi Hubei itu terjadi setelah dunia menyoroti dugaan kurangnya transparansi China selama wabah.

WHO menyatakan, Wuhan sudah kewalahan karena Covid-19, dengan otoritas lokal sibuk memastikan setiap infeksi dan korban meninggal tercatat dengan baik.

Presiden China Xi Jinping Buka-bukaan soal Senjata Ampuh untuk Memerangi Virus Corona, Ini Katanya

Otoritas di kota itu disebut awalnya disebut berusaha menutupi data sebenarnya, antara lain dengan menghukum dokter yang berusaha memberikan peringatan.

Kemudian terdapat keraguan mengenai datanya karena mereka berulang kali melakukan perubahan pada datanya ketika puncak wabah terjadi.

"Ini adalah tantangan selama pandemi, mengidentifikasi setiap kasus dan data kematian," ucap Maria van Kerkhove, ketua satuan tugas Covid-19 WHO.

Dia menuturkan, pihaknya mengantisipasi negara lain akan melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Beijing untuk mengecek kembali data mereka.

Van Kerkhove menerangkan, saat ini pemerintah Wuhan sudah mulai memeriksa dan melakukan pengecekan silang kematian karena virus corona.

Wuhan menambahkan 1.290 kematian baru, sehingga data total menunjukkan mortalitas di sana 3.869, dan 325 kasus baru, dengan totalnya 50.333 infeksi.

Dilansir AFP Jumat (17/4/2020), Van Kerkhove mengatakan, karena sistem layanan kesehatan kewalahan, sejumlah pasien disebut meninggal di rumah.

Anggap WHO Gagal Tangani Pandemi Covid-19, Donald Trump Resmi Hentikan Sementara Aliran Dana

Kemudian ada juga yang wafat di fasilitas darurat. Medis yang fokus merawat pasien disebut tidak bisa menyelesaikan laporannya tepat waktu.

"Setiap negara akan menghadapi ini (pengecekan ulang)," kata Michael Ryan, direktur darurat organisasi kesehatan di bawah PBB tersebut.

Dia pun mendesak setiap negara untuk menyediakan data akurat secepat mungkin agar WHO bisa segera menganalisa dampak dan membuat proyeksi kebijakan.

Harapan di Afrika

Lebih dari duta juta terinfeksi virus corona, dengan saat ini berdasarkan situs Worldometers, 150.000 orang mengembuskan napas terakhir.

Kebanyakan kasus infeksi dan kematian karena virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 tercatat di Benua Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, berujar saat ini kekhawatirannya adalah terjadinya peningkatan di Afrika.

Berdasarkan data terakhir yang masuk, terdapat 11.843 kasus positif dengan 550 korban meninggal yang telah terkonfirmasi di sana.

"Dalam sepekan terakhir, terdapat 51 persen kenaikan angka penularan positif di benua saya sendiri, Afrika, dan 60 persen kenaikan pada korban meninggal," ujar Tedros.

Tetapi Ryan menjelaskan, situasinya saat ini belum terkategorikan parah mengingat pengalaman panjang benua itu menangani wabah mematiakn.

"Kami tidak percaya, pada titik ini, banyak penyakit ini sudah melampaui kapasitas yang bisa ditawarkan benua tersebut," papar Ryan.

Begini Jawaban China atas Keraguan Negara Barat soal Data Kematian Virus Corona di Wuhan

Pasar basah

Pasar basah di sejumlah telah di China mulai dibuka lagi, dengan banyak pihak menyebut tempat itu adalah sumber dari pandemi Covid-19.

Lokasi itu merupakan tempat favorit untuk membeli daging segar dan sayuran di seantero Asia, karena harganya yang terbilang murah.

Tedros berkata, pasar basah itu memang menjadi sumber penting bagi publik. Tapi, dia menuturkan sering itu dikelola dengan tidak higienis.

"Posisi WHO adalah, ketika pasar itu dibuka kembali, maka aturannya adalah mereka harus menaati standar keselamatan serta higienis," tegas dia.

Mantan Menteri Kesehatan Etiopia itu menyatakan, pemerintah juga harus tegas untuk melarang perdagangan dan konsumsi hewan liar.

(Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "China Revisi Angka Korban Meninggal Covid-19, WHO: Negara Lain Akan Melakukan Hal Sama"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved