Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Rekonstruksi Kasus Tewasnya Mahasiswa UNS saat Diklat Menwa: Korban Sudah Lemas tapi Masih Dipukul

Saat rekonstruksi tersangka sempat diganti peran penganti dan tidak mengakui melakukan pemukulan dengan popor senjata.

TribunSolo.com Septiana Ayu/Instagram @menwa_uns
GE (20), mahasiswa yang tewas saat Diksar Menwa UNS (kiri) dan kantor Menwa UNS (kanan). 

TRIBUNTERNATE.COM - Kasus tewasnya mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, GE alias Gilang Endi Saputra, saat mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar (diklatsar) yang diadakan Resimen Mahasiwa (Menwa) UNS masih terus bergulir.

Diketahui, Gilang Endi Saputra meninggal dunia diduga akibat penganiayaan dari seniornya pada Minggu (24/10/2021) lalu.

Rekonstruksi kasus kematian Gilang Endi Saputra pun digelar Polresta Solo, di Kompleks Stadion Manahan Solo, Kamis (18/11/2021).

Sejumlah fakta baru terungkap dalam rekonstruksi kasus tersebut. Detik-detik kematian Gilang pun ternyata terjadi begitu menyedihkan.

Salah satu fakta yang baru terungkap adalah bagaimana Gilang justru mendapatkan bullying dari para senior Menwa, saat ia mengiba kondisi fisiknya sudah tak kuat lagi.

Terlihat dalam adegan rekonstruksi, Gilang sebenarnya sudah mengaku tidak kuat dengan latihan fisik yang diberikan.

Bukannya dibawa ke tim medis, Gilang malah diejek sejumlah panitia dengan kata 'cengeng'.

Baca juga: Arteria Dahlan Sebut Polisi, Jaksa, dan Hakim Tidak Boleh Di-OTT, Novel Baswedan: Belajar di Mana?

Baca juga: Ungkap Fakta Baru, Nirina Zubir Sebut Mantan ART Tidak Hanya Gelapkan 6 Sertifikat Tanah

Baca juga: WHO: Eropa jadi Satu-satunya Wilayah di mana Jumlah Kasus Kematian karena Covid-19 Meningkat

Dalam rekonstruksi ini, ada total 69 adegan yang dilakukan kedua tersangka, seperti yang terlihat pada adegan 22, 25, dan 31.

Saat itu para peserta melakukan kegiatan alarm stelling, atau latihan untuk secepat-cepatnya hadir dalam kondisi siap, saat terjadinya kondisi gawat darurat.

Dalam kegiatan itu, seluruh peserta mendapatkan tamparan dari tersangka NFM, termasuk korban Gilang.

Hukuman tamparan itu diberikan karena para peserta telat.

Saat rekonstruksi berjalan, ada keterangan yang berbeda dari saksi dan tersangka.

Versi saksi, NFM dan FJP memukul Gilang menggunakan replika senjata atau popor.

Namun, para tersangka menyangkal melakukan pemukulan pada Gilang. Mereka berdalih memukulkan popor ke peserta lain.

Bahkan, dalam rekonstruksi tersangka tidak mau memeragakan adegan memukul Gilang dengan popor.

Pada adegan 31, Gilang dan peserta lain juga mendapatkan hukuman saat senam senjata oleh FJP.

Saat berada di Jembatan Jurug juga, para peserta melakukan repelling.

Saat itu, keadaan Gilang sudah lemas.

Namun, panitia masih memaksanya berjalan menuju markas Menwa.

Baca juga: Terungkap, Ini Sosok Dua Tersangka dalam Kasus Tewasnya Mahasiswa UNS Saat Mengikuti Diklatsar Menwa

Baca juga: Tanggapan Rektor UNS soal Penetapan 2 Tersangka dalam Kasus Kematian Gilang saat Diklat Menwa

Baca juga: Hasil Autopsi Mahasiswa UNS yang Tewas Saat Diklat Menwa Sudah Keluar, Mengapa Belum Ada Tersangka?

Menurut saksi pihak kepolisian, posisi Gilang saat berjalan ke markas berada di depan rombongan.

Saat itu, dia mendapatkan hukuman dipukul kepalanya.

Menurut para peserta, yang memukul kepala Gilang dengan popor adalah FJP.

Namun, FJP tidak mengakuinya.

Dia berdalih membantu membopong Gilang.

Sesampainya di depan markas Menwa, Gilang lemas, terjatuh dan pingsan.

Saat pingsan, Gilang mendapatkan perawatan dari pihak panitia dan dimasukkan ke salah satu gedung di UNS.

Tiba-tiba Gilang mengalami kejang, lalu warga sekitar UNS membantu memberikan perawatan.

Malah Dipanggilkan Dukun

Saat Gilang kejang-kejang, NFM sempat marah-marah, Dia menganggap Gilang mengalami kesurupan.

Panitia kemudian memanggil paranormal, setelah itu kondisi Gilang sempat stabil dan minum air putih sekitar pukul 18.00 WIB.

Paranormal yang dipanggil panitia ini menyebutkan kondisi Gilang baik-baik saja.

Setelah itu, sekitar pukul 20.20 - 21.00 WIB, FPJ beberapa kali memanggil satpam untuk membawa Gilang ke Rumah Sakit.

Gilang sempat diberikan makan oleh panitia, tetapi dia muntah-muntah.

Saat itu, paranormal masih berusaha menyembuhkan Gilang, sementara panitia memanggil taksi online untuk membawa Gilang ke Rumah Sakit.

Saat perjalanan ke Rumah Sakit, tepatnya sampai di perempatan Tugu Cembengan, Gilang sudah tidak bernafas.

Kasatreskrim Polresta Solo AKP Djohan Andika mengatakan, rekonstruksi diikuti oleh Kejaksana Negeri Kota Solo, Panitia dan perserta Diklatsar Menwa UNS dan dua tersangka.

"Ada 69 adengan rekonstruksi untuk memperjelas kelengkapan data dari jaksa penutupan umum saat peristiwa Diklatsar Menwa UNS," ujarnya kepada TribunSolo.com, Kamis (18/11/2021).

Djohan juga mengatakan, saat rekonstruksi tersangka sempat diganti peran penganti dan tidak mengakui melakukan pemukulan dengan popor senjata.

"Iya tidak masalah, itu pengakuan mereka tapi saksi dan bukti akan berbicara di pengadilan," katanya.

(Penulis: Fristin Intan Sulistyowati)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Jeritan Pilu Kematian Gilang : Sudah Mengiba Tak Kuat, Malah Dibully Cengeng oleh Senior Menwa UNS

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mahasiswa UNS yang Tewas Saat Diklatsar Menwa Sudah Mengaku Lemas, Senior Justru Memukul

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved