Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Risma Marah-marah, Pengamat Sebut Gayanya Mirip Ahok: Sayangnya Ini Cenderung Tidak Disukai Publik

"Sebenarnya sederhana, Risma ini ingin mempertontonkan kepada publik bahwa beliau adalah pemimpin yang punya pembeda dengan yang lainnya."

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini tak kuasa menahan tangis saat doa dipanjatnya Bu Nyai dalam doa bersama untuk kemenangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Cawali-Cawawali) Surabaya nomor urut 1, Eri Cahyadi-Armudji, di Hotel Pesonna, Surabaya, Jumat (4/12/2020). 

TRIBUNTERNATE.COM - Aksi Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang kerap marah di depan publik menjadi perbincangan dan mendapat tanggapan dari pengamat politik UIN Syarief Hidayatullah, Adi Prayitno.

Diketahui, wanita yang akrab disapa Risma itu belum lama ini terlihat memarahi seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo bernama Fajar Sidik Napu.

Ini bukanlah kali pertama aksi Risma marah-marah terlihat di depan publik.

Ciri khas komunikasi keras dan marah yang dibawakan Risma, menurut Adi, dilakukan untuk menjadi pembeda dengan pemimpin lainnya.

"Sebenarnya sederhana, Risma ini ingin mempertontonkan kepada publik bahwa beliau adalah pemimpin yang punya pembeda dengan yang lainnya."

"Kalau (pemimpin, red) yang lain punya persoalan relatif lebih kalem, menggunakan cara-cara ketimuran."

"Risma tidak, dia menggunakan terobosan yang menurut dia harus menjadi perhatian publik," kata Adi, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Selasa (5/10/2021).

Adi menilai, dari segi komunikasi ada dua pesan yang ingin disampaikan Risma di balik aksi marahnya di depan publik.

Pertama, ingin menunjukkan sosok Risma sendiri.

Baca juga: Tri Rismaharini Minta Maaf, Gubernur Gorontalo Minta Pendamping PKH Memaafkan

Baca juga: Viral Video Bupati Alor Marahi Dua Staf Kemensos RI, Tri Rismaharini Beri Penjelasan

Baca juga: Ada Penyaluran BNPT Sembako yang Tak Sesuai, Tri Rismaharini Marah-marah: Yang Satu Bulan ke Mana?

Baca juga: Kemensos RI Hapus Santunan Korban Meninggal Dunia akibat Covid-19, Ini Penjelasan Tri Rismaharini

Pengamat Politik, Adi Prayitno
Pengamat Politik, Adi Prayitno (Tangkap layar channel YouTube tvOne)

Kedua, supaya apa yang menjadi pokok persoalan viral hingga dibicarakan orang.

"Ketika Risma misalnya mengatur lalu lintas, duduk di lampu merah, nyapu di makam syeh atau marah-marah, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Risma harus menjadi perhatian publik sehingga menjadi perbincangan," kata Adi.

Hal itu Adi contohkan dengan persoalan Risma memarahi pendamping PKH di Gorontalo beberapa waktu lalu.

Menurutnya, aksi marah Risma berimplikasi membuat persoalan tentang data-data penerima bansos ikut dibicarakan.

"Artinya Risma berani melakukan hal-hal yang tidak wajar demi menyampaikan pesan yang harus menjadi perhatian serius oleh publik."

"Makanya belakangan setelah Risma memarahi data PKH, viral tentang datanya yang memang amburadul," jelas Adi.

Menteri Sosial Tri Rismaharini
Menteri Sosial Tri Rismaharini (Istimewa)

Baca juga: Jumat Pekan Ini, Menkeu Sri Mulyani akan Beri Penjelasan tentang KTP Bisa Jadi NPWP

Baca juga: PPKM Diperpanjang Lagi hingga 18 Oktober 2021, Simak Aturan Barunya: Gym Dibuka, Kapasitas 25 Persen

Baca juga: WhatsApp, Facebook, dan Instagram Down, Kekayaan Mark Zuckerberg Ikut Anjlok Rp85 Triliun

Baca juga: Peringkat 10 Besar Nilai SKD CPNS 2021 hingga Senin, 4 Oktober 2021, Berapa Nilai Tertinggi?

Kendati demikian, Adi menilai gaya komunikasi seperti Risma kurang disukai publik.

Bahkan, ia menjadi teringat dengan sosok Mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjadi Komisaris Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Buntut dari gaya komunikasi Ahok yang cenderung blak-blakan, sosoknya kerap mendapat kritikan dari banyak pihak.

"Tapi prolemnya model komunikasi yang konfontratif kaya gitu cenderung tidak disukai oleh publik."

"Betul bahwa Risma sedang memancing perdebatan serius tentang suatu persoalan, tapi komunikasi yang agresif selain tidak disukai orang, kemudian mengingatkan apa yang terjadi pada Ahok,"

"Ahok kurang hebat gimana, dinilai punya kerja yang bagus, tegas, tapi karena sering marah-marah justru tidak mendapat intensif yang postif, tapi negatif, bahkan mendapatkan bully-an dan kritik di mana-mana," ujar Adi.

Pendamping PKH Tak Keberatan Dimarahi Risma hingga Anggap Masalah Selesai

Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo, Fajar Sidik Napu yang menjadi korban kemarahan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, buka suara.

Fajar diundang oleh Gubernur Gorontalo Rusli Habibie di kediaman pribadinya di Kelurahan Moodu Kota Gorontalo, Minggu (3/10/2021) kemarin.

