Vaksin Covid-19 AstraZeneca Sebabkan Pendarahan, Beberapa Negara di Eropa Tangguhkan Izin Penggunaan
Beberapa negara di Eropa menanggukan izin penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca, setelah munculnya kasus pendarahan pasca penyuntikan vaksin tersebut
TRIBUNTERNATE.COM - Beberapa negara di Eropa menangguhkan izin penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca, setelah munculnya kasus pendarahan pasca-penyuntikan vaksin tersebut.
Pemerintah Norwegia, Bulgaria, Denmark, dan Islandia, sedang menyoroti permasalahan perdarahan setelah disuntikkannya vaksin AstraZeneca.
Pemerintah negara-negara tersebut menangguhkan izin penggunaan vaksin AstraZeneca sementara, selagi diadakannya penelitian untuk mengetahui kemungkinan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh vaksin itu.
Terdapat tiga orang yang berada di golongan usia muda yang menerima vaksin yang diproduksi oleh AstraZeneca, mengalami pembekuan darah internal atau pendarahan di otak.
Hal ini diumukan oleh Lembaga Kesehatan Masyarakat Norwegia, Folkehelseinstituttet, Sabtu, (13/3/2021).
Ketiganya orang yang mengalami efek samping tersebut adalah tenaga kesehatan.
Lembaga Kesehatan Masyarakt Norwegia mengatakan akan menyelidiki apakah ada kaitan antara pendarahan tersebut dengan disuntikannya vaksin AstraZeneca kepada ketiganya.
“Sesuatu seperti ini jarang terjadi, tetapi sangat serius,” Steinar Madsen, Kepala Badan Obat-obatan Norwegia kepada pers, dikutip dari South China Morning Post.
Kabar pendarahan pada tiga tenaga kesehatan dari Norwegia tersebut adalah contoh terbaru dari tenaga kesehatan yang mengalami efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Meski demikian, beberapa badan medis, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia, berpendapat bahwa vaksin itu aman.
Namun, masyarakat Eropa mulai khawatir tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca itu.
Selain itu, Norwegia juga mencatat beberapa kasus orang-orang yang berada dalam golongan usia muda yang mengalami memar atau pecah pembuluh darah pasca-menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Hal ini diungkapkan oleh, Sigurd Hortemo, pegawai Lembaga Kesehatan Norwegia, Folkehelseinstituttet.
Baca juga: 8 Negara Eropa Tangguhkan Vaksin AstraZeneca, Ini Respon Kemenkes dan Satgas Covid-19
Baca juga: Mantan Gubernur Sumbar & Istri Positif Covid-19 Seminggu setelah Divaksin, Ini Kata Dinkes
Saat ini otoritas kesehatan di Norwegia juga meminta orang di bawah 50 tahun yang menerima vaksin AstraZeneca dalam dua minggu terakhir untuk waspada terhadap efek samping pendarahan.
Selain itu, pihaknya juga meminta jika mereka merasakan efek samping, segera berkonsultasi ke dokter jika diperlukan.
Norwegia telah memberikan suntikan 121.820 dosis vaksin AstraZeneca sebelum menghentikan penggunaannya pada Kamis (11/3/2021).
Keputusan tersebut dipicu oleh adanya sebuah kasus di Denmark, di mana seseorang meninggal karena trombosis segera setelah disuntik vaksin Astra Zeneca.
Meski demikian, otoritas Denmark belum dapat menunjukkan kaitan kematian orang itu dengan disuntikannya vaksin Astra Zeneca tersebut.

Seorang Wanita di Bulgaria Meninggal 15 Jam Pasca-disuntik Vaksin AstraZeneca
Sementara itu, pemerintah Bulgaria menghentikan izin penggunaan sementara vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca pada Jumat (12/3/2021).
Keputusan ini diambil oleh pemerintah Bulgaria setelah seorang wanita meninggal beberapa jam setelah menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
"Sampai semua keraguan (kepada vaksin AstraZeneca) hilang, kami menghentikan vaksinasi dengan vaksin ini," kata Perdana Menteri Bulgaria, Boyko Borissov, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Bulgaria, Kostadin Angelov, mengatakan seorang wanita 57 tahun dari sebuah desa di Bulgaria selatan, meninggal karena gagal jantung sekitar 15 jam setelah menerima suntikan AstraZeneca pada Kamis (11/3/2021).
"Ini hanya tindakan pencegahan," kata Angelov.
Selain itu, Angelov juga mengimbau bagi mereka yang sudah divaksin AstraZeneca untuk tetap tenang.
Angelov mengatakan, pihaknya belum memiliki data resmi yang menyatakan kematian wanit aitu terkait dengan penyuntikan vaksin AstraZeneca.
Dikatakan Angelov, wanita yang meninggal itu memiliki riwayat penyakit jantung dan menderita obesitas.
Angelov mengatakan, penyelidikan medis atas kematian wanita tersebut akan siap diumumkan dalam tujuh hari.
Namun, menurut Angelov, hasil otopsi tidak menemukan adanya gumpalan darah dalam tubuh wanita itu.
Pemerintah Bulgaria masih tetap mempercepat peyuntikan vaksin dengan menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna.
Selain itu, pihak pemerintah Bulgaria mengatakan akan menyimpan persediaan vaksin AstraZeneca sementara menunggu hasil penyelidikan.
Baca juga: Jelang Ramadhan 2021: Apakah Vaksinasi Covid-19 Membatalkan Puasa? Ini Penjelasan Maruf Amin
Baca juga: Jokowi: Indonesia Amankan Vaksin Covid-19 dari Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan Pfizer BioNTech

Tanggapan AstraZeneca
Diketahui, Denmark, Norwegia, Bulgaria dan Islandia untuk sementara menangguhkan izin penggunaan AstraZeneca di tengah adanya laporan bahwa efek samping pendarahan atau gumpalan darah terjadi pada beberapa orang yang menerima suntikan AstraZeneca.
Menanggapi hal ini, pihak AstraZeneca mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti peningkatan risiko emboli paru atau trombosis vena dalam yang ditandai dengan pembentukan gumpalan darah, dalam data keamanan miliknya yang terdiri lebih dari 10 juta catatan.
Pihak AstraZeneca juga mengatakan, mereka juga telah melihat data dengan mempertimbangkan subkelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, batch produksi, maupun negara.
Pihak European Medicine Agency (EMA) juga mengatakan bahwa suntikan vaksin harus terus diberikan.
EMA berdalih dengan mengatakan manfaat dari vaksinasi tersebut lebih besar daripada risikonya.
Sementara itu, Pemerintah Jerman mengatakan akan terus melanjutkan pemberian suntikan vaksin AstraZeneca kepada masyarakatnya.
Prancis juga mengatakan, vaksin AstraZeneca telah menunjukkan kemanjuran yang luar biasa bagi masyarakatnya.
(TribunTernate.com/Qonitah)