Pasca-Erupsi Gunung Berapi Bawah Laut dan Tsunami, Tonga Minta Bantuan Darurat
Dua hari setelah erupsi Gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai dan tsunami yang dipicunya, Tonga menyerukan "bantuan segera".
TRIBUNTERNATE.COM - Negara kepulauan di tengah Samudera Pasifik, Tonga, saat ini tengah menjadi sorotan.
Gunung berapi bawah laut di wilayah negara tersebut yang bernama Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai meletus pada Sabtu (15/1/2022).
Letusan gunung berapi bawah laut itu memicu tsunami dam menyelimuti negara kepulauan itu dengan abu vulkanik.
Diberitakan The Associated Press di laman nbcnews.com, Badan Meteorologi Tonga mengatakan, peringatan tsunami telah diberlakukan untuk seluruh wilayah Tonga, tak lama setelah erupsi terjadi.
Letusan pada Sabtu lalu adalah yang terbaru dari serangkaian letusan dari Gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai sebelumnya.
Dua hari setelah erupsi Gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai dan tsunami yang dipicunya, Tonga menyerukan "bantuan segera", dengan kebutuhan mendesak berupa air bersih dan makanan bagi warga yang terdampak.
Sementara, pemerintah Tonga terus mendata kerusakan yang disebabkan oleh letusan Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai tersebut
Baca juga: Siap Bertarung untuk Pilpres 2024, Sekjen Gerindra Bocorkan Persiapan Prabowo: Terus Berkomunikasi
Baca juga: Respons Gerindra soal Munculnya Deklarasi Prabowo-Jokowi di Pilpres 2024

Diketahui, erupsi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai pada Sabtu itu disebut-sebut sebagai erupsi yang terbesar sejak letusan Gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991.
“Komunikasi masih terputus dan sejauh mana kerugian harta benda maupun korban jiwa saat ini juga masih belum diketahui. Yang kami tahu adalah bahwa Tonga membutuhkan bantuan segera untuk menyediakan air minum dan makanan bagi warganya,” kata Ketua Parlemen Lord Fakafanua dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di media sosial, sebagaimana dikutip dari aljazeera.com.
Permintaan bantuan itu diserukan ketika para ahli kembali mendeteksi letusan lain di Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai.
Darwin Volcanic Ash Advisory Centre (Pusat Penasehat Abu Vulkanik Darwin) mengatakan, gunung berapi itu meletus lagi pada pukul 22:10 GMT pada Minggu (16/1/2022).
Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (Pacific Tsunami Warning Centre) juga mengatakan telah mendeteksi gelombang besar di daerah itu.
“Ini mungkin dari letusan lain gunung berapi Tonga. Tidak ada gempa bumi yang diketahui dengan ukuran signifikan untuk menghasilkan gelombang ini,” kata pusat peringatan itu.
Baca juga: Sebelum Erupsi, Gunung Semeru Sempat Keluarkan Lava Pijar Saat Dini Hari dan Timbulkan Guncangan
Pada Senin (17/1/2022), Australia dan Selandia Baru mengirim penerbangan untuk menilai kerusakan di Tonga dan mengatakan telah berkoordinasi dengan Amerika Serikat, Prancis, dan negara-negara lain dalam upaya tanggap kemanusiaan.
Menteri Australia untuk Wilayah Pasifik, Zed Seselja, mengatakan laporan awal menunjukkan tidak ada korban massal dan bahwa bandara "tampakn dalam kondisi yang relatif baik", tetapi ada "kerusakan signifikan" pada jalan-jalan dan jembatan.
Organisasi Palang Merah Internasional juga telah menawarkan bantuan dan Forum Kepulauan Pasifik (Pacific Islands Forum) mengatakan. siap membantu dalam apa yang disebutnya sebagai "bencana alam sekali dalam satu milenium" ini.
"Dalam beberapa jam dan hari mendatang, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi di Tonga, serta Benua Pasifik Biru lainnya," kata Sekretaris Jenderal Pacific Islands Forum, Henry Puna dalam sebuah pernyataan.
Dampak dari letusan pada Sabtu lalu itu terasa di seluruh Pasifik, di negara-negara kepulauan lain seperti Fiji, dan di Amerika Utara dan Selatan.
Awan abu yang sangat besar sekarang menyebar ke barat menuju Australia.
Baca juga: Gempa Bumi M 5.4 Guncang Bayah Banten Senin Pagi, Tak Berpotensi Tsunami
PBB Siap Memberikan Bantuan kepada Tonga
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), António Guterres, menyatakan keprihatinannya yang mendalam mengenai tsunami dan sebaran abu vulkanik yang menyelimuti Tonga pasca-letusan gunung berapi bawah laut di dekat negara Pasifik itu.
Dikutip dari situs un.org, Sekjen PBB juga menyampaikan keprihatinannya tentang peringatan tsunami yang telah dikeluarkan di negara lain seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Amerika Serikat.
“Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Pasifik memantau situasi dengan cermat dan bersiaga untuk memberikan dukungan jika diminta. Sekretaris Jenderal berterima kasih kepada negara-negara yang telah menawarkan bantuan mereka”, kata juru bicara PBB, Farhan Haq dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Sabtu (15/1/2022).
Menurut Layanan Geologi Tonga (Tonga Geological Services), gunung berapi bawah laut yang besar itu meletus tepat sebelum matahari terbenam pada Jumat dengan gumpalan abu mencapai ketinggian lebih dari 12 mil di atas permukaan laut.
Awan abu dan uap mencapai sekitar 150 mil, erupsi ini ditangkap oleh citra satelit dan dibagikan oleh berbagai badan meteorologi.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengonfirmasi pada Minggu,, bahwa gelombang tsunami setinggi 1,2 meter menghantam garis pantai dan sekitar uku'alofa yang menyebabkan kerusakan bangunan dan infrastruktur yang belum terinci hingga kini.
Saat ini, komunikasi dengan Tonga menjadi tantangan karena saluran telepon biasa terputus, kabel internet dari Fiji ke Tonga kemungkinan rusak, dan telepon satelit hanya berfungsi sesekali.
Informasi awal yang diterima oleh Kantor PBB menunjukkan bahwa pulau utama Tongatapu, dengan ibu kota Nuku'alofa, tertutup abu dengan ketebalan sekitar 2 centimeter dan ada kekhawatiran tentang aksesibilitas air bersih.
Tidak ada cedera atau kematian yang dilaporkan saat ini, tetapi ada satu orang yang diduga hilang (anggota penjaga pantai).
OCHA berupaya untuk membangun jalur komunikasi dengan Kantor Manajemen Darurat Nasional (NEMO) Tonga yang memimpin penilaian kerugian dan respon potensial – bekerjasama dengan Masyarakat Palang Merah Tonga.
Sumber: Al Jazeera, NBC News, un.org
(TribunTernate.com/Rizki A.)