Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pulau Taliabu

Sehati Bersama Orang Tua Hebat, Pemberdayaan Seluruh Masyarakat Cegah Stunting di Taliabu Malut

Perlu strategi di mana seluruh masyarakat dan pegiat desa bersinergi mencegah Stunting di Pulau Taliabu, Maluku Utara melalui 'WARUNG SEHATI'

Penulis: Laode Havidl | Editor: Munawir Taoeda
Tribunternate.com/Laode Havidl
KESEHATAN: Pemkab Pulau Taliabu, Maluku Utara mengambil gambar bersama tiga guru besar usai melaksanakan kegiatan penurunan Stunting, Selasa (16/7/2024) 

Yakni Prof. Dr.dr.Abdul Razak Thaha.,MSc.,SpGK; DR.Dra. Endang Ruswiyani.,MPd, dan DR.dr.Lucy Widasari.,MSi.

Berdasarkan hasil pertemuan dan diskusi, TPPS di berbagai tingkatan (kabupaten, kecamatandan desa) bersama seluruh masyarakat sepakat untuk mencegah Stunting pada bayi baru lahir dengan cara sebagai berikut:

1. Koordinasi, komunikasi dan pendampingan sejak catin dengan leading sektor adalah KUA, Puskesmas-Posyandu, memastikan ibu hamil meakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) teratur, minimal 6 kali selama masa kehamilan, setidaknya didampingi oleh suami pada pemeriksaan kehamilan pertama kali.

Memastikan cakupan dan konsumsi Tablet Tambah Darah oleh ibu melalui pendampingan, memastikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis sumber pangan lokal dengan edukasi dan pemanfaatan lahan pekarangan serta melakukan edukasi bagi ibu hamil dan suami sejak awal kehamilan.

Selain itu, seluruh peserta sepakat untuk memastikan praktik pemberian ASI yang benar, ibu menyusui melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian kolostrum dengan edukasi sejak masa kehamilan.

Memastikan pemberian ASI ekslusif sampai umur 6 bulan dengan edukasi dan dukungan suami serta keluarga serta memastikan ibu meneruskan pemberian ASI setelah 6 bulan hingga anak umur 2 tahun.

2. Mencegah peningkatan prevalensi stunting pada bayi dan balita (khususnya umur 6-11 bulan) dengan memastikan MP ASI dan PMT baduta dengan sumber daya lokal kaya protein hewani dikonsumsi disertai edukasi praktik pemberian makanan anak.

Mencegah bayi dan baduta dari infeksi (terutama diare dan ISPA) dengan peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, akses air bersih dan sanitasi lingkungan (termasuk STOP BABS) dengan promosi PHBS terus menerus.

Dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Bayi dan balita sakit segera memperoleh perawatan dengan memastikan kepemilikan akta lahir dan KIS terutama bagi kelompok miskin. Selanjutnya, tatalaksana balita dengan masalah gizi (BB tidak naik, BB kurang, gizi kurang, gizi buruk).

Serta memastikan distribusi dan pemanfaatan program bantuan sosial (PKH/Sembako) dengan baik dan benar.

3. Mengatasi tantangan konvergensi intervensi antar perangkat daerah dengan membuat mekanisme pemanfaatan data bersama dengan cara, memastikan setiap keluarga dan individu target sasaran masuk dalam target sasaran intervensi.

Memastikan setiap sasaran yang terdaftar dalam target sasaran memperoleh pelayanan intervensi, pastikan setiap sasaran memanfaatkan program intervensi yang dibutuhkan sesuai kriteria program dengan cara.

Yaitu melakukan pemutakhiran data secara berjenjang dan berbagi pakai data di tingkat desa sebagai peta kerja dalam identifikasi dan intervensi bagi keluarga berisiko Stunting.

Yang dimonitoring melalui rakordes/musrembangdes dan atau melalui Rumah Desa Sehat (RDS) Penguatan hulu dan hilir, dengan mengoptimalisasikan seluruh pegiat desa.

Dengan percontohan implementasi warung sehati Komitmen dan dukungan berkelanjutan dari pimpinan daerah, Dinas terkait (Bappeda, Dinas Kesehatan, DP3AKB, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian,Dinas PUPR, Dinas PMD, Disdukcapil, Dinsos, Dinas Kelautan dan perikanan, Disdikbud, Kanwil Kemenag), Keseriusan pelaksana program dan perbaikan manajemen

Halaman
123
Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved