Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

BKKBN Malut

Deputi KSPK BKKBN RI : Generasi Muda Harus Sehat dan Hebat serta Tidak Stunting

BKKBN RI menyebutkan tren prevalensi Stunting di Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami penurunan per tahun 0,3 persen

Editor: Munawir Taoeda
Dok BKKBN Maluku Utara
PROGRAM: Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI Nopian Andusti, SE., MT saat memberikan sambutan di acara Rakerda di Kota Ternate, Maluku Utara 

TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI, Nopian Andusti, SE., MT yang melakukan kunjungan kerja di Provinsi Maluku Utara menyampaikan strategi Optimalisasi Bonus Demografi dan Peningkatan SDM Menuju Indonesia Emas 2045 pada Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting (PPS) Provinsi Maluku Utara tahun 2024 pada Selasa, (30/04/2024) yang dihelat di Ballroom Gamalama C, Hotel Bela Kota Ternate.

Deputi Bidang KSPK BKKBN RI menyampaikan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai sasaran Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju.

"Untuk itu, penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik, "jelas Nopian.

Nopian mengatakan sebuah negara dikatakan mengalami bonus demografi jika dua orang penduduk usia produktif (15-64) menanggung 1 orang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun atau lebih).

Baca juga: Seorang IRT Asal Halmahera Utara Maluku Utara Ditangkap Gegara Edarkan Cap Tikus

Bonus Demografi ini juga bisa diartikan sebagai keuntungan ekonomi yang disebabkan menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang.

Lanjut Nopian, "Akibat bonus demografi ini, maka masuklah kita pada suatu keadaan Windows of Opportunity atau ada peluang untuk menjadi kaya, karena terjadi penurunan kelahiran yang dalam jangka panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga".

"Oleh karena itu, kita diingatkan bahwa generasi muda sekarang harus sehat dan hebat untuk disiapkan menjelang Indonesia emas. Itulah makna kenapa kita tidak boleh stunting, harus cerdas agar bisa berdaya saing pada masa Indonesia emas nanti, " tegasnya lagi.

Baca juga: BREAKING NEWS: Berikut 5 Anggota DPRD Aktif yang Siap Bertarung di Pilkada Tidore 2024

Selanjutnya, Deputi Bidang KSPK BKKBN RI menyebutkan tren prevalensi Stunting di Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami penurunan per tahun 0,3 persen dan target penurunan stunting tahun 2020 sampai dengan 2024 mencapai 2,5 persen. Sehingga laju penurunan stunting per tahun menuju 14 persen tahun 2024 sebesar 3,4 persen.

"Sedangkan di Maluku Utara sendiri menurut data SSGI Tahun 2022 dan SKI Tahun 2023 angka prevalensi balita stunting turun 2,4 persen dari 26,1 persen menjadi 23,7 persen."

"Penurunan yang dicapai Maluku Utara ini cukup tinggi, namun masih di atas rata-rata nasional 21,5 persen. Oleh karena itu, untuk mengejar target 14 persen diperlukan upaya-upaya nyata dengan menjalankan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) yaitu dengan pendekatan keluarga berisiko stunting, pendekatan intervensi gizi terpadu serta pendekatan multisektor dan multipihak, "tutup Nopian. (*)

Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved