Lawan Covid19
9 Mitos soal Makanan yang Bisa Sembuhkan Covid-19, Racikan Air Kelapa & Jeruk Nipis Justru Berbahaya
Berikut 9 mitos tentang makanan yang bisa sembuhkan Covid-19. Faktanya, racikan air kelapa, jeruk nipis, garam, dan madu justru membahayakan lambung.
TRIBUNTERNATE.COM - Di tengah penularan Covid-19 yang masih belum juga turun, sejumlah mitos tentang makanan dan minuman yang bisa membantu menyembuhkan virus corona semakin bertambah.
Seperti misalnya kasus susu beruang yang beberapa waktu lalu menjadi buruan masyarakat karena dipercaya bisa menangkal Covid-19.
Saking banyaknya masyarakat yang percaya dengan hal tersebut, harga susu beruang pun naik signifikan, bahkan sempat menjadi barang langka.
Padahal, belum ada fakta yang bisa membuktikan bahwa susu beruang dapat menangkal seseorang dari virus corona.
Selain itu, masih banyak informasi lain tentang makanan dan minuman yang bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19 beredar di masyarakat.
Setidaknya, sudah ada sembilan mitos tentang makanan dan Covid-19 yang beredar di masyarakat.
Mulai dari meminum teh herbal, bawang putih, konsumsi probiotok, meminum air panas hingga meghirup uap panas.
Baca juga: Tak Ingin Tertular Covid-19 saat Terima Makanan dari Ojol? Ini 7 Kiat Aman Pesan Makanan Online
Baca juga: Epidemiolog Perkirakan Puncak Kasus Infeksi Covid-19 di Indonesia Terjadi pada Agustus 2021
Dilansir laman Covid19.go.id, berikut sembilan mitos tentang makanan dan minuman yang dipercaya bisa menyembuhkan Covid-19, namun nyatanya belum bisa dibuktikan:
1. Mitos - Teh herbal bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19
Faktanya, tidak ada bukti yang dapat mendukung penggunaan teh herbal untuk mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
2. Mitos - Konsumsi probiotik bisa mencegah Covid-19
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan atau digunakan sebagai suplemen makanan untuk memberikan manfaat kesehatan.
Namun demikian, belum ada bukti yang mendukung penggunaan probiotik untuk membantu mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
3. Mitos - Jahe bisa mencegah Covid-19
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa memakan atau mengonsumsi jahe bisa melindungi orang dari Covid-19.
Namun, jahe adalah makanan yang mungkin memiliki beberapa sifat antimikroba dan anti-inflamasi.

4. Mitos - Makan bawang putih bisa mencegah Covid-19
Tidak ada bukti yang bisa menunjukkan bahwa memakan atau mengonsumsi bawang putih bisa melindungi orang dari Covid-19.
5. Mitos - Menambahkan cabai pada sup atau makanan bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19
Faktanya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menambahkan cabai ke makanan bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
6. Mitos - Racikan air kelapa muda, jeruk nipis, garam, dan madu bisa membunuh virus corona
Klaim yang menyebutkan bahwa racikan air kelapa muda, jeruk nipis, garam, dan madu bisa membunuh Covid-19, belum terbukti secara medis.
Justru, mengonsumsi racikan ini bisa menimbulkan efek samping bagi orang-orang yang memiliki masalah lambung.
7. Mitos - Berkumur dengan air garam dan minum air hangat bisa membunuh virus corona
Belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kandungan natrium yang terdapt dalam air garam bisa membunuh virus penyebab Covid-19.
8. Mitos - Campuran air panas dan lemon bisa membunuh virus penyebab Covid-19
Faktanya, tidak ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa campuran air panas dan lemon bisa mengobati Covid-19.
9. Mitos - Konsumsi minuman panas dan menghirup uap panas bisa membunuh virus corona
Faktanya, tidak ada hasil penelitian yang menemukan bahwa mengkonsumsi minuman panas dan menghirup uap panas bisa membunuh virus penyebab Covid-19.
Alih-alih mempercayai mitos-mitos seputar makanan dan Covid-19 di atas, menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M) jauh lebih efektif untuk mencegah penularan Covid-19.
Baca juga: Wamenkes RI Sebut 90-94 Persen Penderita Covid-19 yang Meninggal Dunia Belum Divaksin
Baca juga: WHO: Virus Corona Varian Delta akan Mendominasi Pandemi Covid-19 dalam Beberapa Bulan ke Depan
5 Info Penting Ini soal Varian Delta yang Mendominasi Kasus Covid-19 di Indonesia
Dalam tiga minggu terakhir, kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan yang sangat tinggi.
Dalam waktu 20 hari saja, yakni dari 4 Juli 2021 hingga 24 Juli 2021, terdapat 843.724 penambahan kasus Covid-19.
Padahal sebelumnya, dalam waktu 23 hari, yakni dari 11 Juni 2021 hingga 4 Juli 2021, penambahan kasus Covid-19 berada di angka 390.059.
Dengan demikian, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia naik dua kali lipat hanya dalam waktu tiga minggu.
Salah satu faktor yang berkontribusi pada melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia ini adalah virus corona varian Delta.
Varian Delta memiliki tingkat penyebaran yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan varian pertama virus penyebab Covid-19.
Dikutip dari laman Covid19.go.id, berikut 5 info penting tentang varian Delta yang jadi penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia:
1. Kasus Covid-19 Indonesia didominasi varian Delta
Dalam tiga minggu terakhir, 95 persen dari kasus Covid-19 yang tercatat adalah varian Delta.
"Jika dilihat dari data GISAID, selama tiga minggu terakhir lebih dari 95 persen merupakan varian Delta dan sisanya adalah varian Alpha dan varian lokal Indonesia," tutur Sugiono Saputra, Ketua Tim WGS SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
2. Varian Delta 50 persen lebih menular
Menurut Covid19.go.id, varian Delta 50 persen lebih menular daripada varian Alpha.
Padahal, varian Alpha sendiri sudah 50 persen lebih menular daripada virus Sars-CoV-2 yang pertama kali ditemukan.
Satu orang yang terinfeksi Covid-19 dari strain pertama rata-rata menulari atau menginfeksi 2,5 orang.
Sementara, satu orang yang terinfeksi Covid-19 varian Delta rata-rata dapat menginfeksi 3,5 hingga 4 orang.
3. Meningkatkan risiko kematian
Sifat varian Delta yang cepat sekali menyebar bisa menyebabkan risiko kematian menjadi lebih tinggi.
Jika varian Delta menyebar dengan cepat maka jumlah kasus Covid-19 pun meningkat dengan cepat.
Sehingga kebutuhan perawatan di rumah sakit juga menjadi lebih tinggi.
Sementara, jika beban rumah fasilitas kesehatan meningkat, tetapi kapasitas tidak memadai, maka akan ada banyak orang yang tidak bisa mendapatkan perawatan.
Dengan begitu, risiko kematian menjadi lebih tinggi karena pasien Covid-19 tidak mendapatkan penanganan yang optimal.
4. Orang yang tidak vaksin berisiko tinggi
Sebuah riset awal yang dilakukan di Skotlandia menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan varian Alpha, varian Delta dua kali lebih mungkin menyebabkan seseorang yang belum divaksinasi harus dirawat inap.
Untuk itu, segeralah lakukan vaksinasi Covid-19 agar terhindar dari gejala berat dan risiko kematian jika suatu saat terkena Covid-19.
5. Langkah 3M ampuh lawan varian Delta
Penyebaran utama virus penyebab Covid-19 adalah melalui droplet atau percikan air liur.
Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabur di air mengalir (3M) masih ampuh untuk menghindarkan seseorang dari penularan Covid-19.
Untuk itu, masyarakat harus disiplin dan konsisten dalam menerapkan 3M.
(TribunTernate.com/Ron)