Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Sering Kritik soal Covid-19, Dokter Tirta & Orang Tuanya Kerap Dapat Teror hingga Ancaman Pembunuhan

Dokter Tirta mengaku, dirinya dan orang tuanya kerap mendapat ancaman teror karena ia sering menyuarakan kritik soal Covid-19.

Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Dokter Tirta Mandira Hudhi 

TRIBUNTERNATE.COM - Influencer sekaligus tenaga kesehatan, Dokter Tirta Mandira Hudhi mengaku, dirinya dan orang tuanya kerap mendapat ancaman teror karena ia sering menyuarakan kritik soal Covid-19.

Hal ini diungkapkan oleh Dokter Tirta saat hadir dalam program Kamar Rosi dengan tema "'Ngegas' Banget Soal Vaksin Covid-19", Selasa (2/2/2021), yang tayang di kanal Youtube KompasTV.

Pada kesempatan itu, Dokter Tirta dan host Kamar Rosi, Rosianna Silalahi, membahas banyak hal seputar Covid-19.

Salah satunya adalah pengakuan Dokter Tirta bahwa dirinya serta orang tuanya kerap mendapatkan ancaman teror karena ia vokal dalam menanggapi permasalahan Covid-19.

Dokter Tirta juga mengaku rumah orangtuanya mendapatkan ancaman teror, bahkan hingga ancaman pembunuhan sejak 2020.

Tepatnya hal ini terjadi ketika dirinya mulai mengeluarkan banyak kritik terkait Covid-19.

"Cuma yang 2020 ini mereka (orang tua) lebih insecure karena sejak aku edukasi Covid-19 yang kritik-kritik, itu rumah mama diteror, rumah orangtua. Ancaman pembunuhan udah sering banget ke rumah orangtua," ujar Dokter Tirta.

Ganjar Pranowo Serukan Gerakan Jateng di Rumah Saja pada 6-7 Februari 2021, Ini Aturan Lengkapnya

Swab Antigen dan PCR untuk Syarat Perjalanan dan Masuk Kantor, Dokter Tirta: Indonesia Salah Kaprah

Alumni Universitas Gadjah Mada ini juga mengaku, karena sering mendapat ancaman pembunuhan itu, orang tuanya sering mengecek keadaannya.

"Jadi mereka tanyanya 'oi masih hidup gak?' Gitu. Bercanda mereka. 'Jangan sampai mama papa yang kubur kamu ya'. Ini ancaman pembunuhan banyak nih di rumah," tambah Dokter Tirta.

Bukan hanya rumah orangtua, Dokter Tirta mengaku bahwa tokonya di terletak di Solo dan Makassar juga sempat dirusak.

"Jadi terkenalnya itu ada risiko, bukan terkenal dalam artian popular influencer tapi lebih dikenal sebagai tokoh yang bersuara aja," jelasnya.

Dokter Tirta Mandira Hudhi
Dokter Tirta Mandira Hudhi (Instagram/dr.tirta)

Dokter Tirta Sebut Tracing di Indonesia Salah Kaprah

Dalam kesempatan itu, Dokter Tirta juga mengungkapkan komentarnya terkait tracing Covid-19 di Indonesia.

Dirinya menyebut, tracing di Indonesia salah kaprah.

"Kita (Indonesia) itu salah kaprah lho, Mbak Rosi," kata Dokter Tirta kepada Rosianna Silalahi.

Ia mengatakan, tidak perlu jauh-jauh membahas permasalahan vaksin.

Menurutnya, swab PCR dan swab antigen berdasarkan epidemiologi, seharusnya digunakan untuk tracing.

"Kita nggak usah jauh-jauh bahas vaksin, soal swab PCR sama swab antigen itu harusnya berdasarkan epidemiologi itu untuk tracing," ujar Dokter Tirta.

Ia mengatakan, jika seseorang diketahui positif Covid-19, maka sebanyak 30 orang yang memiliki kontak dekat dengan orang tersebut, harus dilakukan tes swab Antigen.

"Jadi misal ini Mbak Rosi, amit-amit, kena Covid, berarti 30 sekitarnya ini kena antigen harusnya," ujar alumni Universitas Gadjah Mada ini.

Tegaskan Vaksinasi Covid-19 Aman, Dokter Tirta: Nggak Bengkak, Nggak Pingsan, Masih Hidup

Update Kasus Bansos Covid-19: KPK Perpanjang Masa Penahanan Juliari Batubara selama 30 Hari

Akan tetapi, menurutnya, yang terjadi di Indonesia tidaklah demikian.

Pria yang lulus dari Fakultas Kedokteran pada 2013 ini, menyatakan bahwa yang terjadi kesalahan tracing di Indonesia, lantaran swab antigen malah digunakan sebagai syarat perjalanan dan syarat masuk kantor.

"Nah yang terjadi di Indonesia, swab antigen itu sebagai apa? Syarat perjalanan, syarat masuk kantor," lanjutnya.

Dokter Tirta menegaskan, ia telah menyampaikan persoalan ini berulang kali. 

Ia mengatakan bahwa untuk orang positif Covid-19 tanpa gejala, cukup melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

"Padahal saya udah bilang, saya udah bilang berkali-kali. Untuk orang Covid yang tidak bergejala itu cukup isoman 14 hari," terangnya.

Ia menyebutkan, setelah 14 hari, virus akan kehilangkan kemampuan menginfeksi.

"Setelah 14 hari, kemampuan infeksi virus tidak ada," terangnya.

Ia juga menambahkan, orang tersebut masih bisa terdekteksi positif karena ada virus mati di hidung dan di laring.

Sang host, Rosi, menanyakan apakah Dokter Tirta menyetujui pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) yang baru, Budi Gunadi Sadikin, yang juga mengatakan hal yang serupa dengan pernyataan Dokter Tirta.

"Menkes yang baru juga bilang selama ini kita salah dalam hal pelacakan secara epidemiologi, apakah kamu setuju dengan pernyataan itu?" tanya host.

Menyetujui hal itu, Dokter Tirta menyebut bahwa sebelumnya Menkes sudah bertemu dengan para pihak yang bertugas langsung menangani Covid-19.

"Setuju, beliau itu ngomong seperti itu karena beliau ada diskusi dengan Kawal Covid, Lapor Covid, dan peneliti-peneliti dari berbagai universitas," ujar Dokter Tirta.

Dirinya menyebutkan, pada pertemuan itu, para pihak yang bertugas langsung menangani Covid-19 juga mengatakan hal yang sama dengan pernyataan Dokter Tirta, yakni Indonesia salah soal tracing.

"Mereka mengatakan epidemiologi kita itu agak salah tracingnya, tracing itu melacak orang-orang di sekitar yang positif," kata Dokter Tirta.

Selain untuk tracing orang-orang di sekitar orang yang positif, Dokter Tirta juga menyebutkan, tracing juga digunakan untuk melacak orang-orang yang berpotensi terkena paparan Covid-19.

Ia mencontohkan misalnya seperti orang-orang yang menghuni perkampungan.

"Dan melacak orang-orang yang berpotensi kena, kayak di perkampungan," lanjutnya.

Setelah itu, dirinya menegaskan kembali pernyataannya, bahwa Indonesia selama ini telah salah kaprah soal tracing.

"Lha yang terjadi di Indonesia, itu jadi syarat transprotasi dan masuk kantor. Ini salah besar," tegasnya.

Video selengkapnya:

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved