Swab Antigen dan PCR untuk Syarat Perjalanan dan Masuk Kantor, Dokter Tirta: Indonesia Salah Kaprah
Dokter Tirta menyebutkan Indonesia salah kaprah soal tracing Covid-19. Menurutnya, seharusnya tes swab dan PCR digunakan untuk tracing.
TRIBUNTERNATE.COM - Dokter Tirta Mandira Hudhi mengomentari soal permasalahan tracing Covid-19 di Indonesia.
Pria yang akrab dipanggil sebagai Dokter Tirta ini menyebutkan, Indonesia salah kaprah soal tracing Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter Tirta saat hadir dalam program Kamar Rosi dengan tema "'Ngegas' Banget Soal Vaksin Covid-19", Selasa (2/2/2021), yang tayang di kanal Youtube KompasTV.
Pada kesempatan itu, Dokter Tirta dan host Kamar Rosi, Rosianna Silalahi, membahas banyak hal seputar Covid-19.
Salah yang menjadi bahan pembahasan mereka adalah perihal tracing Covid-19.
Saat membahas soal tracing Covid-19, Dokter Tirta menyebut Indonesia salah kaprah.
"Kita (Indonesia) itu salah kaprah lho, Mbak Rosi," kata Dokter Tirta kepada host, Rosianna Silalahi.
Ia mengatakan, tidak perlu jauh-jauh membahas permasalahan vaksin.
Menurutnya, swab PCR dan swab antigen berdasarkan epidemiologi, seharusnya digunakan untuk tracing.
"Kita nggak usah jauh-jauh bahas vaksin, soal swab PCR sama swab antigen itu harusnya berdasarkan epidemiologi itu untuk tracing," ujar Dokter Tirta.
• Beredar Vaksin Covid-19 Palsu di China, Polisi Tangkap 80 Tersangka, 3.000 Dosis Vaksin Palsu Disita
• 7 Fakta GeNose, Alat Deteksi Covid-19 dari Embusan Nafas Buatan UGM: Tak Bisa Gantikan PCR
• Bupati Sleman Positif Covid-19 setelah Divaksin, Ini Penjelasan Dokter Tirta dan Zubairi Djoerban
Ia mengatakan, jika seseorang diketahui positif Covid-19, maka sebanyak 30 orang yang memiliki kontak dekat dengan orang tersebut, harus dilakukan tes swab Antigen.
"Jadi misal ini Mbak Rosi, amit-amit, kena Covid, berarti 30 sekitarnya ini kena antigen harusnya," ujar alumni Universitas Gadjah Mada ini.
Akan tetapi, menurutnya, yang terjadi di Indonesia tidaklah demikian.
Pria yang lulus dari Fakultas Kedokteran pada 2013 ini, menyatakan bahwa yang terjadi kesalahan tracing di Indonesia, lantaran swab antigen malah digunakan sebagai syarat perjalanan dan syarat masuk kantor.
"Nah yang terjadi di Indonesia, swab antigen itu sebagai apa? Syarat perjalanan, syarat masuk kantor," lanjutnya.
Dokter Tirta menegaskan, ia telah menyampaikan persoalan ini berulang kali.
Ia mengatakan bahwa untuk orang positif Covid-19 tanpa gejala, cukup melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.
"Padahal saya udah bilang, saya udah bilang berkali-kali. Untuk orang Covid yang tidak bergejala itu cukup isoman 14 hari," terangnya.
Ia menyebutkan, setelah 14 hari, virus akan kehilangkan kemampuan menginfeksi.
"Setelah 14 hari, kemampuan infeksi virus tidak ada," terangnya.
Ia juga menambahkan, orang tersebut masih bisa terdekteksi positif karena ada virus mati di hidung dan di laring.
Sang host, Rosi, menanyakan apakah Dokter Tirta menyetujui pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) yang baru, Budi Gunadi Sadikin, yang juga mengatakan hal yang serupa dengan pernyataan Dokter Tirta.
"Menkes yang baru juga bilang selama ini kita salah dalam hal pelacakan secara epidemiologi, apakah kamu setuju dengan pernyataan itu?" tanya host.
Menyetujui hal itu, Dokter Tirta menyebut bahwa sebelumnya Menkes sudah bertemu dengan para pihak yang bertugas langsung menangani Covid-19.
"Setuju, beliau itu ngomong seperti itu karena beliau ada diskusi dengan Kawal Covid, Lapor Covid, dan peneliti-peneliti dari berbagai universitas," ujar Dokter Tirta.
• Tegaskan Vaksinasi Covid-19 Aman, Dokter Tirta: Nggak Bengkak, Nggak Pingsan, Masih Hidup
• Naik KA Jarak Jauh Wajib Tunjukkan Hasil Rapid Test Antigen, Berlaku Mulai Besok 22 Desember
Dirinya menyebutkan, pada pertemuan itu, para pihak yang bertugas langsung menangani Covid-19 juga mengatakan hal yang sama dengan pernyataan Dokter Tirta, yakni Indonesia salah soal tracing.
"Mereka mengatakan epidemiologi kita itu agak salah tracingnya, tracing itu melacak orang-orang di sekitar yang positif," kata Dokter Tirta.
Selain untuk tracing orang-orang di sekitar orang yang positif, Dokter Tirta juga menyebutkan, tracing juga digunakan untuk melacak orang-orang yang berpotensi terkena paparan Covid-19.
Ia mencontohkan misalnya seperti orang-orang yang menghuni perkampungan.
"Dan melacak orang-orang yang berpotensi kena, kayak di perkampungan," lanjutnya.
Setelah itu, dirinya menegaskan kembali pernyataannya, bahwa Indonesia selama ini telah salah kaprah soal tracing.
"Lha yang terjadi di Indonesia, itu jadi syarat transprotasi dan masuk kantor. Ini salah besar," tegasnya.
Video selengkapnya:
(TribunTernate.com/Qonitah)