Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Direktur Jenderal WHO: Covid-19 Bukanlah Pandemi Terakhir yang Dihadapi Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan, krisis virus corona Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang terjadi di muka Bumi.

Instagram/drtedros
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi virus corona jenis baru penyebab penyakit Covid-19 telah berlangsung selama kurang lebih satu tahun.

Diketahui, virus corona Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada awal Desember 2019.

Kini, wabah virus corona telah merebak ke ratusan negara di seluruh dunia.

Data John Hopkins University per Minggu (27/12/2020) pukul 11:22 WIB menunjukkan, ada 80.331.940 kasus Covid-19 terkonfirmasi di 191 negara.

Dari angka tersebut, 1.757.371 orang meninggal dunia dan 45.388.233 orang dinyatakan sembuh.

Baca juga: Pesan Natal Paus Fransiskus: Pemimpin Dunia Harus Pastikan Vaksin Covid-19 Bisa Diakses Semua Orang

Baca juga: 16 Artis Indonesia Masuk Nominasi 100 Wajah Tercantik 2020 TC Candler: Ayu Ting Ting hingga Raisa

Baca juga: 4 Fakta tentang Viral Mesum Sesama Jenis antara Pasien Covid-19 dan Oknum Perawat di Wisma Atlet

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Instagram/drtedros)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan, krisis virus corona Covid-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang terjadi di muka Bumi.

Sementara, upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia juga ikut terancam jika perubahan iklim tidak ditangani dan kesejahteraan binatang atau kehidupan liar tidak diperhatikan.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pesan video untuk International Day of Epidemic Preparedness (Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional) pada Minggu (27/12/2020).

Dikutip TribunTernate.com dari laman Channel News Asia, Tedros juga mengecam siklus 'rabun jauh berbahaya'.

Siklus yang dimaksud itu mengacu pada kucuran dana yang besar dalam menangani wabah, tetapi tidak melakukan persiapan apa-apa untuk menghadapi wabah penyakit selanjutnya.

Direktur Jenderal WHO juga mengatakan ini adalah saatnya untuk belajar dari pandemi Covid-19.

"Dalam waktu yang terlalu lama, dunia ini terjerat siklus panik dan abai," kata Tedros.

"Kita mengucurkan banyak dana pada suatu wabah, dan ketika wabah itu berakhir, kita langsung lupa dan tidak melakukan apa-apa untuk berjaga-jaga dalam menghadapi wabah selanjutnya. Ini adalah cara pandang yang dangkal dan berbahaya, dan sulit dipahami," katanya.

Dewan Monitoring Kesiapsiagaan Global telah mengeluarkan laporan tahunan pertama pada September 2019 lalu, beberapa bulan sebelum wabah Covid-19 merebak.

Dalam laporan itu, disebutkan bahwa dunia dalam kondisi yang menyedihkan karena tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi potensi munculnya pandemi.

"Sejarah telah mengatakan bahwa (Covid-19, red.) ini tidak akan menjadi pandemi terakhir, dan epidemi merupakan bagian dari fakta kehidupan," kata Tedros.

"Pandemi juga telah menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, binatang, dan Planet Bumi," tambahnya.

"Segala upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia saat ini tengah apes, kecuali jika mereka mengutamakan hubungan kritis antara manusia dan satwa, dan ancaman eksistensial dari perubahan iklim yang telah membuat Bumi kita semakin sulit untuk ditinggali," pungkasnya.

DUNIA JUNGKIR BALIK KARENA PANDEMI COVID-19

"Dalam 12 bulan terakhir, dunia kita telah dijungkirbalikkan. Dampak pandemi telah melampaui sekadar penyakit itu sendiri, jangkauan konsekuensinya telah meluas hingga ke aspek ekonomi dan masyarakat," kata Tedros.

Mantan Menteri Kesehatan Ethiopia tersebut mengatakan, seharusnya wabah virus corona tidaklah mengejutkan.

Sebab, sudah ada sejumlah peringatan mengenai adanya pandemi sebelumnya.

"Kita semua harus belajar dari apa yang diajarkan oleh pandemi," tambahnya.

Tedros mengatakan, semua negara harus berinvestasi pada kapasitas kesiapan untuk mencegah, mendeteksi, dan mitigasi segala macam kedaruratan.

Ia juga menyerukan penyediaan anggaran untuk perawatan kesehatan primer yang lebih kuat.

Ia menambahkan, dengan adanya investasi dalam kesehatan publik, "kita dapat memastikan anak cucu dapat mewarisi dunia yang lebih aman, tangguh, dan berkelanjutan."

Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional telah diminta oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mempromosikan pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan, dan kemitraan negara-negara di dunia dalam menangani epidemi.

SUMBER: AFP via Channel News Asia

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved