Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Piala Dunia Qatar 2022

Tuai Kontroversi dan Terancam Terdepak di Fase Grup, Piala Dunia 2022 Bagai Deja Vu bagi Jerman?

Piala Dunia 2022 Qatar bagaikan deja vu bagi Jerman setelah beberapa momen serupa seperti saat Piala Dunia 2018 Rusia kembali muncul.

Twitter/DFB_team_EN
Jerman berfoto dengan pose membekap mulut sebelum laga melawan Jepang di babak fase Grup E Piala Dunia 2022 di Khalifa International Stadium, Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022). 

TRIBUNTERNATE.COM - Piala Dunia 2022 Qatar bagaikan deja vu bagi Jerman setelah beberapa momen serupa seperti saat Piala Dunia 2018 Rusia kembali muncul.

Pada Piala Dunia 2018, Jerman gagal melaju ke babak sistem gugur setelah menelan kekalahan 0-2 dari Korea Selatan di Kazan Arena, dalam matchday terakhir Grup F, Rabu, 27 Juni 2018.

Saat itu, Jerman hanya berhasil mengumpulkan 3 poin (1 kali menang, 2 kali kalah) dalam 3 pertandingan fase grup.

Bahkan, Jerman duduk di posisi dasar klasemen Grup F.

Sementara, Swedia dan Meksiko mendapat tiket ke-16 besar sebagai juara dan runner-up grup, dan Korea Selatan berada di urutan ketiga.

Dengan status sebagai jawara bertahan, jelas kegagalan Jerman ini menjadi kejutan terbesar di Piala Dunia 2018.

Dan di Piala Dunia 2022 kali ini, kondisi serupa membayangi Die Mannschaft.

Baca juga: Hasil Seri 1-1 Lawan Spanyol, Bagaimana Harapan Jerman untuk Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022?

Baca juga: Pampang Foto Mesut Ozil di Laga Jerman vs Spanyol, Supporter di Qatar: Saya Tak Tahu Maksudnya

Baca juga: Di Balik Aksi Jerman Protes Larangan Ban Lengan One Love FIFA: Ada Perbedaan Kubu Pemain

Baca juga: Pemain Tak Hadir di Konferensi Pers, Jerman Masih Kecewa dengan FIFA? Hansi Flick Ungkap Alasannya

Saat ini, Jerman tengah menghadapi ancaman terdepak dari babak fase grup untuk yang kedua kalinya setelah Piala Dunia 2018 Rusia.

Pada Kamis (1/12/2022) malam waktu setempat, nasib Jerman untuk lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2022 akan ditentukan lewat pertandingan Grup E melawan Kosta Rika di Al Bayt Stadium.

Jika ingin lolos ke babak sistem gugur, Manuel Neuer cs harus menang melawan Kosta Rika sekaligus berharap, Spanyol akan mengalahkan Jepang.

Sebelumnya, Jerman secara tak terduga dikalahkan oleh Jepang dengan skor 0-2 dalam laga pembuka mereka dan hanya mendapat hasil seri saat melawan Spanyol (1-1).

Sementara, Spanyol yang diasuh Luis Enrique telah membuka turnamen dengan menaklukkan Kosta Rika (7-0), dan sekarang La Roja dijamin lolos ke babak 16 besar jika menang atau seri vs Jepang.

Jerman berfoto dengan pose membekap mulut sebelum laga melawan Jepang di babak fase Grup E Piala Dunia 2022 di Khalifa International Stadium, Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022).
Jerman berfoto dengan pose membekap mulut sebelum laga melawan Jepang di babak fase Grup E Piala Dunia 2022 di Khalifa International Stadium, Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022). (Twitter/DFB_team_EN)

Kontroversi dalam Tim

Ada satu lagi kesamaan antara Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022 bagi Jerman; kontroversi di antara para pemainnya.

Jerman yang diasuh Joachim Low, memasuki turnamen Piala Dunia 2018 dengan terpaan mendung dan badai.

Dua pemain bintangnya, Mesut Ozil dan İlkay Gündoğan, mendapat kecaman dari pers Jerman karena sempat melakukan foto bersama dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Saat itu, Recep Tayyip Erdogan dipandang sebagai diktator otoriter dan menuai beragam protes dari kelompok hak asasi manusia.

Kemudian, ada perpecahan di kubu Jerman, di mana terdapat kelompok 'orang Bavaria' dan kelompok yang terdiri dari kalangan minoritas.

Pada Piala Dunia 2022, Jerman yang diasuh Hansi Flick juga menuai kontroversi.

Polemik muncul ketika Jerman melakukan protes terhadap larang pemakaian ban lengan dengan simbol hati warna pelangi 'One Love' yang dijatuhkan oleh FIFA.

Jerman melakukan pose bekap mulut dalam sesi foto tim pra-pertandingan kontra Jepang pada Rabu (23/11/2022) lalu sebagai bentuk protes pada larangan FIFA tersebut.

Pose tutup mulut itu merupakan bentuk protes Jerman yang merasa terbungkam saat ingin menyuarakan inklusivitas dan anti-diskriminasi terhadap kaum Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer (LGBTQ) melalui ban kapten One Love.

Sementara, FIFA telah resmi melarang pemakaian ban lengan One Love dalam Piala Dunia 2022 di Qatar pada Senin (21/11/2022).

FIFA juga menerapkan ancaman sanksi berupa kartu kuning otomatis kepada kapten tim yang nekat mengenakan ban kapten itu dalam pertandingan.

Aksi protes terhadap larangan ban lengan One Love ini juga menimbulkan perpecahan di kubu pemain Jerman.

Menurut informasi dari Sport1, terdapat perbedaan kubu antara para pemain Jerman yang berpendapat soal perlu tidaknya aksi protes terhadap larangan ban kapten tersebut.

Ilkay Gündogan and Antonio Rüdiger menjadi bagian dari kelompok pemain yang awalnya tidak menyetujui protes dan memilih untuk fokus pada sepak bola saja.

Perbedaan pendapat soal aksi protes itu pun sempat menimbulkan ketegangan, tetapi kini semua sudah terselesaikan dengan baik.

Sang gelandang dari Borussia Mönchengladbach, Jonas Hoffman mengatakan, "Kami memang sering membahas tentang politik. Pada titik tertentu, kami mengatakan bahwa kami harus fokus pada pekerjaan kami. Itulah mengapa kami ada di sini. Kami mengerjakan semuanya dengan cermat dan menangani hal-hal yang tidak berjalan dengan baik."

Baca juga: Gareth Southgate: Inggris Tak Harus Ikuti Aksi Jerman Protes Larangan Ban Lengan One Love FIFA

Baca juga: Sentil Protes Jerman terhadap Larangan Ban Lengan FIFA, Eden Hazard: Kita kan di Sini Buat Main Bola

Baca juga: Taklukkan Jerman dan Argentina, Jepang dan Arab Saudi Tunjukkan Kekuatan Asia di Piala Dunia 2022

Aksi Protes Larangan Ban Lengan One Love: 7 Pemain Jerman Sempat Lakukan Pertemuan Terpisah

Sebelumnya, jurnalis Kerry Hau dan Patrick Berger mengungkap bahwa ada 7 pemain yang mengadakan pertemuan terpisah menjelang pertandingan Jepang.

Di antara ketujuh pemain tersebut adalah Manuel Neuer, Thomas Müller, Ilkay Gündogan, Joshua Kimmich, dan Leon Goretzka.

Selama satu jam, mereka membahas beberapa ide, gestur atau simbol yang akan dilakukan sebagai bentuk protes.

Hingga akhirnya, sebagian besar memilih gerakan menutup mulut, dan pose inilah yang dipakai tim Jerman dalam sesi foto sebelum pertandingan melawan Jepang.

Tidak dipungkiri, beberapa pemain lain merasa terganggu dengan seluruh perdebatan ini.

Sehingga, mereka lebih memilih untuk mengisolasi diri sepenuhnya - terutama para pemain yang lebih muda.

Beberapa dari mereka bahkan memilih untuk membisukan akun media sosial mereka.

Sumber: Bavarian Football Works, akun media sosial Twitter seputar Bayern Munich dan Tim Nasional Jerman @iMiaSanMia

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved