Buntut 2 Serangan dalam Sehari, Perancis Naikkan Status Darurat Tertinggi & Terjunkan 4.000 Tentara
Polisi mengidentifikasi tersangka pembunuhan bernama Brahim Aouissaoui (21), seorang migran Tunisia yang baru-baru ini memasuki Perancis dari Italia.
TRIBUNTERNATE.COM - Pembunuhan tiga orang di sebuah gereja di Nice Perancis menyedot perhatian publik.
Atas kejadian ini Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, negaranya "diserang" ekstremisme.
Seperti diketahui, seorang penyerang bersenjata pisau memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Kota Nice, Perancis, pada Kamis (29/10/2020), yang dicurigai merupakan serangan teroris.
Dilansir dari The New Daily, sekitar 4.000 personel tentara, yang berpotensi ditingkatkan menjadi 7.000 personel, akan diterjunkan di seluruh Perancis untuk melindungi berbagai tempat seperti sekolah dan gereja.
Baca juga: Buntut Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, PBB Desak Semua Negara Saling Menghormati
Baca juga: Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Begini Arahan Pemimpin Muslim di Perancis untuk Umat Islam
Pemerintah Perancis juga telah menetapkan status darurat ke level tertinggi.
Polisi mengidentifikasi tersangka pembunuhan bernama Brahim Aouissaoui (21), seorang migran Tunisia yang baru-baru ini memasuki Perancis dari Italia.
Serangan tersebut terjadi kurang dari dua pekan setelah insiden pemenggalan terhadap seorang guru di Paris, Samuel Paty.
Paty dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada siswanya di dalam kelas.
Dengan komunitas Muslim terbesar di Eropa, Perancis telah mengalami serangkaian serangan dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan itu termasuk pengeboman dan penembakan di Paris pada 2015 yang menewaskan 130 orang.
Pada 2016, terjadi lagi serangan di Nice, di mana seorang milisi mengendarai truk dan menabraki kerumunan massa ketika merayakan Hari Bastille.
Serangan tersebut menewaskan 86 orang.
Baca juga: Emmanuel Macron dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Negara-negara Arab Boikot Produk Perancis
Baca juga: Geram Islam Dihina, Arie Untung Buang Tas Buatan Perancis: Ini Ga Akan Kami Pakai Berapapun Harganya
"Saya mengatakan ini dengan sangat jelas (bahwa) kami tidak akan menyerah pada terorisme. Sekali lagi pagi ini, tiga rekan kami yang jatuh di Nice, dan jelas sekali Perancis sedang diserang,” kata Macron.
Beberapa jam setelah serangan Nice, polisi membunuh pria lain yang mengancam orang dengan pistol di Montfavet, dekat kota Avignon di Perancis selatan.
Serangan pada Kamis tersebut bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad.
Serangan itu juga terjadi di tengah kemarahan Muslim yang meningkat karena Perancis membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, negaranya bersama dengan Perancis setelah terjadi serangan tersebut.
"Ini adalah tindakan barbarisme yang paling kejam dan pengecut oleh seorang teroris dan harus dikutuk dengan cara sekuat mungkin," kata Morrisons di radio 2GB di Sydney, Australia.
Morrison mengatakan juga telah menghubungi Macron.
"Sakit hati yang akan dialami orang-orang Perancis saat ini karena menggigil di seluruh dunia sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata," kata Morrison.
Selain itu, banyak pemimpin dunia mengutuk serangan itu termasuk Inggris, Belanda, Italia, Spanyol, Arab Saudi, dan Turki.
Di sisi lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan awal pekan ini mengecam Macron dan Perancis karena membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.
Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki Fahrettin Altun mengatakan, Islam tidak dapat digunakan atas nama terorisme.
“Kami menyerukan kepada kepemimpinan Perancis untuk menghindari retorika yang menghasut lebih lanjut terhadap Muslim dan fokus menemukan pelaku ini dan tindakan kekerasan lainnya,” kata Altun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Status Darurat Tertinggi, Perancis Terjunkan 4.000 Personel Tentara Buntut 2 Serangan dalam Sehari"
Penulis : Danur Lambang Pristiandaru
Editor : Danur Lambang Pristiandaru