Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Duka Keluarga Rion Yogatama Korban Sriwijaya Air: Sang Putri Mimpi Ayahnya Tidak Ada yang Menolong

Putri pertama Rion sempat mengigau dengan mengatakan dirinya melihat ayahnya (Rion) menjadi korban pesawat jatuh, tetapi tidak ada yang menolong.

Istimewa via TribunSumsel.com
Rion Yogatama, salah satu korban pesawat Sriwijaya Air SJ182. 

Oni juga baru menyadari pertanda perpisahan terakhir dari Rion ketika mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan ke Danau Aur dan Sungai Kasie sehari sebelum berangkat menuju Jakarta.

"Ditambah kepulangan Rion bersama anak istrinya ke Lubuklinggau satu bulan ini ternyata adalah tanda perpisahan, karena sebelum-sebelumnya ia tidak pernah pulang selama itu," ujarnya.

Saat itu Oni tidak sadar sama sekali, bahkan ia mengira Rion pulang ke Lubuklinggau karena terlilit utang di Jakarta dan memilih untuk pulang kampung ke Lubuklinggau.

"Saat itu dia masih kerja, hampir tiap malam dia di hadapan laptopnya. Saya tanya kok lama sekali di Linggau, apa ada utang di Jakarta, dia bilang tidak."

"Kemudian istrinya juga saya tanya, dijawab istrinya juga tidak ada uutang, kalau ada hutang pasti Rion cerita kepadanya," ungkapnya.

Ketinggalan Pesawat

Rion Yogatama menjadi salah satu korban pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Tanjung Pasir Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2020).

Warga Jl Kenanga II Lintas RT 5 Kelurahan Senalang Kecamatan Lubuklinggau Utara II Kota Lubuklinggau ini menjadi korban setelah diduga setelah ketinggalan pesawat.

Vivi, istri korban, menceritakan awalnya sang suami terbang ke Jakarta dari Lubuklinggau naik pesawat Batik Air dan rencananya transit di Jakarta naik Nam Air.

"Kemudian dialihkan naik Sriwijaya Air, seharusnya berangkat pukul 07.00 WIB, jadi karena paginya telat akhirnya diganti pukul 13.00 WIB," ujarnyanya pada wartawan.

Ia mengungkapkan, terakhir kontak dengan suaminya via WhatsApp dengan suaminya sekitar pukul 12.20 WIB, saat itu suaminya mengabarkan pesawatnya berangkat pukul 13.00 WIB.

Kemudian, sekira pukul 15.00 WIB, Vivi kembali mengirim pesan, tetapi pesannya hanya ceklis.

Karena ragu, Vivi pun mencoba menghubungi suaminya beberapa kali.

"Aku kirim pesan ceklis kemudian aku telepon tidak bisa, kemudian aku tanya teman yang satu kantor, pesawat yang dari Jakarta ke Pontianak berapa jam ternyata dijawabnya perjalanan dari Jakarta itu 1,5 jam," ungkapnya.

Setelah itu, ia meminta kepada temannya untuk mencari kabar terkait suaminya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved