Berikut caption lengkap unggahan Najwa Shihab:
Glorifikasi dan Bahaya Normalisasi Kekerasan Seksual
@narasinewsroom "Merayakan" bebasnya pedangdut Saipul Jamil setelah lima tahun mendekam di penjara bukan perkara sembarangan. Perilaku ini lama kelamaan bisa membuat "pemakluman" atas kekerasan seksual terhadap dua remaja yang dilakukannya.
Yang gak kalah bahaya, orang-orang bisa gak malu lagi kalau melakukan kekerasan seksual. Selain itu, perilaku ini juga bisa bikin orang-orang jadi merasa "biasa" melihat para pelaku kekerasan seksual.
Belum lagi hal ini juga bisa membuat korban semakin takut buat berbicara dan terbuka. Hadeh
Menanggapi fenomena ini, petisi online pun digencarkan. Sampai kabar ini diturunkan, 283 ribu orang lebih telah menandatangani petisi untuk menolak Saipul Jamil tampil di televisi dan YouTube.
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok Senin, 6 September 2021: Cancer Perlu Lakukan Penyesuaian dengan si Dia
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Senin, 6 September 2021: Emosi akan Kaburkan Kemampuan Berlogika Gemini
2. Ernest Prakasa:
Pascabebasnya Saipul Jamil dari penjara, sejumlah stasiun televisi swasta mengundang sang pedangdut dalam sebuah acara.
Bahkan, Saipul Jamil juga hadir di acara ngundhuh mantu pernikahan penyanyi dangdut Lesti Kejora dan Rizky Billar yang juga ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta.
'Panggung' dan sorotan yang didapat Saipul Jamil pascakeluar dari penjara mendapat kritikan tajam dari komedian Ernest Prakasa.
Dalam cuitan di akun Twitter @ernestprakasa pada Minggu (5/9/2021), Ernest Prakasa melontarkan sindiran pedas kepada stasiun televisi yang menayangkan Saipul Jamil.
Ia menyebut matinya nurani stasiun televisi yang menyambut Saipul Jamil berbau menyengat bagai bangkai.
"Bau busuk apa yang menyengat ini? Oh, ternyata bau bangkai dari matinya nurani stasiun TV yang memperlakukan mantan napi pelecehan seksual bagaikan pahlawan," tulis Ernest Prakasa dalam cuitannya.
Ia pun melanjutkan cuitannya dengan mempertanyakan keberadaan maupun peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Namun, seolah tersadar kembali, Ernest Prakasa lupa bahwa KPI sendiri juga menghadapi kasus dugaan perundungan dan pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan pegawainya.
"Ke mana KPI?!?! Oh iya lupa, lagi sibuk nyoret-nyoretin biji pake spidol… Parah banget dasar Komisi Penyiaran Indianapolis." pungkasnya.
(TribunTernate.com/Rizki A.)