Rusli sengaja mengundang Fajar untuk mendengarkan klarifikasi terkait aksi Mensos Risma yang marah-marah kepadanya.

Di hadapan Gubernur Rusli, Fajar mengaku sudah memaafkan Mensos Risma.

Ia menilai sikap Mensos sebagai bentuk perhatian seorang ibu kepada anak-anaknya.

Fajar pun mengaku tak keberatan dengan sikap Mensos Risma yang memarahinya di depan publik.

"Beberapa media juga bertanya kepada saya, apakah saya keberatan dengan tindakan kemarin? Saya membalas tidak."

"Tidak mungkin saya memarahi orang tua yang memarahi saya, karena bagi saya itu bagian dari pendidikan ke kami,” kata Fajar, dikutip Tribunnews.com dari situs resmi Pemprov Gorontalo, Senin (4/10/2021).

Kemudian, Fajar menjelaskan duduk perkara persoalan yang terjadi saat itu.

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie saat bertemu dengan Fajar Sidik Napu, pendamping PKH yang sempat dimarah-marahi Mensos Risma Kamis lalu. Fajar diundang Gubernur Rusli di kediaman pribadinya, Minggu (3/10/2021) untuk meminta maaf dan memaafkan Mensos Risma.
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie saat bertemu dengan Fajar Sidik Napu, pendamping PKH yang sempat dimarah-marahi Mensos Risma Kamis lalu. Fajar diundang Gubernur Rusli di kediaman pribadinya, Minggu (3/10/2021) untuk meminta maaf dan memaafkan Mensos Risma. (Gorontaloprov.go.id/Salman)

Ketika itu, katanya, ada 26 nama penerima PKH yang dipertanyakan oleh kepala desa kenapa uangnya belum masuk.

Fajar menjelaskan, hal itu karena nama-nama tersebut belum masuk di daftar Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang menjadi domain Kementrian Sosial.

"Berikutnya saya jelaskan karena saat ini sedang terjadi proses pemadanan data sehingga terindikasi KPM ini dinonaktifkan dari DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial)," beber Fajar.

Menerima penjelasan itu, Risma bertanya kepada staf kementerian yang menjawab datanya ada.

Begitu pula dengan jawaban pihak bank yang bertugas mencairkan dana.

Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Menteri Sosial Tri Rismaharini. (Istimewa)

"Pihak bank menyampaikan sudah dalam proses transaksi. Mendengar hal itu ibu menteri langsung berdiri ke arah saya."

"Padahal maksud pihak bank itu yang sudah transaksi untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) bukan penerima PKH yang ibu menteri maksudkan," lanjutnya.

Setelah kejadian tersebut, Fajar sudah mengklarifikasi kepada Mensos Risma.

Ia menjelaskan jika daftar 26 nama nama tersebut masih ada di aplikasi e-pkh.

Sebagian besar di antaranya merupakan penerima perluasan (PKH baru penambahan) tahun 2021.

"Nama-nama yang belum masuk uangnya itu, PKH perluasan yang pendataannya dilakukan bulan Januari dan pengaktifannya antara bulan Juni dan Juli 2021," imbuhnya.

Sebagai koordinator PKH, pihaknya berkomitmen untuk bekerja sesuai dengan prinsip SIP yakni santun, integritas dan profesional.

Pihaknya tidak pernah menghapus dan menambah data sesuka hati dan data tersebut tersimpan di Kementerian Sosial.

Risma Minta Maaf ke Gubernur Gorontalo

Setelah persoalan Risma marah-marah menjadi ramai, Rusli mengaku langsung mendapat permintaan maaf dari Mensos Risma.

Rusli mengaku menerima permintaan maaf itu dari WhatsApp pribadi Mensos Risma.

Pesan itu dikirim ke istrinya Idah Syahidah yang juga sebagai anggota Komisi VIII DPR RI.

"Sebagai gubernur juga saya meminta maaf kepada Ibu Menteri jika ada kalimat, sikap saya yang menyinggung ibu menteri untuk mohon dimaafkan," katanya.

Gubernur Rusli mengaku tidak ingin memperpanjang masalah ini dan meminta semua orang menyikapinya secara bijak.

Rusli mengaku sayang ke Mensos Risma, ia hanya tidak ingin sikap sering marah-marah Risma terus berlanjut di daerah lain.

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Menteri Sosial Tri Rismaharini
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Menteri Sosial Tri Rismaharini (kolase tribunnews)

"Saya takutnya Ibu Menteri bertemu dengan warga yang tingkat kecerdasannya kurang, kita katakan sumbu pendek atau gimana maka ibu menteri yang balik diserang."

"Itu yang tidak kita harapkan. Mudah mudahan ini yang pertama dan terakhir," imbuhnya.

Rusli berharap agar permasalahan ini sudah berakhir.

Ia juga memastikan apa yang dilakukan adalah bentuk tanggungjawabnya sebagai gubernur sebagaimana Ibu Risma datang sebagai seorang menteri, tidak ada kaitannya dengan politik dan partai politik manapun.

"Jadi sudah clean and clear ini semata mata miskomunikasi. Jadi jangan digiring jadi opini politik. Tidak ada hubungan sama sekali. Saya bicara sebagai gubernur, Pak Fajar sebagai koordinator, Ibu Risma datang bukan sebagai kader partai tapi sebagai Mensos RI," tegasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kata Pengamat soal Aksi Marah-marah Risma, Ingin Jadi Pembeda hingga Mengingatkan Sosok Ahok

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved