Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Resesi 2023

Resesi 2023 Bikin Panik Ancaman PHK Massal, Rhenald Kasali: Padahal Indonesia Sudah Resesi di 2020

Rhenald Kasali menyebut resesi saat ini membuat orang ketakutan untuk menghadapi masa depan ekonominya.

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
freepik.com/jcomp
Ilustrasi PHK, ilustrasi pengangguran. Rhenald Kasali menyebut resesi saat ini membuat orang ketakutan untuk menghadapi masa depan ekonominya. 

TRIBUNTERNATE.COM - Baru-baru ini, kata resesi menjadi populer di sejumlah kalangan.

Kata resesi seolah terus digaungkan menjadi momok dalam bidang ekonomi.

Pakar ekonomi sekaligus akademisi Universitas Indonesia, Profesor Rhenald Kasali, turut berkomentar mengenai isu resesi.

Baca juga: Sebut RI Mulai Keluar dari Resesi Ekonomi, Luhut: Data Ekonomi Semua Angkanya Baik

Baca juga: Indonesia Resesi Akibat Dampak Pandemi Covid-19, Pengangguran Tembus 9,77 Juta

Rhenald Kasali menyebut, resesi saat ini membuat orang ketakutan untuk menghadapi masa depan ekonominya.

Padahal, resesi sudah pernah terjadi di Indonesia pada 2020 lalu.

Diberitakan TribunTernate.com, hal ini diungkapkan Rhenald dalam kanal YouTube Prof. Rhenald Kasali.

"Resesi Ini adalah kata yang begitu menakutkan dan sering diucapkan belakangan ini, padahal kita baru saja lewat satu peristiwa resesi."

"Belum lama ini adalah kejadian pada tahun 2020 ketika pertumbuhan ekonomi kita kemudian mengalami kemunduran selama tiga kuartal berturut-turut," paparnya.

Baca juga: Indonesia Terperosok ke Jurang Resesi, Pengamat Sarankan Presiden Jokowi Lakukan Reshuffle Kabinet

Padahal, dengan pertumbuhan ekonomi yang mundur selama tiga kuartal berturut-turut, maka kondisi ekonomi 2020 sudah termasuk resesi.

Karena jika menurut definisi, resesi di antaranya terjadi jika pertumbuhan ekonomi suatu negara terus negatif selama lebih dari dua kuartal berturut-turut.

Tak hanya Indonesia, hampir semua negara di dunia ini juga mengalami resesi pada 2020 karena pandemi Covid-19.

Negara-negara jadi menambah utang untuk menyelamatkan nyawa dan ekonomi rakyatnya.

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen

"Negara harus membeli vaksin kemudian diberikan secara cuma-cuma kepada warganya, bukan satu kali tetapi beberapa kali. Harus ada BLT dan lain sebagainya," ujar Rhenald Kasali.

Kini, istilah resesi digaungkan oleh sejumlah tokoh publik, bahkan termasuk mereka yang tidak kompeten pada bidang ekonomi.

Hal ini justru menebar ketakutan pada masyarakat dengan ancaman-ancaman tertentu.

"Kemudian diterjemahkan oleh sejumlah orang bahkan dikatakan akan terjadi PHK massal besar-besaran."

"Dan kemudian diterjemahkan secara bisnis katanya jangan berinvestasi, tahan cash, jualan online saudara-saudara akan terganggu."

"Oleh karena itu tahan stok, jangan punya stok besar-besaran, kalau pun beli mereka akan beli yang murah-murah tidak akan melakukan pembelian dalam jumlah yang cukup," kata Rhenald Kasali.

Baca juga: Ini Daftar 14 Negara yang Resmi Masuk Jurang Resesi Ekonomi, Ada Malaysia hingga Jepang

Rhenald Kasali kemudian menjelaskan bahwa resesi adalah istilah untuk makro ekonomi, bukan mikro ekonomi.

Sedangkan bisnis seseorang bahkan UMKM termasuk mikro ekonomi.

Sehingga landasan ekonomi yang digunakan pun berbeda.

Jika kita membahas masalah makro ekonomi, maka kaitannya akan dengan pendapatan nasional hingga pendapatan per kapita.

Kemudian kita juga membicarakan hal-hal yang bersifat strategi negara dalam menangani masalah-masalah kemiskinan, pengangguran, inflasi.

Serta strategi fiskal, strategi moneter, investasi asing, hingga strategi-strategi ekonomi negara lainnya.

Baca juga: Perekonomian Minus 20,4 Persen, Inggris Susul 9 Negara Terperosok ke Jurang Resesi

Solusi Resesi Menyesatkan

Menurut Rhenald Kasali, hal-hal tersebut di atas tidak melulu bisa diterjemahkan dalam ekonomi kita sehari-hari atau dalam bisnis kita.

"Bisnis ini landasannya adalah segmentasi. Anda bergerak dalam segmen-segmen," tegas Rhenald Kasali.

Maka dari itu, ada banyak solusi yang disebarkan oleh orang-orang yang kurang berkompeten dan cenderung malah menyesatkan.

Di antaranya adalah untuk menahan uang agar tidak digunakan untuk membeli.

"Nah kalau sudah begitu hati-hati ketika kemudian kita terjemahkan tahan uang, jangan spending."

"Ini justru akan mengakibatkan kita memasuki era yang disebut depresi jadi dari resesi, depresi, stagnasi, stagflasi," paparnya.

(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved