Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pemkab Morotai

Ini Pandangan Pj Bupati Morotai Soal Praktik Moderasi Beragama di Kehidupan Sehari-hari

Berikut ini pandangan Pj Bupati Morotai soal praktik moderasi beragam di kwhidupan sehari-hari

|
Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Munawir Taoeda
Dok Humas Pemkab Morotai
PROGRAM: Pj Bupati Pulau Morotai, Muhammad Umar Ali dan Kepala Kemenag Pulau Morotai, Hi Hasyim Hi Hamzah bersama Forkopimda saat Melaunching Kampung Moderasi Beragama di Kecamatan Morotai Timur di Desa Sangowo Induk dan Desa Sangowo Barat, Sabtu (26/8/2023). 

TRIBUNTERNATE.COM, MOROTAI - Ini Pandangan Pj Bupati Pulau Morotai, Muhammad Umar Ali.

Tentang praktik moderasi beragama, di kehidupan sehari-hari di Pulau Morotai.

Menurutnya, moderasi beragama, sesungguhnya bukanlah hal baru dijalankan di kehidupan sehari-hari.

Baginya, di ummat islam, moderasi beragama adalah seperti sudah dipraktikkan dalam tradisi keagamaan Islam selama ini.

Baca juga: BREAKING NEWS: Seorang Warga Morotai Dilaporkan Hilang Saat Cari Teripang di Pulau Douglas MacArthur

Seperti sudah dipraktekkan oleh NU dan Muhammadiyah, serta organisasi keagamaan, selama ini setia pada Pancasila.

Selain Islam, ia juga menyampaikan hal yang sama dengan agama Kristen.

Bahwa organisasi-organisasi Kristen juga melakukan hal yang sama.

Seperti, sudah dipraktekkan oleh gereja-gereja GMIH, RK, GBI, Pantekosta dan semua gereja yang ada di Morotai.

"Jadi soal moderasi beragama bukan hal baru bagi kita, kultur guyub rukun, harmonis berdampingan,"

"Dengan keyakinan masing-masing, telah kita praktekkan sejak nenek moyang kita di Morotai,"ucapnya saat menyampaikan sambutannya

Di Kampung Moderasi Beragama (KMB) tepatnya di Desa Sangowo Induk dan Sangowo Barat, Kecamatan Morotai Timur, Sabtu (26/8/2023).

Baginya, sudah sepantasnya selaku bangsa indonesia, terutama di morotai, hidup dalam kerukunan.

Sebab kata dia, pertalian di antara Warga di Morotai, walaupun dalam keyakinan berbeda-beda, tapi semua adalah saudara.

"Secara sosiologis, interaksi antar pemeluk agama di morotai ini, tidak sekedar hubungan lintas agama atau cross religion."

"Namun secara sosio-kultural, kita merupakan keluarga dalam pengertian biologis,"

"Artinya bahwa, sebagian besar dari kita memiliki ikatan darah, atau 'Ria De Nengoru' (bahasa Galela), "cetusnya.

Di kesempatan itu, Pj Bupati dua periode ini pun lantas mempertanyakan, sejak kapan?

Persoalan kerukunan menjadi hal yang sering dibahas, dan kerap menjadi isu yang licin, sehingga perlu moderasi.

Sehingga Ia pun meminta agar dapat melihat ke belakang, bahwa, di salah satu patahan sejarah.

Dimana menurutnya, semua pernah menjadi alat permainan, atas orang-orang tidak bertanggung jawab yang menginginkan bangsa indonesia terpecah-belah.

"Tanpa mengurangi rasa hormat dan kebahagiaan kita hari ini, saya hendak menyatakan bahwa kegelapan sejarah itu,".

"Tidak sepantasnya terjadi, dan harus dikubur dalam-dalam, karena telah memporak-porandakan bangunan kekeluargaan di antara kita sekalian,"pintahnya.

Dikatakannya, dari sanalah menjadi satu faktor pendorong, kemudian bercampur dengan pemahaman.

Dan tafsir yang keliru dari sebagian kelompok keagamaan, dalam spektrum ideologi.

Sehingga, memiliki kecenderungan untuk bertindak radikal atau mempunyai pemahaman yang mengakar.

Memiliki fanatisme berlebihan terhadap apa yang diyakini, sehingga menganggap keyakinan orang lain adalah salah.

Menggangu eksistensi, menggerus keimanan dan lain
sebagainya.

Sehingga lanjutnya, anggapan itu, berkonsekuensi terhadap upaya saling menolak atau mengabaikan satu kelompok agama dengan kelompok lainnya.

"Dalam situasi ekstrim, fanatisme buta yang berujung radikalisme, sering melahirkan teror yang memakan korban,"

"Kelompok ekstrimis ini, tidak akan dimiliki satu identitas keagamaan. akan tetapi ada di setiap kelompok yang mengaku beragama,"katanya.

Ia bahkan memberikan contoh ekstrimis hindu atau di india, yang sering meneror kelompok muslim bahkan merusak situs-situs islam.

Ada juga sebuah kelompok ekstrimis kristen di amerika yang menamakan diri army of god (baca:armi of gat), ini tergolong ekstrim kanan.

Organisasi itu, dalam terjemahan bebas bahasa indonesia berarti, tentara tuhan yang bermarkas di amerika ini sangat keras menolak praktik aborsi,"

Sehingga, kata dia, kerap melakukan teror terhadap praktik dan klinik aborsi di amerika,"

Sedangkan di Muslim sendiri, lanjutnya, juga terdapat kelompok yang digolongkan dalam ekstrimis kanan.

Baca juga: Beragam Kultur, Dua Desa di Morotai Jadi Kampung Moderasi Beragama

Baik yang bercokol di indonesia maupun yang punya organisasi transnasional.

Yang telah memiliki banyak aksi destruktif, merusak kebhinekaan dan memunggungi kemanusiaan.

"Fenomena inilah yang memerlukan upaya, untuk memodernisasi, atau menggeser kelompok ekstrim kanan menjadi lebih ke tengah atau moderat,"pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved