Virus Corona
Studi Baru: Berbicara di Dalam Ruangan Berisiko Lebih Tinggi Sebarkan Covid-19 daripada Batuk
Sebuah studi baru menunjukkan, di ruangan dengan ventilasi udara yang buruk, Covid-19 dapat lebih mudah menyebar lewat berbicara ketimbang batuk.
Kemudian, sejumlah besar partikel masih melayang di udara setelah satu jam.
Dengan kata lain, satu dosis partikel virus yang mampu menyebabkan infeksi akan bertahan di udara lebih lama setelah keluar dari mulut saat berbicara ketimbang batuk.
Dalam skenario model ini, jumlah droplet yang dikeluarkan saat seseorang berbicara selama 30 detik sama dengan yang keluar ketika seseorang batuk selama 0,5 detik.
Baca juga: Perlukah Memakai Masker saat Nyetir Mobil Sendiri? Simak Penjelasannya
Akan tetapi, mengenakan masker dapat mengurangi jumlah partikel virus corona yang menular di udara.
Sebab, masker dapat memfilter beberapa droplet dan memperlambat momentum seseorang menghirup partikel yang mengandung virus.

Selain itu, ventilasi juga menjadi faktor yang penting.
Salah satu model skenario menemukan bahwa ketika seseorang yang terinfeksi Covid-19 berbicara di dalam ruangan (indoor) selama stau jam, orang di sekitarnya akan mendapat 20 persen risiko terinfeksi.
Namun, risiko ini dapat menjadi tiga kali lebih kecil ketika udara dalam ruangan 10 kali berganti sepenuhnya setiap jamnya.
Perlu diketahui, dalam ruangan yang berventilasi baik, biasanya ada 10 hingga 20 kali pergantian udara setiap jam.
"Ventilasi udara... adalah salah satu faktor yang paling penting dalam meminimalisir risiko terinfeksi Covid-19 di dalam ruangan (indoor)," kata penulis yang berasal dari University of Cambridge dan Imperial College London dalam penelitian mereka.
"Pengetahuan kami mengenai penularan SARS-CoV-2 lewat udara (airborne transmission) telah berkembang dalam kecepatan yang luar biasa, meski baru satu tahun sejak virus ini pertama kali teridentifikasi," kata penulis studi, Pedro de Oliveira dari Jurusan Teknik University of Cambridge dalam sebuah pernyataan.
"Kami menunjukkan bagaimana droplet-droplet kecil dapat berakumulasi di dalam ruangan dalam waktu yang lama, dan bagaimana hal ini dapat dimitigasi oleh ventilasi udara yang memadai," lanjutnya.
Baca juga: Direktur Jenderal WHO: Covid-19 Bukanlah Pandemi Terakhir yang Dihadapi Dunia
Para peneliti dalam studi ini telah menggunakan temuan mereka untuk menciptakan sebuah online tool gratis yang dinamai Airborne.cam.
Online tool itu dapat menunjukkan bagaimana ventilasi udara dan faktor-faktor lainnya mempengaruhi risiko penularan virus di dalam ruangan.
Airborne.cam dapat membantu orang-orang yang menata tempat kerja atau ruang kelas mengetahui apakah ventilasi udara cukup atau tidak.
SUMBER: livescience.com
(TribunTernate.com/Rizki A.)