Piala Dunia Qatar 2022
Selain bagi FIFA, Apakah Piala Dunia juga Jadi Ladang Cuan Negara Tuan Rumah? Ini yang Didapat Qatar
Untuk edisi tahun 2022, Piala Dunia digelar di Qatar; mencatatkan rekor tersendiri sebagai negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Perlu diketahui, Qatar sendiri menghabiskan uang dalam nilai fantastis untuk persiapannya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Negara Teluk itu menggelontorkan dana senilai lebih dari 200 miliar dollar AS untuk Piala Dunia tahun ini dan mengembangkan infrastruktur lain, seperti membangun hotel dan fasilitas rekreasi, merombak seluruh jaringan akses jalan, dan membangun sistem kereta api.
Memang, diperkirakan ada lebih dari 1 juta orang yang akan mengunjungi Qatar selama turnamen sepak bola akbar FIFA berlangsung.
Angka ini diharapkan dapat mendongkrak pariwisata Qatar dan meningkatkan penjualan bagi bisnis hotel, restoran, dan sejenisnya
Namun, artinya pula Qatar butuh kapasitas fasilitas ekstra untuk dibangun, dan biaya yang dikeluarkan biasanya jauh lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan dalam jangka pendek.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul, siapa yang diuntungkan dalam jangka pendek dari gelaran Piala Dunia ini?
Baca juga: 10 Pemain yang Difavoritkan untuk Golden Boy Piala Dunia 2022, Ada Jamal Musiala dari Bayern Munich
Baca juga: Deretan Protes Supporter Klub Bundesliga terhadap Piala Dunia 2022 Qatar, Kecam Pelanggaran HAM
Baca juga: Livery Pesawat Diversity Wins, Bentuk Dukungan Timnas Jerman untuk LGBT di Piala Dunia 2022?

Forum Ekonomi Dunia melaporkan: “Harga kamar hotel naik selama Piala Dunia, tetapi upah pekerja jasa tidak selalu naik dengan jumlah yang sama. Ini bisa berarti balik modal cenderung lebih besar daripada untung yang didapat tenaga kerja.”
Singkatnya, orang yang punya uang bakal tetap mendapatkan uang lagi, tetapi hal sebaliknya berlaku pada orang yang tak punya uang.
Tak cuma itu, wisatawan Piala Dunia yang membeli barang dagangan, minuman, atau apa pun dari merek-merek yang jadi partner FIFA tidak berkontribusi terhadap pendapatan pajak negara tuan rumah.
Sebab, keringanan pajak yang sangat besar untuk FIFA dan merek sponsornya sangat diperlukan dalam proses bidding atau penawaran Piala Dunia.
Bahkan, Jerman disebut-sebut memberikan keringanan pajak senilai 272 miliar dollar AS agar bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.
Di sisi lain, wisatawan yang tidak bertujuan untuk melihat Piala Dunia cenderung menghindari negara tuan rumah selama Piala Dunia berlangsung.
Mereka tak ingin menghadapi keramaian, lalu lintas yang padat atau bahkan macet, dan harga-harga yang melambung.
Untuk Qatar sendiri, wisatawan yang tidak memiliki tiket Piala Dunia tidak dapat memasuki negara tersebut mulai 1 November 2022 hingga akhir turnamen.
Bisa dibilang, menjadi tuan rumah Piala Dunia tampaknya tidak menguntungkan secara finansial, setidaknya dalam jangka pendek.