Suku Baduy Minta Dihapus dari Destinasi Wisata Gara-gara Risih Jadi Tontonan hingga Banyaknya Sampah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perkampungan Baduy luar

Sementara itu Jaro Saija yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Kanekes mengatakan ia baru mengetahui surat tersebut setelah membaca pemberitaan di media pada Senin (6/7/2020) kemarin.

"Saya tidak tahu, tidak diberitahu kalau ada pertemuan seperti itu. Saat ini lagi mencari tahu siapa yang kirim surat tersebut," kata Saija saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Menutnya, saat ini kawasan Baduy memang ditutup dari kunjungan wisatawan. Namun penutupan tersebut hanya sementara di saat pandemi Covid-19.

Saija memastikan jika penutupan kawawan tersebut tidak permanen.

Tak hanya kepala desa, saat dikonfirmasi, Dinas Pariwisata setempat juga mengaku tidak tahu dan baru akan meminta penjelasan kepada Kepala Desa Baduy pada Selasa (7/7/2020).

Belum ada pemberitahuan resmi ke bupati

Warga baduy saat beraktivitas di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020). Tidak hanya menutup aktivitas wisata, Pemerintah Desa Kanekes juga melarang warga Baduy untuk bepergian ke kota besar seperti Jakarta, untuk menghindari virus corona.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Menanggapi permintaan tersebut, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan belum ada pemberitahuan resmi dan koordinasi dari tokoh Baduy kepada dirinya.

Namun Iti mengatakan pihaknya mengetahui permintaan tersebut baru dari media sosial.

"Kami baru mendengar keluhan dari medsos, biasanya langsung disampaikan ke saya. Tapi ini nggak ada komunikasi, belum dipastikan ini resmi dari Puun (pimpinan tertinggi adat Baduy)," kata Iti saat ditemui di kantor Bupati Lebak di Rangkasbitung, Selasa (7/7/2020).

Saat ini, Iti mengatakan pihaknya telah meminta Dinas Pariwisata untuk memastikan kabar tersebut dan berkomunikasi langsung dengan tokoh ada Baduy.

38 Obyek Wisata Alam Ini Buka Kembali dengan Protokol Kesehatan, De Djawatan hingga Talaga Warna

Menurutnya masalah yang dikeluhkan warga Baduy yang tertulis di surat masih bisa dimusyawarahkan.

"Mungkin nanti perlu diperketat, seperti misalnya, pengunjung harus membawa kantong sampah sendiri dan ada maklumat untuk tidak membawa sampah plastik," kata Iti.

Iti mengatakan pihaknya masih belum bisa mengambil keputusan karena harus berkomunikasi dengan tokoh Baduy di Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana.

"Kebijakan kami mengikuti apa yang disampaikan oleh Puun, semua bisa dikomunikasikan. Maka saat ini belum bisa mengambil kebijakan seperti apa sebelum komunikasi dengan Puun," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Acep Nazmudin | Editor: Abba Gabrillin, Farid Assifa )

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Risih Jadi Tontonan, Alasan Suku Baduy Minta Wilayahnya Dihapus dari Destinasi Wisata"

Berita Terkini