Soal Wacana PPKM Darurat 6 Minggu, Ridwan Kamil: Pemerintah Cari Solusi Paling Tepat & Tidak Melukai

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil tanggapi wacana PPKM Darurat enam minggu: Memang tidak mudah, semua kerja keras, cari solusi paling cepat, paling tidak melukai, paling simpatik.

TRIBUNTERNATE.COM - Wacana perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat hingga enam minggu semakin nyaring terdengar.

Hal tersebut diungkapkan pertama kali oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR RI pada Senin (12/7/2021).

Wacana perpanjangan PPKM Darurat ini muncul lantaran risiko pandemi Covid-19 masih tinggi, khususnya dalam kasus varian Delta.

Namun, sudah hampir dua minggu PPKM Darurat berjalan, kasus aparat yang terlibat cekcok dengan masyarakat hingga drama seputar pandemi Covid-19 justru semakin meningkat.

Hal ini tak pelak membuat pemerintah maupun masyarakat berada dalam dilema besar.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengakui bahwa orang marah dan drama seputar pandemi akan semakin banyak jika PPKM Darurat benar diperpanjang.

Baca juga: Wacana PPKM Darurat 6 Minggu, Mardani Ali Sera Soroti PPKM Saat Ini: Negara Mesti Hadir Jaga Rakyat

Baca juga: Sri Mulyani: PPKM Darurat akan Diperpanjang 4-6 Minggu, Dampaknya Membuat Ekonomi Melambat

Namun, menurut Ridwan Kamil, kebijakan tersebut tetap harus diambil, karena nyawa masyarakat yang sakit jauh lebih penting.

"Orang marah akan makin meningkat, drama-drama viral juga akan makin banyak."

"Tapi dari semuanya, urusan nyawa itu adalah keputusan terpenting dalam semua diskursus ini."

"Nyawa di rumah sakit lebih urgen, kira-kira yang harus kita dahulukan," tutur pria yang akrab disapa Kang Emil itu dalam acara Mata Najwa, Rabu (14/7/2021).

Lebih lanjut, Ridwan Kamil menyatakan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah adalah keputusan yang terbaik.

Menurut Ridwan, pemerintah dengan segenap jajarannya sama-sama bekerja keras untuk menemukan solusi agar pandemi Covid-19 bisa terkendali.

"Memang tidak mudah, saya rapat dengan Pak Luhut dapat instruksi dari Pak Jokowi, rapat dengan para menteri, paham betul semua itu kerja keras, cari solusi paling cepat, paling tidak melukai, paling simpatik," terang Ridwan Kamil.

Gubernur Jawa Barat ini juga mengingatkan agar masyarakat tak membandingkan Indonesia dengan negara-negara yang sudah melonggarkan peraturan.

Sebab, ada banyak faktor yang Indonesia miliki yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Baca juga: Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac Dokter Novilia Meninggal, Ridwan Kamil: Pahlawan Kita di Era Pandemi

Baca juga: Jawa Barat Darurat Covid-19, Ridwan Kamil Minta Pemerintah Tiadakan Libur Idul Adha 1442 H/2021

Sikap masyarakat yang demikian itu digambarkan oleh Ridwan Kamil seperti siswa SMA yang meminta untuk bisa lulus Sarjana, padahal belum melewati prosesnya secara lengkap.

"Kalau ada yang membandingkan 'kok piala EURO tidak pakai masker? Di Jepang, di Singapura mau berdamai', ya vaksinnya saja sudah 70 persen, kita masih belum."

"Kita (seperti) masih SMA, tapi sirik minta lulus wisuda Sarjana, kira-kira begitu," katanya.

Menurut Ridwan, hal-hal semacam itu menjadi ujian bagi pemerintah untuk bisa mengendalikan pandemi.

"Hal-hal seperti ini mewarnai ketidakmudahan dalam mengendalikan (pandemi Covid-19)," tambahnya.

Untuk itu, Ridwan Kamil kembali menegaskan bahwa keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah diambil berdasarkan prioritas utama, yakni menyelamatkan nyawa masyarakat yang sakit.

"Saya sedih kalau sudah dengar cerita tadi dan sebagainya, tapi bagaimana pun ada urusan nyawa, kepentingan besar yang harus kita selamatkan di atas ketidaknyamanan ini," tandas Kang Emil.

Video selengkapnya:

Di Masa Pandemi, Ridwan Kamil Sebut Masyarakat Terbagi Jadi 3 Golongan

Ada beberapa sikap berbeda dari masyarakat Indonesia saat menghadapi pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19.

Hal ini disinggung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam program Mata Najwa, Rabu (14/7/2021) malam.

Pria yang karib disapa Kang Emil itu menilai masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga golongan terkait Covid-19.

Tiga golongan tersebut, yang pertama adalah masyarakat yang denial atau tidak percaya Covid-19.

Golongan kedua, masyarakat yang percaya Covid-19 tetapi masih tidak taat protokol kesehatan (prokes).

Golongan ketiga, yang sudah menerima dan adaptif dengan kondisi.

"Ada yang masih di kelompok denial, yang tidak menerima, tidak percaya Covid," ungkap Ridwan Kamil, dikutip dari YouTube Najwa Shihab.

Masyarakat golongan pertama, ungkap Emil, konsumsi informasinya berupa konspirasi, Covid bisnis, China kuasai RI, mikrochip, globalis, di-covidkan, settingan pemerintah, haram, endorser covid, dan lain-lain.

Sementara itu golongan kedua, yaitu percaya Covid-19 ada, tetapi tidak taat prokes.

"Nah golongan yang beradaptasi yang kita doakan, yang sudah terjadi di Jepang di Eropa," ungkap Emil.

"Ujung-ujungnya kami berharap Indonesia masuk ke golongan tiga, yaitu menerima mau beradaptasi, move on, dan melakukan post-covid lifestyle atau mindset," imbuhnya.

(TribunTernate.com/Ron)(Tribunnews.com/Gilang)

Berita Terkini