Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pernah Jadi Bahan Baku Utama Pabrik Miras, Begini Proses Air Kali Ciliwung yang Diubah Jadi Bir

Air Kali Ciliwung pada saat Jakarta masih bernama Batavia pernah menjadi bahan baku utama pabrik miras yang produknya laku di pasaran.

WARTAKOTA/Angga Bhagya Nugraha
Kali CIliwung yang airnya pernah jadi bahan baku utama pabrik miras. Dalam foto, pantauan udara debit air sepanjang bantaran Kali Ciliwung di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, sangat tinggi pada Senin (8/2/2021). 

TRIBUNTERNATE.COM - Siapa yang sangka, Kali Ciliwung yang kini airnya keruh berwarna cokelat dulunya menjadi bahan baku utama pabrik minuman keras (miras).

Mengutip Kompas.com, dahulu saat Jakarta masih bernama Batavia, ada sebuah pabrik miras yang berdiri di sekitar aliran Kali Ciliwung.

Yusna Sasanti Dadtun dalam tesisnya di Universitas Gadjah Mada berjudul “Air Api di Mulut Ciliwung: Sistem Produksi dan Perdagangan Minuman Keras di Batavia 1873-1898”, menyebut alasan pendirian pabrik tersebut.

“Karena kayu gelondongan yang digunakan sebagai bahan bakar pabrik dialirkan melalui Sungai Ciliwung dan para pemilik pabrik minuman keras mengambil kayu gelondongan tersebut dari sungai,” tulis Yusna.

Memasuki masa kemerdekaan, pabrik miras di Kali Ciliwung berkurang drastis, sementara sisanya direlokasi.

Namun, beberapa pabrik miras masih mengandalkan Kali Ciliwung sebagai sarana produksi.

Salah satunya adalah pabrik bir Budjana Yasa.

Sebelum kemerdekaan, pabrik ini milik orang Jerman, lalu jatuh ke tangan Belanda, kemudian dinasionalisasi menjadi perusahaan negara pada tahun 19550-an.

Nama produk dari pabrik miras Budjana Yasa ini adalah Angker Bir.

Budjana Djaja membuat bir menggunakan air Kali Ciliwung.

Baca juga: Presiden Jokowi Cabut Perpres soal Izin Investasi Miras

Kali CIliwung yang airnya pernah jadi bahan baku utama pabrik miras. Dalam foto, pantauan udara debit air sepanjang bantaran Kali Ciliwung di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, sangat tinggi pada Senin (8/2/2021).
Kali CIliwung yang airnya pernah jadi bahan baku utama pabrik miras. Dalam foto, pantauan udara debit air sepanjang bantaran Kali Ciliwung di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, sangat tinggi pada Senin (8/2/2021). (WARTAKOTA/Angga Bhagya Nugraha)

“Yang serba bau dan warnanya kotor kekuning-kuningan itu. Terangnya air untuk bir itu disedot dari salah satu sudut kali Banjir Kanal Timur,” ungkap Djaja, 10 Oktober 1964.

Tak banyak orang tahu tentang ini, sehingga Djaja memastikannya langsung ke pabriknya.

Pembuatannya memang menyedot air Kali Ciliwung.

“Namun berkat alat-alat teknik yang serba modern, maka air kotor serba bau dari Kali Ciliwung itu dapat disterilkan dan diubah menjadi air bersih,” terang Djaja menenangkan pembaca dan penikmat bir.

Bahan baku bir tak hanya air, ada pula mauch (sejenis kembang palawija Eropa), hop, gandum, beras, ragi, dan gula.

Mauch, hop, dan gandum masih perlu impor, sedangkan beras, ragi, dan gula sudah tersedia di dalam negeri.

Sementara, dalam bir impor, beras dan gula tidak digunakan sebagai bahan baku.

Mauch dan hop memberikan rasa pahit kepada bir lokal.

Baunya harum dan berkhasiat untuk memberi rangsangan pada urat syaraf tubuh.

Pembuatan bir di pabrik Budjana dimulai dari penyortiran gandum yang memakan waktu 4-8 hari.

Baca juga: Bantah Wapres Maruf Amin Tak Dilibatkan saat Susun Aturan Investasi Miras, Istana: Semua Dilibatkan

Ilustrasi minuman keras.
Ilustrasi minuman keras. (Tribun Jabar/Taufik Ismail)

Jika proses tersebut sudah selesai, gandum lalu dimasukan ke oven.

Selanjutnya, peragian gandum yang dilakukan bersamaan dengan pemasakan bahan bir seperti air, mauch, dan hop.

Bahan-bahan itu lalu dicampur dalam satu ketel, sehingga berubah menjadi alkohol dan CO2.

Setelah itu, pendinginan bahan-bahan bir dalam suhu minus 0 derajat celcius.

Kemudian masuk tahap penyaringan, prosesnya tiga kali penyaringan agar bersih.

Terakhir, bir dituang ke dalam botol yang sudah disterilkan, lalu bir ditutup dengan penutup impor.

Semua proses tadi telah menggunakan mesin-mesin modern.

“Tenaga manusia hanya mengawasi,” tulis Djaja. 

Dengan demikian, kualitas bir tetap terjaga dan kuantitasnya stabil.

Bir buatan Budjana Yasa dijual di hotel-hotel, pusat belanja kelas atas, dan tempat wisata lainnya sesuai aturan daerah.

Baca juga: Rencana Pemprov DKI Jakarta Jual Saham di Perusahaan Bir Belum Juga Terealisasi, Mengapa?

Harganya di bawah bir impor, namun tetap tergolong mahal untuk kebanyakan orang.

“Biasanya orang yang tiap hari minum bir adalah orang-orang yang padat kantongnya,” terang Djaja.

Selama masa ini, permintaan bir di Jakarta terus meningkat.

Selain Angker, pabrik bir di Jakarta juga memproduksi bir hitam Tjap Srimpi yang mengandung karamel.

Popularitas bir ini cukup luas dan sering muncul di iklan-iklan media massa.

Pada masa Ali Sadikin menjabat gubernur DKI Jakarta, pabrik bir Budjana Yasa diambil alih oleh pemerintah daerah.

Perusahaan ini dialihkan menjadi BUMD milik Pemprov DKI Jakarta di bawah PT Budjaya Djaja.

Di tahun 1970, namanya resmi berganti menjadi PT Delta Djakarta.

Investasi pemerintah daerah di perusahaan bir ini masih terus bertahan hingga sekarang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Air Kali Ciliwung Dijadikan Miras dan Laku di Pasaran. . ."

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved