Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

PM Australia: Keluarga 88 Korban Bom Bali Cemas Melihat Abu Bakar Ba'asyir Bebas dari Penjara

Scott Morrison, mengatakan keluarga 88 korban tewas dalam teror Bom Bali 2002 akan khawatir mengetahui bebasnya Abu Bakar Ba'asyir.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abu Bakar Baasyir keluar dari ruang pemeriksaan Rumah Sakit Mata Aini, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (29/2/2012). 

TRIBUNTERNATE.COM - Narapidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir telah resmi bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021) pagi. 

Diketahui, Abu Bakar Ba'asyir telah menjalani hukuman 15 tahun penjara.

Setelah bebas, Abu Bakar Ba'asyir langsung pulang ke Solo, Jawa Tengah, dengan pengawalan ketat Densus 88 Antiteror Polri.

Ia keluar dari Lapas Gunungsindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sekitar pukul 05.28 WIB dengan menaiki mobil bernomor polisi AD 1138 WA dan juga ambulans berpelat B 1642 PIX.

Bebasnya Abu Bakar Ba'asyir mendapat sorotan dari Australia.

Seperti diketahui, Abu Bakar Ba'asyir dianggap sebagai pemimpin spritual Jemaah Islamiah (JI), sebuah kelompok yang terinsipirasi al-Qaeda dan melakukan serangan teror bom di Bali pada 2002 yang menewaskan 202 orang.

Dalam kasus bom Bali tersebut, mayoritas korban tewas adalah warga negara Australia.

Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, mengatakan keluarga 88 korban tewas dalam teror Bom Bali 2002 akan khawatir mengetahui bebasnya ulama yang diduga sebagai dalang di balik insiden itu.

Dikutip TribunTernate.com dari laman Channel News Asia, pihak Kepolisian Republik Indonesia dan badan intelijen Barat mengatakan, Abu Bakar Ba'asyir terkoneksi dengan serangan Bom Bali.

Namun, Abu Bakar Ba'asyir tidak pernah dihukum atas tanggung jawab langsung pada Bom Bali.

Keterkaitan Abu Bakar Ba'asyir dengan Bom Bali juga disangkal.

"Itu masih mentah. Setelah beberapa tahun berlalu. Masih sangat mentah," kata Scott Morrison.

Scott Morrison menambahkan, bebasnya Abu Bakar Ba'asyir membuat keluarga korban merasa khawatir.

Ia juga memperingatkan, Abu Bakar Ba'asyir harus diawasi dengan ketat meski sudah bebas murni.

Baca juga: BNPT Tetap Lakukan Program Deradikalisasi terhadap Abu Bakar Baasyir Meski Sudah Bebas Murni

Baca juga: Perjalanan Kasus Abu Bakar Baasyir: Mulai dari Penangkapan hingga Dinyatakan Bebas Murni

Abu Bakar Ba'asyir bebas murni, Jumat (8/1/2021).
Abu Bakar Ba'asyir bebas murni, Jumat (8/1/2021). (Istimewa)

Dikatakan Scott Morrison, Australia telah meminta supaya orang-orang yang terlibat dalam serangan Bom Bali diberi hukuman yang lebih berat, setimpal, sekaligus adil.

Namun, masih menurut Scott, keputusan penjatuhan hukuman tetap berdasarkan sistem keadilan di Indonesia dan harus dihormati.

"Kami telah menjelaskan melalui kedutaan kami di Jakarta mengenai kekhawatiran kami bahwa individual seperti mereka harus dicegah agar tidak mempengaruhi orang lain," katanya.

Bagi klub rugby amatir Sydney, Coogee Dolphin, yang kehilangan presiden dan lima anggotanya dalam insiden Bom Bali, pembebasan Abu Bakar Ba'asyir jelas merupakan hal yang sulit, kata Albert Talarico selaku juru bicara kepada Reuters.

"Beberapa orang tidak akan pernah memaafkan, juga akan ada orang yang bakal marah hari ini," kata Albert Talarico, yang jadi presiden klub rugby tersebut pada 2003 dan 2004, setelah presiden klub Clint Thompson tewas.

"Yang lain hanya bisa diam, karena mereka tidak ingin luka lama terbuka kembali," tambahnya.

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Nama Raffi Ahmad, BCL & Dokter Tirta di Daftar Vaksinasi Pertama Covid-19

Baca juga: Tri Rismaharini: Lihat Mereka Tidur di Gerobak, Saya Manusia Apa kalau Saya Diam Saja?

Baca juga: Airlangga Hartarto: Vaksinasi Covid-19 Wajib Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Phil Britten, korban yang mengalami luka bakar 40 persen dalam Bom Bali 2002, khawatir bahwa Abu Bakar Ba'asyir "akan kembali ke tengah masyarakat dan melakukan apa yang ia lakukan," yakni memberikan pengaruh radikal terhadap orang lain.

"Setelah bertahun-tahun, kamu harus belajar merelakan dan membiarkan orang-orang menghadapi hal itu," kata Phil Britten kepada koran Australia, Sydney Morning Herald.

"Jika saya membuang-buang waktu, kemarahan, dan emosi terhadap hal-hal yang tidak bisa saya ubah, saya tidak akan menjalani kehidupan terbaik untuk keluarga saya," pungkasnya.

Sementara itu, diketahui seorang pria bernama Aris Sumarsono alias Zulkarnaen diduga sebagai salah satu anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) dan terlibat dalam pembuatan bom pada serangan teror di Bali.

Diwartakan Kompas.com, Zulkarnaen berhasil merekrut sejumlah orang yang nantinya akan menjadi kelompok teroris, termasuk dalang teror Bom Bali, Ali Imron dan Amrozi.

Dalam aksi terornya, Zulkarnaen terlibat dalam peristiwa bom di gereja Ambon, Mojokerto, bom Bali, Kedutaan Filipina, hingga Poso.

Zulkarnaen sudah ditangkap Densus 88 di Lamongan, Jawa Timur pada Senin (14/12/2020) setelah buron hampir 18 tahun.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Zulkarnaen Bentuk Kelompok Teroris JI, Rekrut Ali Imron hingga Amrozi"

SUMBER: CHANNEL NEWS ASIA, KOMPAS.COM

(TribunTernate.com/Rizki A.) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved