Pemkot Ternate

Stunting di Ternate Maluku Utara Meningkat di 2024

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

STUNTING: Kantor Dinas Kesehatan Kota Ternate di Kelurahan Akehuda. Di mana pada 2024 lalu, angka stunting justru alami tren peningkatan

TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Angka stunting di Kota Ternate, Maluku Utara meningkat pada 2024.

Itu berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM).

Di mana jumlah balita stunting meningkat dari 303 anak pada Agustus 2023 menjadi 412 anak per Juni 2024.

Total jumlah balita yang tercatat juga mengalami penurunan dari 11.480 anak (2023) menjadi 10.269 anak (2024).

Baca juga: Pemprov Maluku Utara Diminta Bayar Tunggakan DBH Taliabu

Namun penurunan ini tidak sejalan dengan turunnya angka stunting, yang justru melonjak di berbagai wilayah.

Kantor Dinas Kesehatan Kota Ternate di Kelurahan Akehuda (Tribunternate.com/M Julfikram Suhadi)

Demikian disampaikan Staf Bidang Penanganan Stunting Dinas Kesehatan Kota Ternate Rulliy Agung Pratama, Selasa (22/7/2025). 

Ia menyebut, kenaikan ini turut mendongkrak prevalensi stunting dari 3,02 persen menjadi 4,1 persen. 

"Pulau Hiri tercatat sebagai wilayah dengan angka tertinggi, yakni 17,89 persen, naik dari 16,6 persen tahun sebelumnya, "katanya.

Lonjakan Kasus di Beberapa Wilayah

Lebih lanjut, pada 2023, wilayah dengan angka stunting tertinggi setelah Pulau Hiri adalah Kelurahan Jambula (7,79 persen) dan Kelurahan Sulamadaha (6,86 persen). 

Sementara pada 2024, Puskesmas Kalumpang mengalami lonjakan signifikan dari 2,52 persen menjadi 4,6 persen.

Meski prevalensi di Jambula sedikit menurun menjadi 6,98 persen, wilayah ini masih termasuk dalam lima besar.

"Lalu Puskesmas Siko dan Bahari Berkesan menjadi wilayah dengan angka terendah dengan 1,89 persen dan 1,12 persen, "jelasnya.

Lebih jauh bahwa salah satu penyebab utama stunting adalah pemahaman yang keliru soal pemberian ASI eksklusif pada balita.

"Lambung bayi usia 0–6 bulan masih sangat kecil. Pemberian makanan padat terlalu dini bisa mengganggu pertumbuhan."

"Setelah enam bulan, bayi baru boleh diberi makanan pendamping ASI sesuai usia, "ujarnya.

Agung menambahkan, Dinas Kesehatan sendiri telah menyiapkan berbagai strategi jangka pendek dan panjang. 

"Dalam waktu dekat, upaya difokuskan pada pemenuhan gizi ibu sebelum hamil, termasuk edukasi soal lingkar lengan ideal (minimal 23,5 cm), serta peningkatan konsumsi makanan bergizi" tuturnya

"Makanan yang baik dan cukup jumlahnya penting, karena ini memengaruhi kondisi psikologis ibu dan berat lahir bayi, "tambahnya.

Menurutnya, bayi yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram lebih rentan mengalami keterlambatan motorik.

Selain itu, imunisasi dasar dan pemberian vitamin juga menjadi prioritas, bersamaan dengan pelayanan kesehatan yang tepat sasaran.

Dalam jangka panjang, ia bilang Dinkes menekankan pentingnya perubahan perilaku Edukasi dan konseling berkelanjutan diberikan kepada ibu hamil, remaja, dan calon pengantin. 

Baca juga: Wali Kota Tidore Muhammad Sinen Buka Musrenbang RPJMD 2025-2029 

"Koordinasi lintas sektor termasuk dengan KUA juga dilakukan untuk menyasar calon pengantin agar siap secara gizi dan kesehatan, "ucapnya.

Ia menambahkan, Pemkot Ternate bersama Dinkes dan instansi terkait, terus mengacu pada petunjuk teknis Kementerian Kesehatan untuk mengoptimalkan penanganan stunting.

"Meski angka masih meningkat, kami optimistis upaya kolaboratif lintas sektor dapat memperbaiki kualitas gizi anak-anak ke depan, "punkgasnya. (*)

Berita Terkini