Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pemprov Malut

Nurbaya Menangis Tersedu Peluk Sherly Laos, Ibu 1 Anak Tak Kuasa Tahan Tangis Diberi Bantuan

Seorang ibu satu anak bernama Nurbaya tak kuasa menahan tangisnya saat bertemu Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos atau Sherly Tjoanda.

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Instagram.com/@s_tjo
PELUK SHERLY LAOS - Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos atau Sherly Tjoanda, dipeluk oleh penerima bantuan bernama Nurbaya di Halmahera Selatan, Juli 2025. Gambar tangkap layar dari Instagram.com/@s_tjo 

Sontak, Sherly Laos langsung banjir pujian berkat spontanitasnya itu.

Momen itu pastilah tidak disangka-sangka oleh sosok penyuluh pertanian bernama Ramlan Ruhunusa.

Niat hanya mencurahkan isi hatinya soal tantangan sehari-hari di bidang pertanian, Ramlan malah diangkat jabatannya oleh sang gubernur.

Momen itu terjadi di Subaim, Wasile, Halmahera Timur.

Awalnya, Sherly Laos membuka sesi keluhan para petani dan penyuluh pertanian. 

Salah satunya adalah sosok Ramlan, seorang penyuluh pertanian yang sudah bekerja puluhan tahun.

Ramlan penyuluh pertanian Wasile Timur dan Wasile mengeluhkan soal adanya pencemaran tambang serta berkurangnya lahan pertanian.

Ramlan yang sudah mengabdi sejak tahun 1987 juga mengeluhkan soal penugasan yang kurang jelas sehingga dirinya dan rekan-rekannya harus mengunjungi lahan pertanian satu dan yang lainnya dengan jarak jauh.

"Yang pertama, kurang lebih dalam satu musim ini desa ini terdampak dari limbah tambang."

"Kalau kita mau larang tambang tidak ada sudah ada, kemudian karena hulu dari air yang ada ini, adanya di sebelah sini, bendungannya, kemudian dampak dari eksploitasi tambang itu lari ke seluran sawah dan lahan sawah, itu dampaknya sangat mempengaruhi sekali bu."

"Kemudian yang kedua, kami punya lahan dari awal, jadi sejak transmigrasi tercetak itu kurang lebih sekitar 11.000 hektare, sekarang ini yang tersisa hanya 3.700 hektare."

"Yang terakhir, atas nama penyuluh ini kan, kami di sini penyuluh kurang lebih 14 sampai 15 orang, sejak zaman reformasi, penyuluh itu difasilitasi, karena kelasnya penyuluh hari ini di lahan A, besok di lahan B, lahan C, dan seterusnya."

"Penyuluh tidak punya kelas bu, sementara mengajar bapak-bapak tani ini harus berkelompok, makanya dia harus ke sana ke mari, kasihan kami ini penyuluh enggak punya apa-apa bu."

"Mungkin kalau sudah ada realisasi saya sudah enggak kebagian bu, Insya Allah bulan Maret besok saya sudah pensiun, tinggal adik-adik saya yang mungkin bisa menikmati," curhat Ramlan.

Mendengar curhatan panjang dari Ramlan, Sherly Laos sempat bertanya nama sang penyuluh.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved