24 Pegawai KPK Disebut Tak Bisa Dibina, Novel Baswedan: Seperti Dibuat Lebih Jelek daripada Koruptor
Penyidik senior KPK, Novel Baswedan, pun angkat bicara mengenai polemik 75 pegawai lembaga antirasuah yang tidak lolos TWK.
Pertama, ia dan kawan-kawan di KPK yakin bahwa proses tes tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya.
Kedua, pasca-dinyatakan tidak lolos TWK, ada stigma yang dilabelkan terhadap ke-75 pegawai KPK itu.
Menurut Novel Baswedan, mereka dianggap tidak memiliki jiwa nasionalis dan pancasilais.
Padahal, para pegawai KPK yang tidak lolos TWK itu sudah pernah menjalani tes-tes serupa dan menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya.
"Karena, kami itu yakin bahwa proses tes ini tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya. Yang kedua, terkait dengan tes ini, kemudian kami distigma seolah-olah tidak berwawasan kebangsaan, tidak pancasilais, dan lain-lain," kata Novel
"Padahal kami sudah sering melakukan tes-tes serupa, kami sudah menunjukkan dharma bakti yang sebaik-baiknya dalam melaksanakan tugas," lanjutnya.
Pria kelahiran Semarang, 22 Juni 1977 itu juga menilai, penyebutan 24 para pegawai KPK yang tidak lolos TWK sebagai tidak bisa dibina lagi adalah hal yang sangat buruk.
Bahkan, ia menilai sebutan itu jauh lebih jelek ketimbang upaya mengampanyekan anti-korupsi lewat para koruptor.
"Terus dibuat seolah-olah kami adalah orang yang bermasalah, bahkan beberapa dikatakan tidak bisa dibina lagi... Itu kan sangat buruk sekali. Dalam beberapa kesempatan, pimpinan KPK pernah mengatakan, menggunakan koruptor, atau tersangka koruptor, untuk hal-hal yang terkait anti-korupsi. Kami sepertinya dibuat lebih jelek daripada itu," lanjutnya.
Selain itu, Novel Baswedan menilai tes TWK merupakan upaya penyingkiran orang-orang yang bekerja dengan baik di tubuh KPK.
Ia menegaskan, penyingkiran ini tentu berbahaya sekali terutama terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Anda merasa ditempatkan di posisi yang lebih jelek daripada koruptor?" tanya Najwa Shihab, kembali menegaskan.
"Lebih jelek daripada itu. Saya pikir, ini menghina dan saya kira, keterlaluan. Saya tidak melihat ini adalah proses mekanisme tes biasa. Saya melihat ini adalah upaya menyingkirkan orang-orang yang bekerja baik di KPK dan itu bahaya sekali," pungkas Novel Baswedan.
Selengkapnya, simak video berikut:
(TribunTernate.com/Rizki A.)