Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mata Lokal Fest 2025

Krisis Pangan Ada di Mana-mana, Staf Khusus Mentan Ungkap Ada 58 Negara Alami Kelaparan Serius

"Krisis beras ternyata tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang, "kata Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian Sam Herodian

Editor: Munawir Taoeda
Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews
KRISIS PANGAN: Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian Sam Herodian dalam acara Mata Lokal Fest 2025 di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis (8/5/2025). Ia mengungkap krisis pangan sedang terjadi di banyak negara. 

TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian Sam Herodian mengungkap saat ini terjadi krisis pangan di banyak negara dunia.

Merujuk data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO/Food and Agriculture Organization of the United Nations) pada 2023, Sam menyebut 58 negara sedang mengalami kelaparan serius.

"Ada 58 negara ada mengalami kelaparan serius. Nah, ada sekitar hampir 1 miliar orang yang juga mengalami kekurangan makan," katanya saat memberi sambutan dalam acara Mata Lokal Fest 2025 di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Indonesia sempat mengalami krisis beras pada awal 2024 yang pada saat itu menimbulkan banyak antrean masyarakat yang ingin membeli beras. Namun, ini telah tertangani pada awal tahun ini.

Krisis beras ternyata tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang. Menurut Sam, ada negara maju yang ikut terdampak, yaitu Jepang.

"Jepang negara maju yang seharusnya tidak ada masalah dengan produksi berasnya ternyata juga kekurangan beras. Artinya pangan ini sangat serius (permasalahannya)," ujar Sam.

Ia juga menambahkan bahwa krisis pangan sering terjadi saat terjadi pergantian kepemimpinan di suatu negara. Venezuela dan Uni Soviet disebut sebagai contoh.

"Pergantian orde baru ke yang sekarang juga terjadi pada harga beras tertinggi. Jadi pangan tidak stabil, maka dipastikan negara tidak stabil," ucap Sam.

Ia menekankan bahwa berbeda dengan krisis lainnya, krisis pangan tidak bisa dianggap enteng karena menyangkut kebutuhan dasar manusia.

"Kalau penyakit kan kita bisa atasi kemarin. Covid kita bisa atasi pakai masker dan seterusnya, krisis-krisis yang lain masih bisa. Tapi kalau krisis pangan, masalah perut tidak boleh main-main," kata Sam.

Lebih lanjut, Sam mengungkapkan bahwa Menteri Pertanian Malaysia pernah bertemu dengan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dan menyatakan keinginan untuk mengimpor beras dari Indonesia.

Namun, menurut Sam, Indonesia saat ini masih memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Jika stok mencukupi, ekspor beras kemungkinan bisa dilakukan di akhir tahun.

"Pak Menteri menyampaikan bahwa pada saat ini (stok beras) kami masih untuk kebutuhan dalam negeri. Stok kami cukup, nanti pada akhir tahun kemungkinan akan bisa kirim. Kalau kita sudah aman semuanya," ujar Sam. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved