Slogan 'Benci Produk Asing' Bisa Akibatkan Retaliasi, Peneliti INDEF Khawatir Ekspor Terdampak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo (Jokowi)

TRIBUNTERNATE.COM - Baru-baru ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang gencar mengkampanyekan cinta produk dalam negeri.

Namun, kampanyenya ini sempat menuai kontroversi lantaran Jokowi juga menggaungkan ajakan untuk membenci produk luar negeri.

Peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus, menilai pernyataan Presiden Jokowi itu dapat menyebabkan retaliasi dari negara lain dan merugikan Indonesia.

Hal ini lantaran, slogan 'Benci Produk Luar Negeri' yang bisa jadi menimbulkan retaliasi dari negara lain ini, dapat mengakibatkan kerugian pada sisi ekspor.

“Jangan sampai mengundang retaliasi dari negara lain, yang nanti pada akhirnya akan merugikan produk ekspor kita,” ujar Ahmad dikutip dari pernyataannya pada Jumat (5/3/2021) yang tayang di kanal Youtube KompasTV.

Baca juga: Tanggapi Konflik Internal Partai Demokrat, Mahfud MD: Pemerintah Tak Bisa Larang KLB di Deli Serdang

Baca juga: Pesan Cinta Produk Dalam Negeri Disorot, Jokowi: Saya Ngomong Benci Produk Asing, Begitu Saja Ramai

Baca juga: Pernah Beri Moeldoko Jabatan, SBY Merasa Malu dan Bersalah: Saya Memohon Ampun ke Hadirat Allah SWT

Baca juga: AHY akan Laporkan Seluruh Pihak yang Terlibat KLB Demokrat Deli Serdang ke Jalur Hukum

Ia mengatakan, untuk mengkampanyekan cinta produk dalam negeri harus dilakukan dengan secermat mungkin.

“Apabila kebijakan yang pada intinya untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, nah ini harus dilakukan dengan secermat mungkin,” ujar Ahmad.

Menurutnya, untuk mengkampanyekan cinta produk dalam negeri, bisa dilakukan dengan cara lain selain mengajak membenci produk luar negeri.

Selain itu, Ahmad juga menuturkan, kampanye cinta produk dalam negeri harus diiringi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dari produk industri lokal.

“Hal ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dari produk industri lokal,” ujarnya.

Ahmad mengatakan, salah satu caranya yaitu dengan menerapkan kebijakan non tarif.

“Bagaimana caranya? Ada kebijakan yang disebut non tariff measure. Non tariff measure yg dilakukan oleh semua negara ini dilakukan secermat mungkin yang tidak mengundang sikap retaliasi dari negara lain,” terang Ahmad.

Ahmad juga menilai, ada kekhawatiran yang muncul jika slogan benci produk luar negeri digaungkan. 

Menurutnya, kampanye benci produk luar negeri dapat menimbulkan aksi balasan dari luar negeri dengan slogan serupa yakni ajakan untuk membenci produk Indonesia.

“Dikhawatirkan kalau ada kalimat atau slogan yang berbunyi benci produk luar, dikhawatirkan akan dibalas oleh luar negeri, mereka bikin slogan anti produk indonesia,” terang Ahmad.

Menurutnya, jika itu terjadi, maka Indonesia akan merasakan kerugian pada produk lokal yang diekspor ke luar negeri.

“Nah itu akan merugikan produk kita sendiri,” ujar Ahmad. 

Video selengkapnya:

Jokowi Kampanyekan ‘Benci Produk Luar Negeri’

Presiden Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai produk-produk dalam negeri.

Bersamaan dengan hal ini, Jokowi juga meminta agar masyarakat membenci produk luar negeri. 

Hal ini disampaikan oleh Jokowi saat membuka rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3/2021). 

"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia, harus terus digaungkan, produk- produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi dikuti dari Kompas.com.

 Jokowi menyebutkan, kampanye cinta produk Indonesia dan benci produk luar negeri penting dikumandangkan supaya masyarakat loyal terhadap hasil karya anak negeri. 

"Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri. Sehingga, betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia," ujarnya.

Selain kampanye tersebut, Jokowi menyebut, ada sejumlah langkah yang bisa ditempuh Kementerian Perdagangan untuk mengembangkan pasar produk nasional. 

Misalnya, memberikan ruang kepada produk-produk hasil usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM). 

Jokowi tidak ingin ruang depan atau lokasi-lokasi strategis di pusat perbelanjaan justru diisi oleh merek-merek luar negeri. 

Menurutnya, sudah saatnya menggeser produk dari luar ke tempat yang tidak strategis dan mengisi lokasi strategis untuk merek-merek lokal. 

"Branding harus melekat agar masyarakat lebih mencintai produk Indonesia dibandingkan produk luar negeri," ujar Jokowi. 

Jokowi mengatakan, dengan jumlah penduduk yang begitu besar, seharusnya Indonesia memiliki konsumen yang loyal terhadap produk-produk dalam negeri. 

"Karena penduduk Indonesia, penduduk kita berjumlah lebih dari 270 juta jiwa, seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk kita sendiri, 270 juta adalah jumlah yang besar, pasar yang besar," kata Jokowi.

(TribunTernate.com/Qonitah) (Kompas.com)

Berita Terkini