Sementara, Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar bisa meraih kemenangan di atas 62 persen.
Bila posisinya dibalik, Ganjar sebagai capres dan Prabowo cawapres, pasangan ini juga tetap menang di angka 60 persen.
Sementara, Anies-Cak Imin memperoleh 20,6 persen.
"Memang ini juga kemenangan telak. Tapi selisih kemenangannya di bawah 40 persen. Sementara, jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40 persen," kata Denny.
Baca juga: Nasib Siswi SD yang Buta karena Dicolok Tusuk Bakso, Sang Ayah Kini Malah Diintimidasi
Duet Prabowo-Ganjar Sulit Terwujud
Menduetkan Prabowo dan Ganjar dalam Pilpres 2024 akan sulit dilakukan.
Menurut Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie satu penyebab yang menyebabkan duet Prabowo-Ganjar adalah tak akan ada yang mau mengalah jadi Cawapres.
"Sulit karena salah satunya tidak mau mengalah jadi calon wakil presiden,” kata Jerry kepada Tribunnews, Senin (25/9/2023)
Tidak hanya capres, Jerry menilai para partai pengusung Prabowo dan Ganjar juga tak akan gampang mengalah.
"Gerindra sebagai pendukung utama Prabowo rasanya tidak mau mengalah kalau Prabowo jadi cawapresnya Ganjar. Begitu juga sebaliknya, PDIP juga tidak mau Ganjar jadi cawapresnya Prabowo," katanya.
Jerry sendiri sepakat jika pasa 2024 nanti Pilpres diikuti tiga pasang calon.
"Ini baik dalam merawat demokrasi di negeri ini," tandas Jerry.
Sementara itu, endiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA mengatakan Pilpres adalah peristiwa politik yang sarat kalkulasi dengan perbedaan cara menghitungnya.
PDIP yang merupakan partai dengan suara terbesar diyakini tak akan ikhlas jika kadernya hanya menjadi cawapres.
Apalagi, jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua.