Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

6 Fakta Pembebasan Buaya Berkalung Ban di Palu, Ditangkap Pria asal Sragen yang Rogoh Kocek Sendiri

Buaya berkalung ban berhasil ditangkap di sekitar Jembatan Palu II, Jl I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu

AFP PHOTO/ARFA
Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut. 

TRIBUNTERNATE.COM - Seekor buaya yang terlilit ban sepeda motor di bagian lehernya telah menjadi perhatian masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah, selama beberapa tahun terakhir.

Sebab, reptil besar itu terlihat beberapa kali muncul, tetapi sulit dibebaskan dari ban sepeda motor yang melingkari lehernya.

Bahkan, buaya yang dikenal dengan sebutan buaya berkalung ban itu sempat viral dan menjadi 'maskot' Kota Palu.

Namun, kabar melegakan datang dari buaya berkalung ban tersebut.

Pada Senin (7/2/2022) petang, buaya berkalung ban berhasil ditangkap di sekitar Jembatan Palu II, Jl I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu.

Bahkan, ban yang melilit leher buaya itu selama bertahun-tahun berhasil dicopot.

Berikut TribunTernate.com merangkum fakta pembebasan buaya berkalung ban tersebut:

1. Kisah Tili, Sang Pembebas Buaya Berkalung Ban: Saya Kasihan

Keberhasilan pembebasan si buaya dengan panjang tubuh 4 meter dan berat hampir 3 ton tersebut tak lepas dari aksi seorang pria bernama Tili (35).

Dikutip dari TribunPalu.com, Tili berasal dari Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Namun, ia baru tinggal di Kota Palu selama 4 bulan.

Kini, ia sudah memiliki e-KTP Kota Palu.

Rupanya, Tili berniat untuk membebaskan buaya berkalung ban selama tiga pekan.

Setiap sore, dia memasang umpan yang terikat tali ke sungai sekitar.

Ujung tali lainnya diikat pada batang kayu besar yang ada di sekitar sungai untuk memudahkannya menarik buaya saat umpan dimakan.

"Kadang umpannya merpati, kadang ayam," kata Tili.

Buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulawesi Tengah yang viral akhirnya ditangkap, Senin (7/2/2022) malam. Selain itu, ban yang melilit leher buaya malang tersebut berhasil dilepas.
Buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulawesi Tengah yang viral akhirnya ditangkap, Senin (7/2/2022) malam. Selain itu, ban yang melilit leher buaya malang tersebut berhasil dilepas. (Handover via TribunPalu.com)

Baca juga: Bupati Langkat Diperiksa Komnas HAM selama 2 Jam, Akui Ada Korban Meninggal Dunia di Kerangkengnya

Baca juga: Luhut: Sejak Varian Omicron Terdeteksi di Indonesia, 365 Pasien Covid-19 Meninggal Dunia,

Baca juga: Susi Air Somasi Bupati Malinau Pasca-kasus Pengusiran Pesawat, Minta Ganti Rugi Rp8.9 Miliar

Hingga akhirnya pada Senin petang kemarin, sang buaya berhasil ditangkap dengan umpan yang dipasang oleh Tili.

Dalam upaya penangkapan buaya berkalung ban, Tili tak sendirian. Ia dibantu oleh sejumlah warga sekitar yang turut menonton aksinya.

Tili pun mengungkapkan alasan di balik tekadnya menangkap buaya berkalung ban.

Ia merasa kasihan karena buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun.

"Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ucapnya.

Kemudian, saat buaya berhasil ditarik ke darat, Tili pun dengan sigap mengikat buaya itu.

"Sempat lepas dua kali dari umpan, nanti setelah maghrib baru berhasil," tutur Tili.

Setelah berhasil menangkap buaya berkalung ban, Tili mengungkapkan kelegaannya.

Ia mengaku senang karena bisa melepaskan ban dari leher buaya tersebut tanpa harus membunuhnya.

"Saya sudah lega, kerja saya nggak sia-sia," katanya saat dimintai keterangan wartawan.

Berkat keberhasilannya menangkap dan membebaskan buaya dari lilitan ban sepeda motor, Tili menuai pujian dari warga.

Bahkan, warga sekitar menyebut Tili lebih hebat daripada Panji Petualang.

2. Tangkap Anak Buayanya Dulu

Dikutip dari TribunPalu.com, Tili mengungkapkan, sebelum berhasil menangkap buaya berkalung ban, Ia terlebih dahulu menangkap anak buaya tersebut.

"Anaknya buaya ini saya tangkap di sana (tengah sungai, red) pakai perahu rakitan saya, Sudah 4 hari saya tangkap anaknya buaya ini," ungkap Tili, Selasa (8/2/2022).

Ia pun kembali menjelaskan, alasannya untuk melepaskan ban dari leher buaya disebabkan tidak tega melihat binatang terikat-ikat.

Baca juga: Kekeuh Sebut Kerangkeng Manusia Tempat Pembinaan, Bupati Langkat: Tidak Ada Izin, Itu Sudah Umum

Baca juga: Pakar Epidemiologi Sebut Omicron Bukan Varian Covid-19 yang Terakhir, Minta Jangan Dianggap Remeh

Bahkan, tekad untuk melepaskan ban dari leher buaya itu adalah kemauannya sendiri.

"Saya memang tidak suka ada binatang terikat-ikat saya tidak suka dari dulu, biar ular saya kase lepas. Ini kemauannya saya sendiri, karena saya merasa kasihan dan saya mau buktikan bisa menyelamatkan buaya ini," tambah Tili.

Tili mengatakan, buaya berkalung ban ini dianggap seperti temannya.

"Ini buaya saya anggap seperti teman," tandasnya.

3. Tili Merogoh Kocek Pribadi Demi Selamatkan Buaya Berkalung Ban

Ada cerita unik di balik upaya penangkapan buaya berkalung ban di Kota Palu ini.

Si penangkap buaya, Tili, rupanya rela merogoh koceknya sendiri untuk menangkap buaya berkalung ban.

Uang pribadinya itu digunakan untuk membeli umpan seperti ayam, burung merpati, dan bebek untuk memancing buaya.

Ia bahkan menghabiskan uang jutaan rupiah.

"Habis uang sekitar Rp4 juta, kalau ayam sekitar 35 ekor sama merpati," ujar Tili.

Selain itu, Tili menuturkan bahwa dirinya menggunakan tali dengan panjang sekitar 300 meter.

Namun, kini tali yang tersisa hanya 100 meter, sebab sebagiannya telah dicuri.

"Pokoknya kalau tali, ada sekitar 300 meter, dan tinggal 100 meter dicuri orang, tapi saya ikhlaskan," tuturnya.

Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut.
Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut. (AFP PHOTO/ARFA)

"Saya jeratnya pakai tali kapal, karena tidak ada modal makanya saya sambung-sambung saja," tambah Tili.

Dia menjelaskan, semua biaya untuk penangkapan ini menggunakan uang pribadi miliknya.

"Saya kan modal sendiri, uang Rp 4 juta saya jalankan di sini," pungkasnya.

4. Ban Berhasil Dilepas dari Leher Buaya

Setelah berhasil ditangkap menggunakan umpan dan dievakuasi pada Senin petang, buaya tersebut akhirnya bisa terbebas.

Ban digergaji agar bisa lepas dari leher buaya malang tersebut.

Setelah ban terlepas, tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palu pun mengevakuasi buaya itu.

Namun, tim Damkar tampak kewalahan karena ramainya warga yang memadati lokasi kejadian.

Buaya sepanjang empat meter itu akhirnya dilepas karena sulitnya memindahkan buaya itu dari sekitar bantaran Sungai Palu.

Diketahui, buaya berkalung ban ini terlihat pertama kali pada 2016 silam.

Dulunya, buaya itu masih berukuran kecil sehingga ban motor itu belum begitu mencekik lehernya, tetapi kini tubuh binatang itu bertambah besar setelah enam tahun.

Jika dibiarkan, maka semakin besar tubuhnya, ban tersebut juga semakin membahayakan.

Tentu ini membuat nyawanya terancam dan meningkatkan angka kematian buaya sebagai spesies yang dilindungi.

Diperkirakan, saat berhasil dibebaskan dari lilitan ban sepeda motor, berat buaya tersebut mencapai 3 ton dan panjang tubuhnya 4 meter.

5. BKSDA Kota Palu Sempat Membuat Sayembara

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Palu, Sulawesi Tengah pernah mengumumkan sayembara untuk menangkap dan membebaskan buaya yang terjerat ban bekas di lehernya itu.

Sayembara ini menjadi jalan yang dipilih BKSDA Sulawesi Tengah karena kekurangan personel untuk melakukan penyelamatan buaya berkalung ban tersebut, sebagaimana diwartakan TribunPalu.com.

Bahkan, ahli reptil seperti Panji Petualang hingga Matt Wright asal Australia dari Discovery Chanel juga pernah mencoba melakukan evakuasi sejak 2020.

Namun, sayangnya upaya mereka masih belum membuahkan hasil.

6. BKSDA Kota Palu Sempat Ingin Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Buaya Terlebih Dahulu

Dikutip dari TribunPalu.com, BKSDA Palu yang turut hadir dalam penangkapan tersebut sempat meminta agar buaya tidak langsung dilepaskan kembali.

Sebab, pihak BKSDA ingin melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu seusai buaya tersebut terbebas dari lilitan ban.

Namun ketika ban berhasil dilepaskan, warga meminta buaya itu segera dilepaskan.

"Lepas saja, kasian itu buaya. Sudah dilepas juga bannya," teriak seorang warga di lokasi penangkapan.

Setelah berdiskusi alot, Tili bersama warga pun memutuskan untuk melepas buaya tersebut.

Berdasarkan pantauan di lokasi, buaya itu terlihat langsung menyelam ke dasar sungai begitu dilepaskan warga.

(TribunTernate.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved