Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Masuk 5 Negara dengan Militer Terkuat, Adu Kuat Anggaran China Vs India, Mana yang Lebih Unggul?

China bersama India, Amerika Serikat (AS), Korea Utara, dan Rusia berada di lima besar negara dengan militer terkuat.

Editor: Sansul Sardi
Diptendu Dutta / AFP
Seorang tentara China dan tentara India di perbatasan Nathu La, pegunungan Himalaya di antara kedua negara tersebut. Foto ini yang diambil sebelum konfrontasi terakhir. 

TRIBUNTERNATE.COM - Berikut perbandingan kekuatan militer antara Negara China dan India.

Seperti diketahui, belakangan ini bentrokan militer terjadi di perbatasan India dan China menjadi perhatian dunia.

Pertarungan tanpa adu tembak di Ladakh itu menewaskan sedikitnya 20 tentara India, sedangkan China belum melaporkan adanya korban jiwa atau tentaranya yang luka-luka.

Pertanyaan pun menyeruak, apakah militer India memang lebih lemah dari China?

Data dari Statista yang dilansir oleh Business Insider menyebutkan, China bersama India, Amerika Serikat (AS), Korea Utara, dan Rusia berada di lima besar negara dengan militer terkuat.

India berada di peringkat tiga, sedangkan China bertengger di urutan kedua dalam hal dana militer.

Timnas Indonesia Bakal Hadapi Jepang, Arab Saudi & China, Ini Hasil Drawing Piala Asia AFC U-16 2020

20 Tentara India Tewas dalam Konflik Perbatasan dengan China, Ini Kata PM Narendra Modi

Anggaran pertahanan India 55 miliar dollar AS (Rp 783,2 triliun), sedangkan China 4 kali lebih banyak yakni 225 miliar dollar AS (Rp 3,2 kuadriliun).

China memiliki lebih dari 2 juta tentara yang bertugas di dinas militer, berbanding 1,3 juta di pihak India.

Negeri "Tirai Bambu" juga lebih unggul di jumlah armada tank-nya yang mencapai 13.000 lebih, berbanding 4.100 lebih milik India.

Kendaraan tempur lapis baja China sekitar 40.000 unit, unggul jauh dibandingkan India dengan hanya 2.800 armadanya.

Begitu pun dengan peluncur roket, China memliki 2.050 berbanding India yang hanya sepersepuluhnya yakni 266.

Dalam foto yang dirilis 5 Mei 2013, menunjukkan tentara China membentangkan banner bertuliskan Kalian melewati batas, kembalilah di Ladakh, India. Dua negara terlibat konflik pertama dalam 45 tahun terakhir di perbatasan, di mana tentara mereka terlibat pertarungan tangan kosong yang menyebabkan puluhan prajurit tewas dan terluka.
Dalam foto yang dirilis 5 Mei 2013, menunjukkan tentara China membentangkan banner bertuliskan Kalian melewati batas, kembalilah di Ladakh, India. Dua negara terlibat konflik pertama dalam 45 tahun terakhir di perbatasan, di mana tentara mereka terlibat pertarungan tangan kosong yang menyebabkan puluhan prajurit tewas dan terluka. (AP Photo/File)

Beralih ke kekuatan di Angkatan Laut (AL), China memiliki 714 aset AL dibandingkan 295 aset di India.

Kapal selam China juga lebih banyak, mencapai 76 unit dan India hanya 16 unit.

Dilansir dari Times Now News, China telah memproduksi dan meluncurkan berbagai macam rudal balistik, mulai dari rudal jarak pendek hingga Rudal Balistik Antarbenua (ICBM).

Sementara itu Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) juga telah melakukan uji coba rudal balistik Prithvi-1 (jarak tempuh 150 km) dan Prithvi-2 (jarak tempuh 250 km), yang telah dimasukkan ke dalam angkatan bersenjata.

Lalu bagaimana perbandingan dengan kekuatan di Angkatan Udara?

China memiliki 3.000 lebih pesawat dibandingkan 2.000 armada di India, tetapi yang lebih krusial adalah China memiliki jumlah pesawat tempur dua kali lebih banyak dibandingkan India.

Pria di China Ini Jadi Sorotan, Berat Badan Naik 100 Kg Selama 5 Bulan Lockdown Virus Corona

Berubah Sikap, Gubernur Sultra Kini Izinkan 500 TKA China Bekerja di Konawe

Sejak tahun 1990-an China gencar meningkatkan kekuatan militer mereka.

Saat itu China memiliki 5.000 pesawat tempur tapi sebagian besar sudah usang seperti Soviet MiG 19s dan MiG 21s.

Kini armada jet tempur China telah diperbarui, tapi tidak semua armadanya bisa dikerahkan ke perbatasan India-China.

Purnawirawan petinggi militer India Ravinder S Chhatwal mengatakan, "Untuk meluncurkan pertahanan udara apa pun, pesawat tempur harus dikerahkan dekat perbatasan, kira-kira sekitar 200-300 km dari perbatasan musuh."

"Melawan India, China harus mengerahkan pesawat tempurnya di Tibet dan lapangan udara Xinjiang yang berdekatan.

China memiliki 2.011 pesawat tempur, tetapi kebanyakan dari mereka dikerahkan di pesisir timur."

"Mereka tidak bisa mengerahkan semuanya melawan India karena terbatasnya lapangan terbang di Tibet."

