Lebih dari 1 Juta Orang Kehilangan Indra Penciuman Jangka Panjang Usai Sembuh dari Covid-19
Para peneliti memulai studi usai melihat jumlah kasus harian Covid-19 yang dilaporkan oleh COVID Tracking Project antara 13/1/2020 hingga 7/3/2021.
TRIBUNTERNATE.COM - Sebuah studi baru menyatakan bahwa 700 ribu hingga 1,6 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi Covid-19 kehilangan indra penciuman mereka selama enam bulan atau lebih.
Pernyataan itu diambil dari kesimpulan para peneliti studi tersebut yang berasal dari Universitas Washington kampus St Louis.
Penelitian ini dimulai saat pasien yang mengeluh indra penciuman dan rasa mereka hilang selama berbulan-bulan usai sembuh dari Covid-19 makin banyak.
Jay Piccicillo, salah satu penulis studi tersebut yang juga seorang ahli THT di Universitas Washington mengatakan bahwa ada peningkatan jumlah pasien yang mengeluh soal indra penciuman mereka.
"Dalam beberapa bulan terakhir, rekan-rekan saya dan saya mencatat peningkatan dramatis dalam jumlah pasien yang mencari penjelasan medis untuk disfungsi penciuman," kata Jay, dikutip dari WebMD.
Para peneliti memulai studi itu dengan melihat jumlah kasus harian baru Covid-19 yang dilaporkan oleh COVID Tracking Project antara 13 Januari 2020 hingga 7 Maret 2021.
Baca juga: Sebanyak 1 dari 4 Ibu Hamil yang Terinfeksi Covid-19 Melahirkan secara Prematur
Baca juga: WHO: Eropa jadi Satu-satunya Wilayah di mana Jumlah Kasus Kematian karena Covid-19 Meningkat
Mereka bekerja dalam tingkat frekuensi disfungsi penciuman (OD) COVID akut yang terjadi pada 52,7 persen orang dengan tingkat pemulihan 95,3 persen.
"Analisis kasus harian baru Covid-19, insiden akut OD, dan tingkat pemulihan menunjukkan bahwa lebih dari 700 ribu dan sebanyak 1,6 juta orang AS mengalami COD (disfungsi penciuman kronis) karena SARS-CoV-2," kata studi tersebut.

Angka-angka ini termasuk orang-orang yang melaporkan parosmia atau indra penciuman yang terdistorsi yang dapat membuat bau yang biasanya menyenangkan seperti buah segar menjadi bau busuk.
Para peneliti juga memperingatkan bahwa jumlah tersebut mungkin masih belum mencakup keseluruhan karena pandemi masih terus berlangsung.
Penelitian ini juga menyebut bahwa ada kondisi lain selain Covid-19 juga bisa menyebabkan COD atau gangguan indra penciuman.
Para peneliti studi tersebut juga mengatakan bahwa kehilangan penciuman jangka panjang yang disebabkan oleh Covid-19 ini akan lebih banyak menimpa kelompok usia yang lebih muda.
"Covid-19 mempengaruhi kelompok demografis yang lebih muda daripada penyebab disfungsi penciuman lainnya," tulis studi tersebut.
"Dengan demikian, beban disfungsi penciuman seumur hidup akan jauh lebih besar untuk kelompok Covid-19 daripada pasien dalam kelompok usia yang lebih tua," lanjutnya.
Baca juga: Masuki Fase Pertama Hidup Bersama Covid, Korsel Langsung Catat Kasus Covid Harian Tertinggi
Baca juga: Covid-19 Eropa Melonjak, Republik Ceko Berlakukan Lockdown bagi Warganya yang Tidak Divaksinasi
Kehilangan Indra Penciuman Akibat Covid-19 Bisa Jadi Pertanda Baik
Kehilangan indra penciuman dan perasa merupakan salah satu gejala paling pasti bagi orang yang terinfeksi Covid-19.
Selain itu, kehilangan indra penciuman atau anosmia juga bisa menjadi pertanda baik bagi pasien Covid-19.
Di awal tahun 2021, dua penelitian internasional mengonfirmasi bahwa sebagian besar orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala anosmia atau hilangnya indra penciuman dan perasa untuk sementara waktu.

Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa anosmia karena Covid-19 merupakan indikator terbaik dari paparan virus corona.
Bagi banyak orang, kehilangan penciuman dan pengecapan bisa sangat parah, bisa memakan waktu berminggu-minggu dan berbulan-bulan sebelum indra kembali normal.
Dilansir Healthline, sekitar 86 persen orang yang terpapar Covid-19 kehilangan indra penciuman dan perasa sebagian atau total.
Kendati gejala ini tergolong yang paling umum dialami pasien Covid-19, menurut riset yang terbit pada bulan Januari 2021, mayoritas pasien Covid-19 yang mengalami anosmia (hampir 55 persen) mengembangkan gejala ringan.
Belum diketahui pasti kenapa orang yang mengalami anosmia mengembangkan gejala Covid-19 ringan.
Namun peneliti berpikir, pasien Covid-19 yang anosmia memiliki gejala ringan mungkin karena mereka memiliki antibodi tertentu dengan kadar lebih tinggi yang membatasi penyebaran virus corona ke hidung.
Menurut Dr. Jonathan Overdevest, asisten profesor rinologi dan bedah dasar tengkorak di Universitas Columbia, jawaban pastinya tetap sulit dipahami.
“Kita tahu bahwa kehilangan penciuman karena Covid-19 lebih dari mekanisme sederhana yangterjadi pada infeksi saluran pernapasan musiman, di mana gejala umum hidung tersumbat dan pilek mengakibatkan aliran udara yang buruk dan berkurangnya pengiriman bau ke daerah hidung yang bertanggung jawab pada bau,” katanya.
(TribunTernate.com/Ron)