Ledakan di Beirut
Menakar Besar Energi Ledakan di Beirut Lebanon Dibanding Bom Nuklir, Besar Mana?
Fokus penyelidikan saat ini adalah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat dengan tidak benar.
TRIBUNTERNATE.COM - Nama Pelabuhan Beirut di Ibu Kota Lebanon tengah menjadi sorotan dunia.
Seperti diketahui, di lokasi tersebut baru saja terjadi ledakan dahsyat pada Selasa (4/8/2020).
Di mana ledakan besar itu menghancurkan kota, merusak gedung, menewaskan lebih dari seratus orang, dan melukai ribuan lainnya.
Rekaman ledakan, baik dari video dan foto, menunjukkan gelombang ledakan dan awan merah menjulang. Beberapa potret dibandingkan dengan awan jamur yang disebabkan bom nuklir.
Penyebab pasti ledakan belum jelas. Namun fokus penyelidikan saat ini adalah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat dengan tidak benar.
Ledakan tersebut tercatat sebagai gempa bumi berkekuatan M 3,3 dan efek ledakannya dirasakan bermil-mil jauhnya dari lokasi ledakan.
• Pemerintah Lebanon Sebut Kerugian Akibat Ledakan Dahsyat di Beirut Capai Rp 218 Triliun
• Soal Ledakan di Beirut Lebanon, Donald Trump: Mungkin Itu Serangan, tapi Belum Ada yang Tahu
Para ahli mengatakan kepada Insider bahwa ledakan itu kemungkinan memiliki energi ledakan sangat besar, setara beberapa ratus ton TNT.
Trinitrotoluena (TNT atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 80 derajat Celsius.
TNT adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol.
Jeffrey Lewis, seorang ahli senjata nuklir dan konvensional di Middlebury Institute of International Studies di California, memperkirakan energi ledakan yang dihasilkan antara 200 sampai 500 ton TNT.
"Ini berdasar kerusakan akibat ledakan, gelombang kejut, sinyal seismik, dan ukuran kawah," kata Lewis dilansir Science Alert, Kamis (6/8/2020).
Daya ledak sebesar itu setidaknya dua kali lipat lebih besar dari Ledakan Udara Senjata Besar GBU-43/B yang dijuluki "Ibu dari Semua Bom", senjata non-nuklir terkuat di gudang senjata AS dengan ledakan sekitar 11 ton.
Senjata itu pertama kali digunakan dalam pertempuran pada April 2017 melawan ISIS di Afghanistan.
Ledakan di Beirut, Lebanon, begitu kuat sehingga beberapa pengamat khawatir kota itu mengalami ledakan nuklir.
Kekhawatiran itu diperburuk dengan awan jamur yang menjulang tinggi di atas lokasi ledakan.