Tibet disebutnya merugikan China dan sebaliknya menguntungkan India.

"Mereka (Tibet) hanya punya sekitar lima lapangan terbang utama (Kongka Dzong, Hoping, Pangta, Linzhi, dan Gargunsa), dan dua lainnya di Xinjiang (Hotan dan Kashgar)."

"Mereka sedang mengembangkan tiga lapangan terbang lagi di Tibet yang kemungkinan siap pada 2022," terangnya dikutip dari Times Now News.

Chhatwal melanjutkan, untuk untuk melaksanakan operasi pesawat tempur secara kontinu lapangan udara harus saling mendukung.

"Dengan saling mendukung, maksud saya, jika Anda lepas landas dari lapangan terbang harus ada lapangan terbang lain di dekatnya dalam jarak 100-200 km, untuk dapat melakukan pengalihan dan lain-lain jika Anda memiliki lapangan terbang alternatif."

Di dua wilayah utara sektor Xinjiang, Hotan dan Kashgar jaraknya 450 km, sementara jarak antara Hotan dan Gargunsa adalah 550 km.

Hotan ke Korla jaraknya 750 km sehingga mereka tidak saling mendukung.

Di Tibet barat, hanya ada satu lapangan terbang, Gargunsa.

Jika Gargunsa dibom oleh AU India, akan ada jarak 1.500 km antara Hotan dan lapangan udara terdekat Hoping, urai Chhatwal.

Chhatwal lalu menyimpulkan penjelasannya, dengan menguraikan bahwa untuk memarkir pesawat saat operasi tempur, itu harus dilakukan di tempat perlindungan yang tahan ledakan.

Tapi, China tidak memiliki satu pun di wilayah tersebut.

"Setelah Doklaim, mereka menyadari kesalahannya dan sekarang mulai membangunnya di lapangan terbang Kongka Dzong." (Kompas.com/Aditya Jaya Iswara)

Adu Kuat Anggaran Militer

Kawasan perbatasan India- China tengah memanas.

Tentara penjaga perbatasan kedua negara terlibat bentrokan berdarah dan menewaskan setidaknya 20 orang pasukan India, sementara China belum merilis laporan resmi jumlah korban di pihaknya.

Baik China maupun India, kedua sama-sama meningkatkan jumlah personil tentara di perbatasan, termasuk menambah artileri, pesawat tempur, dan kendaraan lapis baja di dekat perbatasan.

Dengan situasi di ambang perang, sebenarnya seberapa kuat militer kedua negara dilihat berdasarkan pertahanannya?

Dikutip Kompas.com dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sebuah lembaga riset kekuatan militer dunia yang berpusat di Swedia, China dan India selama ini jadi negara dengan belanja militer yang boros.

Anggaran militer China sebagaimana dicatat SIPRI pada tahun 2019 yakni sebesar 261 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.713 triliun (kurs Rp 14.222) atau meningkat sebesar 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara India, sebagaimana dicatat SIPRI, anggaran militernya pada tahun 2019 sebesar 71,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.012 triliun.

Anggaran militer India tumbuh 6,8 persen dibandingkan tahun 2018.

Dari sisi anggaran, India tertinggal cukup jauh dibandingkan China. Namun India memiliki keuntungan karena mendapatkan sokongan dari Amerika Serikat yang jadi kekuatan militer utama dunia.

India dengan populasi kedua terbesar dunia, saat ini memiliki jumlah tentara sebesar 3.544.000.

Jumlah ini lebih besar ketimbang yang dimiliki China yang tercatat memiliki tentara sekitar 2.693.000.

Meski demikian, nilai anggaran militer yang dirilis SIPRI berasal dari sumber yang terbuka masing-masing negara.

Artinya, belanja militer setiap negara kemungkinan bisa saja jauh lebih tinggi mengingat kerahasiaan pertahanan negara.

Terakhir kali, kedua negara terlibat perang pada tahun 1962 yang dimenangi oleh China.

Kekalahan India membuat China menduduki secara de facto wilayah pegunungan yang saat ini disebut Aksai Chin.

Kedua negara sama-sama memiliki senjata nuklir, sehingga konflik India-China di sekitar Pegunungan Himalaya ini memicu kekhawatiran global.

Ketegangan dengan China juga membuat sejumlah kalangan di India menyerukan boikot produk negara komunis tersebut.

Konfederasi Pedagang India meminta warga India untuk memboikot barang-barang China.

Partai berkuasa dari sayap nasionalis garis keras pendukung Perdana Menteri Narendra Modi, Partai Bharatiya Janata, juga menyuarakan boikot produk Cina dan membatalkan kontrak kerja dengan sejumlah perusahaan Cina.

Pemimpin Partai BJP, Ram Madhav, mengatakan India harus mengurangi impor dari Tiongkok.

Dia menegaskan India memiliki potensi untuk memproduksi bahan kimia, ponsel dan lainnya,.

"Kami mengimpor bahan kimia, komponen ponsel dan tombol. Apakah mereka sangat penting untuk diimpor? Barang itu dapat diproduksi di India," ujar Madhav saat berbicara kepada kantor berita India, ANI.

"Kita harus mengurangi impor dari negara lain tetapi khusus dari China," kata Madhav lagi. (Kompas.com/Muhammad Idris)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Konflik Perbatasan India-China, Seberapa Kuat Militer Kedua Negara?" dan "Adu Kuat Anggaran Belanja Militer China Vs India"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved