Virus Corona
Dananya Ditangguhkan oleh Donald Trump, WHO Dapat Dukungan dari PBB
PBB memberikan pembelaan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) setelah dananya ditangguhkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
TRIBUNTERNATE.COM - PBB memberikan pembelaan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) setelah dananya ditangguhkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dalam konferensi pers harian di Gedung Putih, sang presiden memerintahkan jajarannya untuk membekukan dana bagi induk kesehatan dunia itu.
Dalam klaimnya, Trump menyatakan bahwa WHO gagal dalam menjalankan tugasnya, dan harus bertanggung jawab atas segala perbuatan mereka.
Dia menuduh organisasi itu mendukung "disinformasi" China mengenai virus corona, yang berakibat wabah tersebut menjangkiti seluruh dunia.
Presiden 73 tahun itu mengatakan, Gedung Putih akan terus bekerja sama dengan WHO dalam mengejar apa yang dia sebut sebagai reformasi berarti.
Dia menambahkan, dana yang ditangguhkan itu bisa dicairkan lagi sembari Washington meninjau seperti apa peringatan organisasi itu akan virus corona dan Beijing.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres merespons ucapan Trump dengan menyatakan, saat ini bukan waktunya mengurangi pendanaan WHO atau organisasi lain di tengah pandemi.
"Saat ini adalah waktunya persatuan dan kerja sama komunitas internasional untuk menghentikan virus dan konsekuensinya," tegasnya.
Dilansir Al Jazeera Selasa (14/4/2020), organisasi yang dipimpin Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus itu tidak merespons pengumuman dari Trump.
Dr Nahid Bhadelia, pakar penyakit menular di Universitas Boston berujar, penangguhan dana bagi banda kesehatan seperti WHO bakal memberi bencana.
"Memotong 15 persen (kontribusi AS) atas anggaran WHO selama wabah terbesar dalam 100 tahun terakhir ini jelas merupakan bencana," kata Bhadelia di Twitter.
Dia menjelaskan, WHO adalah mitra teknis global, di mana negara berdaulat membagi data atau teknologi, dan menjadi mata dunia di tengah pandemi.
Permainan menyalahkan
Presiden ke-45 AS, yang mendapat tekanan hebat karena dianggap lambat menangani Covid-19, terlibat ketegangan dengan WHO dalam sepekan terakhir.
Saat ini, AS adalah episentrum Covid-19 dunia, dengan melaporkan lebih dari 600.000 kasus positif dan korban meninggal mencapai 26.000.