Virus Corona
Terendah Sepanjang Sejarah, Harga Minyak Mentah Anjlok di Bawah 0 Dollar AS Karena Corona
Harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) anjlok ke level negatif atau berada di bawah 0 dollar AS.
TRIBUNTERNATE.COM - Harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Senin (20/4/2020) waktu setempat menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah.
Di mana harga minyak acuan itu anjlok ke level negatif atau berada di bawah 0 dollar AS per barrel.
Ini merupakan kali pertama harga minyak acuan WTI berada di zona negatif.
Dikutip dari Financial Times, Selasa (21/4/2020), harga minyak acuan WTI untuk pengiriman Mei 2020 sempat anjlok 250 persen ke level -40,32 dollar AS per barrel.
Pada akhir perdagangan Senin, seperti dikutip dari Oilprice.com, harga emas hitam ini ditutup pada -37,63 dollar AS per barrel.
Tidak adanya lagi ruang penyimpanan di AS, mengakibatkan harga minyak terjun bebas di pasar global.
Harga minyak jenis WTI yang berada di bawah 0 dollar AS per barrel, menjadi bukti terpukulnya sektor energi oleh pandemi virus corona (Covid-19).
• Erick Thohir Copot Refly Harun dari Jabatan Komisaris Utama Pelindo I, Perlu Refreshing di Pelindo
• Setelah Corona dan Covid, Kini Bayi Baru Lahir Diberi Nama Sanitiser, Ini Harapan Orangtua
Pasalnya, banyak negara di dunia memutuskan untuk menerapkan lockdown guna menekan penyebaran Covid-19.
Hal tersebut kemudian berimbas terhadap melemahnya permintaan minyak mentah.
Harga minyak acuan jenis Brent juga mengalami penurunan sebesar 9 persen, ke level 25 dollar AS per barrel.
Berbeda dengan WTI, Brent merupakan minyak mentah yang pengangkutannya dilakukan melalui kapal, sehingga pengiriman bisa langsung di lakukan ke wilayah dengan permintaan tinggi.
Kedua harga jenis minyak tersebut sudah terkoreksi lebih dari 50 persen sejak perdagangan awal tahun ini.
Pada Januari 2020, baik minyak jenis WTI maupun Brent masih dijual di atas 65 dollar AS per barrel. (Kompas.com/Rully R. Ramli)
Harga Minyak Minus Karena Corona, Pertamina borong minyak
Diberitakan sebelumnya, harga minyak dunia anjlok tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Bahkan, harga minyak yang diperdagangkan di kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) saat ini sudah minus alias di bawah nol.
Dilansir dari CNN, Selasa (21/4/2020), harga minyak di Amerika Serikat (AS) anjlok di titik terendahnya menjadi -37,63 dollar AS per barel.
Itu level terendah sejak NYMEX membuka perdagangan berjangka minyak pada tahun 1983.
Merosotnya harga minyak ini terjadi karena lesunya permintaan di AS maupun global.
Harga kontrak pada pengiriman Mei sebenarnya akan segera berakhir, saat ini para pembeli fokus pada pembelian untuk kontrak pada bulan Juni 2020.
Dengan harga minyak yang minus pada kontrak, berarti pedagang atau pemilik minyak harus membayar pada setiap minyak yang terjual kepada pembelinya.
• Bantah Semua Aksi Kriminalitas karena Ulah Napi Asimilasi Corona, Yasonna Laoly: Tidak Demikian
• Hewan Anjing di Inggris Dilatih untuk Indentifikasi Pasien Positif Corona
Pada kontrak berjangka Juli, harga minyak berada di level 22 dollar AS per barel.
Sementara minyak mentah Brent juga menurun drastis, meski tak separah pada penurunan di WTI.
Minyak mentah Brent masih bisa dijual di harga 25,57 dollar AS per barel atau turun 9 persen.
"Tidak ada seorang pun di AS yang menginginkan minyak dalam jangka pendek," jelas Jeffeey Halley dari Oanda, perusahaan broker minyak dan forex dari San Fransisco.
Sebelumnya, Arab Saudi, Rusia, dan produsen minyak dunia lain sudah sepakat untuk memangkas volume produksi hingga 9,7 juta barel per hari sebagai upaya untuk menahan tren merosotnya harga.
Pandemi virus corona atau Covid-19 jadi penyebab dominan anjloknya permintaan minyak mentah dunia.
Perlambatan ekonomi dan pembatasan aktivitas secara global membuat konsumsi minyak turun drastis.
Bahkan, negara seperti Jepang harus memangkas impor minyaknya dalam jumlah sangat besar.
Kesepakatan untuk memangkas produksi oleh OPEC sepekan lalu ternyata sudah terlambat untuk menghadapi turunnya sepertiga permintaan global.
Beberapa perbankan di Asia sudah enggan memberikan kredit kepada pedagang komoditas karena risiko gagal bayar yang tinggi.
Anjloknya harga minyak mentah ini memukul perusahaan-perusahaan yang berada di sektor hulu migas.
Perusahaan seperti Schlumberger dan Halluburton kini berada di periode suram akibatnya rendahnya harga minyak.
Pertamina borong minyak
PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menambah impor minyak mentah selama harga minyak dunia terkoreksi lebih dari 50 persen pada beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya sudah melakukan pembelian 10 juta barel minyak mentah, ketika harga minyak mentah berjangka jenis Brent sempat berada di kisaran 24 dollar AS per barrel.
Menurut dia, melemahnya harga minyak dunia merupakan momentum yang tepat bagi perseroan untuk menambah stok dari luar negeri di tangki penyimpananan.
"Ketika harga minyak Brent 24 dollar AS (per barrel), kami melakukan pembelian tambahan sebanyak 10 juta barel.
Sebagian sudah kita beli dan minggu ini juga kita beli," ujar Nicke dalam rapat panitia kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4/2020).
Selain itu, Pertamina juga memutuskan untuk menambah impor BBM jenis gasoline sebesar 9,3 juta barrel.
"Untuk gasoline khususnya RON 92 kami bisa mengoptimalkan storage yang ada, kami dapat melakukan pembelian dari luar yang harganya murah rencananya total 9,3 juta barel," kata dia.
Pertamina menilai, dengan adanya pelamahan harga dunia, impor minyak menjadi opsi yang lebih efisien, ketimbang harus menyerap produksi dalam negeri.
"Crude sumur domestik contoh dari Blok Rokan dan dari Exxon Cepu harganya sangat tinggi. kalau kita tetap serap dalam kondisi Covid-19 akan berdampak HPP meningkat tajam, di sisi lain crude impor sedang murah," tutur dia. (KOMPAS.com/Rully R Ramli)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terburuk Sepanjang Sejarah, Harga Minyak Mentah Anjlok di Bawah 0 Dollar AS" dan dan "Harga Minyak Minus Karena Corona, Terendah Sepanjang Sejarah"