Piala Dunia Qatar 2022
Piala Dunia 2022: Aksi Berlutut Inggris Jelang Kick-off Lawan Iran, Gestur Melawan Diskriminasi
Aksi berlutut itu telah dikonfirmasi akan dilakukan timnas Inggris setiap akan bertanding dalam putaran final Piala Dunia 2022.
TRIBUNTERNATE.COM - Inggris menghadapi Iran dalam babak fase Grup B Piala Dunia 2022 Qatar di Khalifa International Stadium, Senin (21/11/2022).
Dalam turnamen akbar tahun ini, Inggris mengincar trofi kemenangan Piala Dunia keduanya setelah tahun 1966.
Namun, ada satu hal yang menjadi sorotan dalam laga yang dilakoni Inggris kali ini.
Setelah batal mengenakan armband alias ban lengan pelangi One Love simbol dukungan untuk kaum LGBTQ, Inggris akan tetap melakukan salah satu gestur terkenalnya.
Yakni, take the knee atau aksi berlutut dengan kedua telapak tangan diletakkan di lutut kiri yang ditekuk di depan badan.
Aksi berlutut itu telah dikonfirmasi akan dilakukan setiap akan bertanding dalam putaran final Piala Dunia 2022.
Gestur tersebut merupakan simbol dari tindakan melawan diskriminasi, ketidaksetaraan, dan rasisme.

Baca juga: FIFA Resmi Larang Ban Lengan Pelangi One Love di Piala Dunia 2022 Qatar
Baca juga: Takut Kena Kartu Kuning, Inggris dkk Tak Jadi Pakai Simbol Dukungan LGBT di Piala Dunia 2022 Qatar
Baca juga: Masih Pemulihan, Sadio Mane Yakin Senegal Lampaui Semua Laga di Piala Dunia 2022 Qatar
Awal Mula Aksi BerlututÂ
Inggris telah melakukan aksi berlutut sejak tahun 2020 sebagai bagian dari gerakan anti-rasisme Black Lives Matter di seluruh dunia yang awalnya dipicu oleh tewasnya George Floyd, seorang keturunan Afrika-Amerika yang meninggal dunia pada 25 Mei 2022 setelah lehernya ditindih polisi kulit putih bernama Derek Chauvin.
Semenjak itu, para pemain Liga Premier melakukan aksi yang sama selama lebih dari setahun.
Lalu pada musim 2022-2023, aksi berlutut hanya akan dilakukan pada momen-momen tertentu.
Di ajang sekelas Piala Dunia 2022 Qatar, Inggris pun memutuskan untuk kembali melakukan aksi berlutut.
Tim berjuluk The Three Lions itu bertujuan untuk memanfaatkan momen sebaik-baiknya untuk mengampanyekan gerakan sosial anti diskriminasi.
"Itulah yang kami perjuangkan sebagai sebuah tim dan telah dilakukan untuk jangka waktu yang lama," kata Gareth Southgate kepada media dalam konferensi pers pra-pertandingan pembuka Grup B Inggris melawan Iran.
"Kami merasa ini adalah tahap terbesar dan menurut kami, ini adalah pernyataan kuat yang akan menyebar ke seluruh dunia bagi kaum muda, khususnya, untuk melihat bahwa inklusivitas adalah hal yang sangat penting," tambahnya.
Dikutip dari Sporting News, keputusan untuk melakukan aksi berlutut di Qatar diambil langsung oleh para pemain Inggris sendiri.
Baca juga: Ternyata Italia Masih Terwakilkan di Piala Dunia 2022: Kirim Wasit Laga Pembuka Qatar Vs Ekuador
Baca juga: Qatar akan Jadi Panggung Terakhir Piala Dunia bagi Para Pemain Ini: Messi hingga Ronaldo
Baca juga: Qatar Mendadak Rilis Larangan Minuman Beralkohol di Piala Dunia 2022, Bir Sponsor FIFA Kebingungan
Preview Singkat Aksi Berlutut Inggris
Selama kampanye UEFA Nations League terakhir, Inggris telah menghentikan aksi berlutut tersebut, sebelum akhirnya kembali melakukannya di Piala Dunia FIFA 2022.
Sebelumnya, The Three Lions telah melakukan gestur tersebut di awal 33 pertandingan berturut-turut.
Pemain Chelsea, Raheem Sterling, sempat mengungkapkan komitmen Inggris terhadap aksi tersebut demi mewujudkan perubahan yang nyata dalam masyarakat.
"Bagaimana kami sebagai tim mengambil sikap, menurut saya, pertanyaan besarnya adalah, 'Apakah kami akan terus melakukannya selama Euro?'," kata Raheem Sterling di BBC Radio 4, pada akhir tahun 2021 silam.
"Dan menurut saya, seringkali ketika rasisme muncul atau sesuatu telah terjadi, di sepak bola maupun di sebagian besar masyarakat, kita cenderung mengatasinya hanya selama periode itu, selama lima hari atau pekan itu saja, dan kemudian, kita mengesampingkannya dan [berpura-pura] semuanya baik-baik saja sekarang," tambahnya.
"Ketika skenario berikutnya terjadi, saat itulah kita melakukannya lagi. Tapi, kami sebagai sebuah negara, para pemain yang telah berada dalam skenario di mana kami menghadapi beberapa pelecehan rasis, secara keseluruhan, kami hanya ingin terus menyorotinya," jelasnya.
"Ya, ada kalanya kami duduk dan berkata, 'Apakah pesannya [dari aksi berlutut itu] masih kuat?', dan kami akan mengatakan 'ya', dan sebagai sebuah kelompok, kami berusaha mempertahankannya," pungkas Raheem.
(TribunTernate.com/Rizki A.)