Sejak 2016, Hubungan Sosial Warga Desa Wadas Renggang akibat Pro Kontra Tambang Batu Andesit
Pernyataan Wagimin dan Syawaludin dibenarkan Emha Saiful Mujab, tokoh masyarakat Kecamatan Bener yang aktif di Desa Wadas.
TRIBUNTERNATE.COM - Polemik tambang batu andesit untuk proyek nasional Bendungan Bener di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah, rupanya mempengaruhi hubungan sosial warga setempat.
Ada warga yang mendukung tambang, ada pula yang menolak.
Antara pihak pro dan kontra, mereka dikabarkan sudah tidak saling tegur sapa sejak 2016 hingga sekarang.
Tokoh masyarakat di Desa Wadas pun diminta untuk mendamaikan warga pro dan kontra penambangan batu andesit.
Wagimin, warga Dusun Kali Gendol, Wadas, menilai kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Wadas mengalami kerusakan.
Menurut dia, warga pro dan kontra tidak saling tegur sapa.
Bahkan, acara keagamaan, sosial dan budaya dilakukan masing-masing pihak secara sendiri-sendiri.
“Situasinya memang seperti itu, sudah sangat memperihatinkan,” terang Wagimin, dalam keterangannya, pada Selasa (15/2/2022).
Hal senada diungkapkan Syawaludin, warga Dusun Beran, Wadas.
Menurut dia, ada kejadian mesin motor diisi dengan garam dan pasir.
"Ini terkait pihak kontra dan pro,” jelas Syawaludin.
Kekacauan tersebut tidak hanya berlangsung berhari-hari, tetapi sudah bertahun-tahun.
“Perpecahan ini mulai berlangsung dari tahun 2016 hingga sekarang ini, berarti sudah lima tahun,” ungkap Syawaludin.
Baca juga: Komnas HAM Minta Ganjar Pranowo Pakai Cara Humanis dalam Tangani Konflik Desa Wadas
Baca juga: Cerita Warga Wadas Mengaku Dikejar Aparat Sampai ke Hutan hingga Dipaksa Pro Tambang
Baca juga: Minta Maaf atas Kericuhan di Desa Wadas, Ganjar Sebut Banyak Warga Sudah Sepakat Tanahnya Diukur
Pernyataan Wagimin dan Syawaludin dibenarkan Emha Saiful Mujab, tokoh masyarakat Kecamatan Bener yang aktif di Desa Wadas.
Emha Saiful Mujab adalah Koordinator Mata Dewa (Komunitas Masyarakat Terdampak Desa Wadas).