Mengenal Zainal Abidin Sjah, Sosok yang Didorong Sultan Tidore Husain Sjah Jadi Pahlawan Nasional
Sultan Tidore Husain Alting Sjah meminta perhatian Presiden Prabowo Subianto atas pengangkatan Sultan Zainal Abidin Sjah sebagai pahlawan nasional
Penulis: Sitti Muthmainnah | Editor: Sitti Muthmainnah

TRIBUNTERNATE.COM - Sultan Tidore Husain Alting Sjah meminta perhatian Presiden Prabowo Subianto atas pengangkatan Sultan Zainal Abidin Sjah sebagai pahlawan nasional.
Hal itu disampaikan Husain Sjah dalam video yang berdurasi 6 menit 30 detik, melalui media sosialnya.
Husain Sjah menuturkan, Sultan Tidore ke-35 itu berjasa menggabungkan wilayah kekuasaannya, kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca juga: Berangkat Tanggal 26, Ini Jadwal dan Harga Tiket Kapal Pelni dari Surabaya ke Ternate di Juli 2025
Keputusan bergabung dengan NKRI diambil Zainal Abidin Sjah saat pemerintah Belanda menawarkan tiga opsi kepadanya, yakni bergabung dengan Belanda, bergabung dengan NKRI, atau membentuk negara sendiri dengan Papua.
Sultan Zainal juga merupakan Gubernur Irian Barat pertama (1956-1961). Ia ditunjuk Presiden Soekarno di tengah memanasnya hubungan antara Indonesia dan Belanda terkait Irian Barat.
Menurut Husain Sjah, Kesultanan Tidore dan Pemkot Tidore Kepulauan sudah dua kali mengusulkan Sultan Zainal sebagai pahlawan nasional. Namun hingga kini usulan tersebut belum direspons pemerintah pusat.
“Kami juga tidak tahu alasan mengapa tokoh yang begitu dihormati belum mendapat tempat untuk menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.
Ia mengingatkan, bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
"Sultan Zainal sangat berjasa membantu Soekarno sehingga lobi menjadikan Papua masuk dalam NKRI adalah berdasarkan persetujuan Sultan Zainal."
"Beliau sangat berperan mengintegrasikan Papua masuk dalam NKRI, dan ibukota Irian Barat saat itu berkedudukan di Tidore," jelasnya.
Profil Sultan Zainal Abidin Sjah
Zainal Abidin Sjah lahir pada 5 Agustus 1912. Ia merupakan anak dari pasangan Do Husain Do Sangaji dan Do Salma Do Yusup.
Ia menempuh pendidikan di HIS Ternate tahun 1924, Mulo Batavia 1928, dan Osvia Makassar 1934.
Zainal Abidin Sjah juga sempat menjadi Ambtenaar Hulp Bistuu dan Bistuur di Kota Ternate, Manokwari, dan Sorong tahun 1934-1942.
Tak lama, tahun 1943 Zainal Abidin Sjah menjadi Kepala Kehakiman Ternate masa Pemerintahan Jepang hingga 1944.
Kemudian, pada tahun 1945 ia ditawan oleh Jepang dan diasingkan ke Jailolo.
Setelah bebas dari tawanan, Zainal Abidin Sjah diangkat menjadi Sultan Tidore ke-35 pada Februari tahun 1947 hingga 1967.
Zainal Abidin Sjah menetap di Ambon hingga wafat pada 4 Juli 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kapahaha Ambon, selanjutnya pada 11 Maret 1986, pihak keluarga Kesultanan Tidore memindahkan kerangka Sultan Zainal Abidin ke Kelurahan Soa Sio Tidore dan disemayamkan di Pelataran Kedaton Kie Soa-Sio.
Ditunjuk Menjabat Gubernur pertama Provinsi Irian Barat
Pada tanggal 17 Agustus 1956, Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Propinsi Perjuangan Irian Barat dengan Ibu kota sementara di Soa-Sio Tidore.
Keputusan tersebut diambil oleh Presiden Soekarno dengan alasan Papua serta pulau-pulau sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore sejak ratusan tahun lalu.
Zainal Abidin Sjah kemudian ditetapkan sebagai Gubernur propinsi perjuangan Irian Barat pada tanggal 23 September 1956 di Soa-Sio Tidore (SK Presiden RI No. 142/ Tahun 1956, Tanggal 23 September 1956).

Selanjutnya sesuai SK Presiden RI No. 220/ Tahun 1961, Tanggal 4 Mei 1962, ia ditetapkan sebagai Gubernur DPB pada Departemen Dalam Negeri di Jakarta.
Sebagai Gubernur, Zainal Abidin Sjah diperbantukan pada Operasi Mandala di Makassar (TRIKORA) Perjuangan Pembebasan Irian Barat tahun 1962.
Dan dibebastugaskan 1 Juni 1963.
Memilih Gabung dengan Indonesia
Sultan Zainal Abidin Sjah berusaha memasukkan Papua ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Presiden Soekarno pun memberi tiga pilihan kepada Zainal Abidin Sjah, yakni bergabung dengan Indonesia, bergabung dengan Belanda, atau membuat negara sendiri bersama Papua.
Baca juga: Kapal Tujuan Fakfak Papau Barat Dievakuasi Tim SAR di Perairan Kepulauan Sula
Saat itu, Rosihan Anwar dan Arnold Mononutu mendatangi Kota Tidore untuk membujuk Zainal Abidin Sjah agar Papua bergabung dengan Indonesia.
Mereka juga beberapa kali bertemu dan menawarkan hak Tidore terhadap Papua, jika bergabung dengan Indonesia.
Dan hasilnya, 1 mei 1963 Presiden Soekarno ke Tidore, tepatnya Kelurahan Soasio merayakan Kemerdekaan Indonesia. (*)
3 Berita Populer Malut: Perampingan Struktur Pemprov - Husni Bopeng Nahkodai NasDem Malut |
![]() |
---|
Ini Prediksi BMKG untuk Cuaca Kota Ternate Besok, Sabtu 20 September 2025 |
![]() |
---|
Pokja BPBJ Maluku Utara Gelar Pembuktian Kualifikasi Tender Proyek Pagar Masjid Guraping |
![]() |
---|
Sultan Bacan Halmahera Selatan Maulana Syah Sampaikan Ini di Hari Jadi Desa Marabose ke 19 |
![]() |
---|
Kelompok Mahasiswa di Ternate Gelar Aksi Tolak Aktivitas Kelompok HTI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.