Kisah Komarudin: Ingin Mundur dari Ketua RT Gara-gara Sampah, Kerap Dicap Tak Becus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tumpukan sampah rumah tangga yang menggunung di lingkungan RT 05/04 Kampung Masjid Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang dikeluhkan warga karena memicu bau tak sedap dan mencemari lingkungan. Foto diambil Minggu (11/6/2023).

TRIBUNTERNATE.COM - Masalah sampah menjadi bagian dari kisah pahit yang dialami oleh Komarudin, Ketua RT 01/04 Kampung Masjid, Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Sampah dan pengelolaannya merupakan masalah yang rumit.

Apalagi jika itu terjadi di kawasan pemukiman padat penduduk, dengan rendahnya kesadaran dan disiplin warga dalam membuang sampah.

Komarudin mengaku pusing lantaran sering mendapatkan protes dari warganya soal tumpukan sampah yang kini terus menggunung. 

Bahkan, gara-gara tumpukan sampah yang semakin menggunung setiap harinya itu, Komarudin sempat ingin mundur dari jabatannya sebagai ketua RT 01/04 Kampung Masjid,

"Banyak protes, bukannya kita gak gerak kita tuh pusing harus gimana lagi, kalau mau lepas mah saya juga mau lepas (kepengurusan) cuman nanti siapa lagi. Pasti nanti berantakan, RT yang jelek. Pusing udah, puyeng udah, kemarin saya mau ngundurin diri gara-gara sampah," kata dia saat ditemui TribunnewsBogor,com, Minggu (11/6/2023).

Tumpukan sampah rumah tangga yang menggunung di lingkungan RT 05/04 Kampung Masjid Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang dikeluhkan warga karena memicu bau tak sedap dan mencemari lingkungan. Foto diambil Minggu (11/6/2023). (TribunnewsBogor)

Komarudin menyebut, sampah kini sudah menggunung tersebut akibat banyaknya warga di luar wilayahnya yang membuang sampah ke tempat sampah tersebut.

Ia menjelaskan, pihaknya memang memungut iuran sampah dari warga di wilayah RT-nya sebesar Rp30.000 per-KK (Kartu Keluarga) Rp30.000.

"Totalnya kurang lebih ada 150 KK, itu gak semuanya bayar dan itu buat gaji 2 karyawan sebulan Rp2 juta, bayar sewa truk belum buat sopirnya kan," ujarnya.

"Jadi itu aja nggak ketutup, buat beli karung aja ini kita sebulan biayanya sampai Rp350.000. Kita sampai nyari karung kemana-mana yang harganya gopek (Rp500) udah nggak ada," tambahnya.

Baca juga: Litbang Kompas hingga LSI, 8 Lembaga Survei Rilis Elektabilitas 3 Bakal Capres, Prabowo Teratas

Baca juga: Deretan Pengakuan Jusuf Hamka: Pemerintah Utang Rp800 Miliar, Pernah Diperas Bank Syariah

Baca juga: 14 Nakes di Papua Barat Dapat Ancaman dari KKB, Ini Kata Kata Kapolres Tambrauw dan Dinkes Setempat

Menurutnya, selama ini banyak warga dari luar wilayah RT-nya membuang sampah di lokasi tersebut tanpa sepengetahuan pengurus.

"Sebenarnya kita dari RT bukannya gak ada sikap atau apa. Kita sering sekali memberikan solusi ini dan itu cuman ya bingung yang buang bukan dari RT 01 saja."

"Tumpukan sampah itu berasal dari mana-mana ada yang buang jam 3 pagi, ga mungkin juga kalau kita awasin terus kan," paparnya.

Ia mengaku kerap mendapatkan protes dari RT 05/04 yang notabene merupakan tetangga dari tempat sampah menggunung milik RT 01/04 itu.

Kerap Dicap Tak Becus Jadi Ketua RT

Halaman
123

Berita Terkini