Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

CDC: Orang yang Tidak Divaksin 11 Kali Lebih Mungkin Meninggal karena Covid-19

CDC Amerika Serikat mengungkapkan orang yang tidak divaksinasi 11 kali lebih mungkin meninggal karena Covid-19 dibandingkan orang yang telah divaksin.

Tauseef Mustafa/AFP/Getty Images
Ilustrasi Covid-19 - CDC Amerika Serikat mengungkapkan orang yang tidak divaksinasi 11 kali lebih mungkin meninggal karena Covid-19 dibandingkan orang yang telah mendapatkan vaksin. 

TRIBUNTERNATE.COM - Orang yang tidak divaksin memiliki risiko 11 kali lebih mungkin meninggal dunia karena Covid-19 dibandingkan orang yang telah mendapatkan vaksin.

Hal ini diungkapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) dalam sebuah rilis data.

Melansir Anadolu Agency, Direktur Rochelle Wallensky mengatakan temuan ini didasarkan pada tinjauan kasus, rawat inap, dan kematian di 13 negara bagian di AS.

Temuan ini sekaligus menjadi bukti kekuatan vaksin Covid-19.

Penelitian ini melihat data dari dua bulan terakhir ketika varian delta yang sangat menular menjadi jenis virus corona yang dominan di AS.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa vaksin secara signifkan meningkatkan perlindungan seseorang dari kematian yang disebabkan oleh Covid-19.

Baca juga: Dirjen WHO Minta Distribusi Vaksin Covid-19 ke Negara Miskin Bukan Hanya Sekadar Janji Kosong

Baca juga: Krisis Iklim, PBB Peringatkan Manusia Timbulkan Dampak yang Tak Dapat Diubah Lagi bagi Bumi

Baca juga: Ini 9 Vaksin Covid-19 yang Penggunaannya Diizinkan BPOM, Pemerintah Pastikan Semua Vaksin Aman

Selain itu, vaksin juga terbukti sangat melindungi seseorang terhadap paparan virus corona dan gejala parah yang perlu dirawat di rumah sakit.

Orang yang tidak divaksinasi kira-kira 4,5 kali lebih mungkin tertular Covid-19, dan lebih dari 10 kali lebih mungkin mengalami gejala parah dan perlu dirawat di rumah sakit.

"Seperti yang telah kami tunjukkan dalam penelitian demi penelitian, vaksinasi berhasil," kata Walensky selama konferensi pers virtual.

"Intinya adalah ini: kita memiliki alat ilmiah yang kita butuhkan untuk membelokkan pandemi ini."

"Yang ingin saya tegaskan di sini adalah masih lebih dari 90 persen orang yang berada di rumah sakit yang tidak divaksinasi," kata Walensky.

"Kami masih memiliki lebih dari 10 kali jumlah orang di rumah sakit yang tidak divaksinasi, dibandingkan dengan yang divaksinasi," tambahnya.

Studi tentang Vaksin Booster

Melansir The Straits Times, dua penelitian lain yang diterbitkan pada hari yang sama mendeteksi berkurangnya perlindungan dari vaksin di antara orang dewasa yang lebih tua.

Satu studi, yang dilakukan di lima Veterans Affairs Medical Centres, menemukan bahwa perlindungan terhadap gejala parah menurun seiring bertambahnya usia, menjadi 80 persen untuk mereka yang berusia 66 tahun ke atas.

Kemudian, untuk orang dewasa berusia 18-64 tahun turun dari 95 persen.

Sementara itu, studi kedua menemukan efektivitas vaksin menurun pada usia 75.

Temuan ini dapat membantu mengidentifikasi populasi mana yang kemungkinan membutuhkan dosis tambahan atau suntikan booster.

Baca juga: Soroti Dugaan Pelecehan di KPI, Ernest Prakasa Blokir Nomor Agung Suprio: Saya Sudah Tak Percaya

Baca juga: Wacana Jabatan Presiden 3 Periode: Fadjroel Rachman Tegaskan Jokowi Menolak, Ini Kata Pengamat

Pada bulan Agustus, Food and Drug Administration (FDA) memberi wewenang untuk memberikan dosis ketiga vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna kepada beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk pasien transplantasi organ.

Tetapi para pejabat setempat mengatakan tidak ada data yang cukup tentang apakah efektivitas vaksin menurun dari waktu ke waktu untuk merekomendasikan booster untuk orang dewasa yang sehat.

Data juga menunjukkan bahwa vaksin Moderna kemungkinan sedikit lebih efektif dalam mencegah infeksi dan gejala parahh dengan varian Delta, dibandingkan dengan vaksin Pfizer-BioNTech.

Kedua vaksin mRNA tersebut memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada suntikan Johnson & Johnson.

Dalam studi terhadap 33.000 pertemuan medis di sembilan negara bagian antara Juni dan Agustus, vaksin Moderna memiliki tingkat efektivitas 92 persen terhadap infeksi, dibandingkan dengan 77 persen untuk vaksin Pfizer-BioNTech.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved