Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kisah Sriyono, Dulu Pernah Jadi Kepala Desa Dua Periode, Kini Pilih Hidup Sederhana di Hutan

Meskipun hidup di hutan, Sriyono tidak merasa sengsara. Malah, ia mengaku merasa senang dan bahagia dengan kehidupan barunya.

YouTube/SODIK KALIGANE
Kisah Sriyono, mantan pejabat dua periode yang kini memilih tinggal di hutan belantara. 

TRIBUNTERNATE.COM - Seorang pria bernama Sriyono di Jawa Tengah memiliki kisah unik; dulu pernah jadi kepala desa selama dua periode, kini memilih hidup di hutan.

Kisah Sriyono pun menarik untuk dikulik.

Sebab, ia mencerminkan kehidupan yang kontras dengan gaya hidup pejabat atau pemegang kuasa suatu daerah yang identik dengan kemewahan dan kekayaan.

Sriyono memilih jalan hidup yang berbeda setelah pensiun, dengan hidup santai dan sederhana di hutan, menjauhkan diri dari ingar-bingar kehidupan

Bahkan, ia mengajak keluarganya untuk tinggal bersamanya di tengah hutan.

Meskipun hidup di hutan, Sriyono tidak merasa sengsara. Malah, ia mengaku merasa senang dan bahagia dengan kehidupan barunya.

Menurutnya, hidup di hutan memberinya kebebasan dan kedamaian yang tidak bisa ditemukan di tengah keramaian perkotaan.

Pria tersebut yakin bahwa dengan hidup di hutan, ia tidak akan pernah mengalami kelaparan.

Ia dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam tayangan di kanal YouTube SODIK KALIGANE, kisah Sriyono diungkapkan dan menjadi perbincangan banyak orang.

Sriyono dulu pernah menjabat sebagai kepala desa selama dua periode.

Setelah pensiun, kini dia memilih tinggal di Hutan Pinus, Gunung Semeru.

Kisah Sriyono, mantan pejabat dua periode yang kini memilih tinggal di hutan belantara.
Kisah Sriyono, mantan pejabat dua periode yang kini memilih tinggal di hutan belantara. (YouTube/SODIK KALIGANE)

Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Terharu: Ada Anak Gendong Ibunya Tunaikan Haji, Mirip Kisah Uwais al Qarni

Baca juga: Kisah Pilu Pengantin Wanita di AS: Baru 10 Menit Menikah, Mempelai Pria Jatuh dan Meninggal Dunia

Baca juga: Kisah Nurmainna Bak Cinderella, Putri Petani Dilamar Pria dengan Mahar Rumah dan Uang Rp5.5 Miliar

"Dua periode, enggak bisa jabat lagi, kan jatahnya cuma dua periode. Beliau memilih hidup sederhana di hutan," jelas pria yang merekam video, dilansir pada Rabu, 28 Juni 2023.

Rupanya Sriyono sudah tiga tahun belakangan tinggal dan hidup di hutan.

Ia mengakui jika segala keperluan pangan pun tercukupi.

Sebab, Sriyono menanam berbagai jenis tanaman untuk makan sehari-hari.

"Tanam apa saja ini Pak?," tanya perekam video.

"Tanam kopi, terong, cabai, alpukat. Di sini isinya alas saja Mas," jawab Sriyono.

"Pokoke gelem sobo alas, enggak keluwen wes (Pokoknya mau babat alas, enggak kelaparan)," jelasnya.

"Kalau di sini hewan kayak macan, itu aman ya?" tanya si perekam video lagi.

"Aman, enggak ada (singa)," timpal Sriyono.

Kisah Serupa

Kisah Sriyono yang tinggal di hutan ini serupa seperti kisah Septi dan orangtuanya yang tinggal di Kampung Suci dalam hutan angker di Kabupaten Yogyakarta.

Ya, kampung di Yogyakarta yang dulunya dihuni banyak warga tersebut kini hanya menyisakan satu keluarga saja.

Mereka adalah Sumiran bersama istri, Sugiati, dan putrinya bernama Septi.

Ia memilih tetap bertahan meski hanya mereka bertiga saja di sana.

Melansir TribunnewsBogor.com, lokasi kampung mati ini berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di wilayah tersebut ada sebuah kampung yang diberi nama Kampung Suci yang lokasinya di tengah-tengah hutan.

Kampung Suci kini seperti kampung mati lantaran ditinggalkan penghuninya sejak beberapa tahun lalu.

Hanya keluarga Sumiran yang tetap bertahan menghuni rumahnya, meski jauh dari warga yang lain.

"Dulu ada tujuh rumah, sekarang pada pindah semua," ujar Sumiran, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Jejak Bang Ibra pada Senin (29/5/2023).

"Saya sudah 24 tahun tinggal di sini (Kampung Suci)," imbuh Sumiran melanjutkan ceritanya.

Untuk menuju Kampung Suci bukanlah hal yang mudah.

Sebab akses menuju Kampung Suci ini terbilang sulit melewati jalan setapak tanah, batu, dan pepohonan rimbun.

Tak hanya itu, aksesnya juga tak datar seperti di perkotan. 

Namun jalan setapak menuju Kampung Suci tersebut aksesnya menurun dan juga menanjak.

Sumiran bercerita, sepinya Kampung Suci ini lantaran warganya memilih pindah ke perkampungan yang lebih ramai.

Salah satu penyebabnya lantaran akses jalan yang sulit dijangkau.

"Sudah empat tahunan warga meninggalkan Kampung Suci. Tinggal saya yang bertahan di sini," tutur Ayah satu orang anak ini.

Di kawasan Kampung Suci ini ternyata bukan hanya rumah Sumiran yang masih berdiri kokoh.

Namun ada rumah warga lainnya yang jaraknya pun lumayan jauh dari kediaman Sumiran. 

Meski begitu, rumah tersebut pun sudah tak berpenghuni karena pemiliknya telah pindah rumah.

"Ada satu lagi rumahnya kosong, untuk rumah yang lainnya sudah tidak ada. Karena sudah dijual oleh pemiliknya," kata Sumiran.

Rumah yang dihuni Sumiran dan keluarganya terbilang sangat sederhana.

Bagian dindingnya terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah.

Meski begitu rumah tersebut terlihat cukup luas.

Di sekelilingnya tampak pepohonan dan kebun bekas rumah warga yang ditinggalkan.

Sumiran sendiri sehari-harinya bekerja di hutan tersebut dengan mencari kayu.

Ia juga membuat beberapa furniture dari kayu yang ia ambil dari hutan.

Tak cuma terpencil, rumah Sumiran juga terkesan angker karena lokasinya berada di tengah-tengah hutan belantara.

Kendati tinggal di tengah hutan sendirian, Sumiran mengaku tak takut.

"Enggak ada yang saya takuti, dari dulu di sini enggak ada apa-apa," tuturnya.

Hal itu justru berbeda dengan cerita Septi dan ibunya.

Sang ibu pernah punya pengalaman mengerikan saat suaminya sedang pergi ke kampung sebelah.

"Tiba-tiba pas mati lampu ada yang gebrak meja, lalu pindah ke kamar," kata Sumiati.

Cerita serupa juga pernah dialami oleh Septi di rumah angker tersebut.

"Aku lihat ada badannya tinggi, warna putih, sering lihat juga yang lewat di dekat pohon bambu," tutur Septi.

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kisah Pria Mantan Pejabat yang Memilih Hidup di Hutan Gunung Semeru, Santai Bercocok Tanam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved