Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Ini Alasan Mengapa Kondisi Pasien Corona Bisa Memburuk pada Minggu Kedua

Sejumlah pasien virus corona kondisinya memburuk pada minggu kedua setelah menunjukkan adanya gejala.

Editor: Sansul Sardi
Institut Virologi Wuhan via Daily Mail
Dua peneliti dari Institut Virologi Wuhan tengah melakukan penelitian. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penyebaran virus corona yang sangat cepat menimbulkan banyak keresahan di masyarakat.

Setidaknya ada sekitar 15 persen orang yang terinfeksi virus corona harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Akan tetapi, sejumlah pasien kondisinya akan memburuk pada minggu kedua setelah menunjukkan adanya gejala.

Hal ini seperti dialami seorang pasien Covid-19 di Kepahiang, Bengkulu, yang telah menjalani isolasi sejak Selasa (21/4/2020).

Menurut laporan media lokal, tiga warga Desa Tebat Monok yang dinyatakan positif dan dirujuk ke RSUD Kepahiang, terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

"Ibu dan anak dalam kondisi stabil, tetapi sang suami atau ayah dalam mengalami gangguan pada saluran pernapasan atas yang buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Bengkulu, Herwan Antoni.

Para pakar menggambarkan situasi ini sebagai "ambruk pada minggu kedua".

"Mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, dan sekitar tiga hari kemudian, mereka harus masuk ke unit perawatan intensif," kata Mark Nicholls, spesialis perawatan intensif dari Australian and New Zealand Intensive Care Society.

Wali Kota Tanjungpinang Meninggal karena Corona, Istrinya Hadiri Pemakaman Pakai APD & Berkursi Roda

Paulo Dybala Dilaporkan Masih Positif Covid-19 dalam Tes Virus Corona ke-4 yang Dilakukannya

Kondisi serupa dialami Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang tadinya dikabarkan hanya mengalami gejala ringan Covid-19, hingga akhirnya dimasukkan ke ICU.

Meski kebanyakan orang yang terinfeksi Covid-19 hanya mengalami gejala ringan dan akhirnya sembuh dalam waktu satu atau dua minggu, tercatat ada 15 persen yang harus dirawat di rumah sakit.

Lima persen di antaranya kritis.

Mungkin bukan virusnya, melainkan respons imun

Para pakar medis menyebutkan, dalam beberapa kasus terutama ketika kondisi pasien memburuk belakangan, penyebabnya bisa jadi bukan karena virusnya, melainkan justru karena respons tubuh terhadap virus.

Artinya, jumlah oksigen pada aliran darah Anda menurun, sehingga organ tubuh kekurangan oksigen.

Ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi adanya penyerang seperti SARS-CoV-2, ia memicu serangkaian respons untuk menahan dan membasmi infeksi.

Salah satunya, pelepasan protein pensinyalan kecil yang disebut sitokin, yang biasanya menyebabkan peradangan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved