Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kisah Pilu Rani: Setahun Lebih Putus Kontak, Orangtuanya ternyata Jadi Korban Pembunuhan Mbah Slamet

Wanita asal Pesawaran, Lampung yang bernama Rani kehilangan ayah dan ibunya yang dibunuh oleh dukun pengganda uang asal Banjarnegara, Jawa Tengah itu.

KOMPAS,com/FADLAN MUKHTAR ZAIN
Tersangka Tohari (45) alias Mbah Slamet di lokasi penemuan mayat di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023) sore. 

TRIBUNTERNATE.COM - Keluarga para korban pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Slamet Tohari alias Mbah Slamet (45) jelas dirundung duka yang mendalam.

Seperti yang dialami oleh seorang perempuan asal Kabupaten Pesawaran, Lampung bernama Rani Dwi Ulandari.

Rani kehilangan ayah dan ibunya yang dibunuh oleh dukun pengganda uang asal Banjarnegara, Jawa Tengah itu.

Bahkan, ia sudah lebih dari satu tahun tak berkomunikasi dengan kedua orangtuanya hingga akhirnya mendapati fakta memilukan ini.

Rani pun mengungkapkan awal cerita kedua orangtuanya, Suheri dan Riani, sebelum putus kontak dan akhirnya dikonfirmasi menjadi korban kebiadaban Mbah Slamet.

Rani mengatakan, semua bermula saat ayah ibunya pamit pergi ke Jawa pada tahun 2021 lalu.

Pasangan suami istri ini pamit ke anak-anaknya akan mengerjakan proyek pembangunan rumah di daerah Tulungagung, Jawa Timur.

“Saat itu ayah pamit hendak bekerja, karena ayah merupakan bekerja sebagai pemborong,” ucap Rani, dikutip dari Tribunpesawaran.com, Kamis (6/4/2023).

Proses evakuasi 10 jasad korban pembunuhan yang dilakukan oleh Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (3/4/2023).
Proses evakuasi 10 jasad korban pembunuhan yang dilakukan oleh Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (3/4/2023). (Dok Polda Jawa Tengah)

Rani melanjutkan ceritanya, selama merantau dirinya masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan orangtuanya.

Mereka kerap bertukar kabar baik lewat sambungan telepon maupun video call.

Rani sesekali mengungkapkan kerinduan kepada ayah ibunya.

Ia bertanya kapan keduanya pulang ke kampung. 

“Namun, hanya bilang nanti dan sebentar lagi. Beberapa hari lagi,” ucap Rani mengingat perkataan sang ayah.

Kerinduan Rani tak kunjung terbayar. Bahkan, dirinya putus komunikasi dengan orang tuanya sekitar bulan September 2021 silam.

Rani sudah mencoba mengubungi handphone ayah dan ibunya dan tidak ada jawaban karena tidak aktif.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved