Pemprov Malut
Setiap Hari Kesempatan Perbaiki Hidup Orang Lain, Begini Curhatan Sherly Laos di Tengah Kesibukan
Beginilah curahatan hati Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos atau Sherly Tjoanda dalam menjalani kesehariannya yang sibuk.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Ditambah dengan keberadaan keluarganya yang dekat satu sama lain dan saling mendukung.
"Semakin ke sini, saya lebih belajar untuk melihat sisi positif dalam segala sesuatu."
"Waktu itu mungkin rasanya hidup saya hancur berantakan, seperti saya benar-benar (bingung) saya harus apa, saya tidak tahu harus berbuat apa, kenapa harus seperti ini."
"Tapi saya punya ibu, saya punya saudara laki-laki, saya punya komunitas yang baik, yang mencintai saya, yang bersedia untuk mendukung saya," ujarnya via YouTube Guru Grooming Indonesia.
Perubahan Edelyn Laos
Edelyn Laos merasa ada hikmah dari kematian Benny Laos meski harga yang harus dibayar sangatlah mahal.
Gadis 17 tahun itu mengaku, kepergian sang ayah membuatnya berubah sikap.
Menurutnya, saat sang ayah menjabat sebagai Bupati Morotai, dirinya terpancing untuk menjadi sosok yang pemberontak.
Bukan tanpa alasan, sebagai anak, Edelyn Laos ingin mendapat perhatian kedua orangtuanya yang sibuk memimpin daerah.
Edelyn Laos akhirnya bisa berubah tidak lagi menjadi sosok pemberontak kala sang ayah tidak menjabat sebagai bupati.
"Itu (kesibukan orangtua) membuat saya menjadi pemberontak agar mendapat perhatian mereka."
"Tapi belakangan ini, tahun 2024, kan sudah tidak menjabat, jadi mereka lebih sering di Jakarta."
"Dan keluarga kami menjadi lebih dekat. Jadi kata kasarnya itu saya mulai berubah."
"Kalau kamu nonton video Sweet Seventeen, papi ada bilang kata-kata 'Tahun ini Edelyn berubah'."
"Dan saya memang berbuah, saya tidak jadi pemberontak lagi, saya jadi lebih baik," ujarnya via YouTube Guru Grooming Indonesia.
Saking berubahnya sikap Edelyn Laos, gadis 17 tahun itu merasa bahwa dirinya beberapa bulan yang lalu tidak akan mengenali dirinya yang sudah berubah.
Perubahan itu menjadi hikmah kepergian Benny Laos meski harus meninggalkan luka yang begitu dalam.
"Saya yang sekarang tidak akan pernah ada kalau saja tidak ada harga yang harus saya bayar walaupun harga yang harus saya bayar sangat mahal."
"Mungkin kalau papi enggak meninggal, aku enggak menyangka, terutama di usia yang sekarang, saya masih muda, saya tidak tahu apa-apa."
"Saya selalu berpikir bahwa saya tahu segalanya, tapi kenyataannya tidak. Kayak itu pas papi meninggal benar-benar menyadarkan, ya ampun, saya tidak tahu apa-apa, saya tidak bisa berbuat apa-apa."
"Hidup saya masih panjang, pada saat itu kayak otak saya mulai bekerja," tuturnya.
(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.