Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kisah Keluarga Oloandi di Tapanuli Selatan: Dihina Tetangga karena Miskin, Asingkan Diri ke Hutan

Hal pahit harus diterima keluarga Oloandi, karena mereka dipandang remeh oleh para tetangga dengan kondisi ekonomi yang begitu lemah.

K. Yoganand
Ilustrasi hutan. 

TRIBUNTERNATE.COM - Satu rumah tangga keluarga kurang mampu yang juga lebih layak disebut keluarga miskin hidup menderita di Tepi Hutan Desa Sipangko, Kecamatan Angkola Muaratais, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Oloandi Pulungan (32) selaku kepala keluarga tersebut, dihubungi Tribun Medan, Selasa (29/12/2020) mengaku tak mampu lagi mengontrak di desa asalnya.

"Di kampung pun dulunya ngontrak, ini pun kita punya lahan di sini ada pondok punya paman,"ujar Oloandi, bapak beranak dua itu dibantu Azan Sinaga seseorang yang peduli keadannya dan mau meminjamkan sambungan telepon kepada Oloandi.

Cerita Oloandi, selama ini tidak pernah memperoleh bantuan sosial meski sudah didata berkali-kali untuk penerima bantuan terdampak Covid-19.

Oloandi hingga kini belum juga memperoleh bantuan sosial.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Oloandi menjadi buruh panjat kelapa, bertarung dengan gocangan angin.

Selesai pada hidup serba kekurangan bukan saja yang dialami Oloandi.

Baca juga: Sertijab Menteri Kesehatan RI kepada Budi Gunadi Sadikin, Ini Pesan-pesan dari Terawan Agus Putranto

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Tidak Sebabkan Penyakit yang Lebih Parah, tetapi Lebih Cepat Menular

Dipandang Remeh

Hal pahit harus diterima keluarga Oloandi, karena mereka dipandang remeh oleh para tetangga dengan kondisi ekonomi yang begitu lemah.

Tak tahan selalu dipandang rendah, Oloandi lantas memboyong anaknya ke tepi hutan Tapsel yang terkenal dengan binatang buas.

"Karena kita ini orang susah dan miskin yang enggak punya apa-apa jadi dipandang sebelah mata dan diejek-ejek.

Enggak tahan lagi dengan ejekan-ejekan itu, terpaksa awak pergi menyendiri di pinggir hutan ini,"terang Oloandi.

Oloandi hidup di pinggir hutan Kecamatan Angkola Muaratais.

Hidup di dalam gubuk berlantai tanah, dengan dinding yang gampang ditembus.

Bersama anak dan istrinya, buruh panjat kelapa setiap malamnya tidur dengan alas karpet seadanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved