Resmi Dilantik, Joe Biden akan Bawa AS Kembali Bergabung dengan Perjanjian Iklim Paris
Joe Biden berjanji untuk menandatangani dokumen yang diperlukan untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris pada Hari Pelantikannya.
TRIBUNTERNATE.COM - Joe Biden dan Kamala Harris telah resmi dilantik di West Front, Gedung Capitol AS, Washington DC, pada Rabu (20/1/2021) waktu setempat atau Kamis (21/1/2021) dini hari waktu Indonesia.
Joe Biden kini telah resmi menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat (AS).
Dalam salah satu tindakan pertamanya di Oval Office, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif agar Amerika Serikat bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris atau Paris Agreement.
Perjanjian Iklim Paris merupakan upaya internasional terbesar untuk menghadapi pemanasan global.
Diketahui, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut akhir tahun 2020 lalu.
Donald Trump pertama kali mencetuskan gagasan keluarnya AS dari Perjanjian Iklim Paris pada Juni 2017.
Ini menunjukkan, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara yang keluar dari perjanjian yang ditandatangani oleh 197 negara tersebut.

Baca juga: Mengenal Istilah Supremasi Kulit Putih, Permasalahan Ras yang Dibahas di Pidato Perdana Joe Biden
Baca juga: Joe Biden Sebut Janji Lawan Supremasi Kulit Putih di AS dalam Pidato Perdana
Dikutip dari npr.org, Joe Biden berjanji untuk menandatangani dokumen yang diperlukan untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris pada Hari Pelantikannya.
Amerika Serikat merupakan negara yang memainkan peran besar dalam perjanjian yang dibentuk pada 2015 itu.
Perjanjian Iklim Paris atau Paris Agreement bertujuan untuk menghindari skenario perubahan iklim yang paling buruk.
Yakni, dengan upaya untuk mempertahankan suhu global rata-rata tidak naik tidak lebih dari 2 derajat Celcius, dan kurang dari 1,5 derajat Celcius pada tahun 2100 mendatang, dibandingkan dengan masa pra-industri.
Diketahui, suhu global telah mengalami peningkatan sedikit di atas satu derajat Celcius.
"Jendela untuk tindakan signifikan saat ini sudah sangat sempit - kita tidak punya waktu untuk disia-siakan," kata Dr. M. Sanjayan, kepala eksekutif kelompok advokasi lingkungan Conservation International.
"Tindakan Presiden Joe Biden hari ini tentu saja merupakan langkah ke arah yang benar," lanjutnya.
Baca juga: Update WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri Kamis, 21 Januari 2021: Tambahan Kasus di 5 Negara
Diperlukan waktu 30 hari bagi Amerika Serikat untuk secara resmi bergabung kembali dengan perjanjian tersebut.
Akan tetapi, memenuhi target akan menjadi tugas yang lebih sulit.
Diketahui, Amerika Serikat adalah penghasil emisi karbon terbesar kedua di dunia, setelah China.
AS juga telah berkontribusi lebih banyak terhadap terjadinya perubahan iklim global dari waktu ke waktu daripada negara lain.
Saat menjadi kandidat di Pilpres AS 2020, Joe Biden mengungkapkan janji yang berani untuk memangkas semua emisi gas rumah kaca dari sektor kelistrikan negara pada 2035 dan menjadikan Amerika Serikat netral karbon pada 2050.
Emisi karbon telah menurun dari sektor kelistrikan negara karena pembangkit listrik tenaga batubara telah dihentikan penggunaannya dalam satu dekade terakhir.
Utilitas listrik kini lebih bergantung pada sumber energi terbarukan, seperti angin dan matahari.
Namun, sumber emisi karbon industri dan transportasi masih akan lebih sulit untuk dibatasi.
Pada 2017, transportasi 'mengalahkan' pembangkit listrik sebagai sumber emisi gas rumah kaca terbesar di AS.
Joe Biden diperkirakan juga akan memperkuat standar emisi mobil, tetapi menulis aturan baru jelas masih membutuhkan waktu.

Baca juga: Joe Biden dan Kamala Harris telah Resmi Dilantik, Joko Widodo Beri Ucapan Selamat
Baca juga: Jelang Pelantikan Joe Biden, Lambaian Tangan Terakhir Donald Trump di Gedung Putih Sebagai Presiden
Meski begitu, langkah Joe Biden untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris memberi sinyal kepada dunia bahwa Amerika Serikat memang serius dalam menangani perubahan iklim lagi.
Amerika Serikat akan mendapatkan kursi lagi di meja pertemuan para pemimpin dunia di Glasgow untuk membuat perjanjian iklim baru pada akhir tahun ini.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyambut baik Amerika yang kembali bergabung ke perjanjian iklim.
Dalam pernyataan yang dikirim lewat email, dia menulis: "Kami menantikan kepemimpinan Amerika Serikat dalam mempercepat upaya global untuk mencapai Net Zero."
SUMBER: npr.org
(TribunTernate.com/Rizki A.)