Sebagai jawabannya hal Ahli Gizi. itu dipaparkan dalam bentuk kerja nyata selama Prof. Soekirman meniti karier sebagai seorang
Jika dipetik intisari dari semua tulisan dalam buku ini, dapat disimpulkan beberapa hal:
mudah. Penuh tantangan yang menghadang. Pertama, bahwa upaya memasyarakatkan gizi dan menggizikan masyarakat, memang tidak
Kedua, seluruh rangkaian tulisan yang disuratkan jika dicermati, tersirat makna yang dalam.
Makna ini menggambarkan semangat Prof. (Em) Soekirman untuk mencerahkan wawasan dan pemahaman banyak pihak tentang ilmu Gizi dan penerapannya di berbagai bidang.
Hal ini lebih ditujukan untuk menangkal pemahaman sempit tentang peran Ahli Gizi yang banyak hanya umumnya. dikaitkan dengan pelayanan makanan di rumah sakit dan bidang kuliner atau tataboga pada
Ketiga, banyak gagasan tentang pentingnya ilmu gizi dan penerapannya terkait dengan pembangunan nasional yang ditulis Prof. (Em) Soekirman pada masa lalu, senyatanya masih Indonesia. banyak yang relevan dengan situasi dan kondisi masa kini di banyak negara di dunia, termasuk
Keempat, ada hal yang perlu diteladani yaitu kegigihan untuk tetap membela dan mendorong gizi sebagai salah satu faktor penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia sebagai bagian dalam pembangunan nasional.
Kelima, banyak pelajaran berharga yang dapat dijadikan motivasi bagi insan gizi generasi masa kini untuk selalu mencermati perkembangan ilmu gizi serta berkiprah menerapkannya melalui berbagai bidang.
Biarlah kata-kata Prof. (Em) Soekirman yang pernah disampaikan kepada redaksi News Letter Cornell University (2003) "...The career of Nutritionist is full of fighting. You have to have high spirit, be consistent and persistent and everywhere you have to fight, fight for nutrition".
Menjadi tonggak pengingat bagi para Ahli Gizi di negeri ini. Pengabdian beliau dilakukan melalui perjuangan yang keras.
Bahkan Kompas pun menulis bahwa "Soekirman berjuang untuk memenuhi gizi rakyat".
Perjuangannya tidak dengan senjata, tetapi dengan membaca dan menulis. Prof. (Em) Soekirman, sebagaimana Napoleon Boneparte meyakini bahwa seorang penulis memiliki kekuatan dan ketajaman kata-kata. Apa yang dituliskan dapat mengubah keadaan.
Hal ini terbukti kebijakan gizi dalam konsep pembangunan nasional di era Repelita III, lahir dari buah pikiran beliau yang ditulisnya dan dibaca oleh pimpinan pemegang kebijakan dan pengambil keputusan sehingga gizi menjadi program prioritas.