Virus Corona
Buat Pakar Kaget, Ternyata Ini Cara Unik Jepang Tangani Virus Corona hingga Status Darurat Dicabut
Pemerintah Jepang mencabut keadaan darurat di lima wilayah termasuk yang mencakup ibu kota Tokyo, Senin (25/5/2020) malam.
TRIBUNTERNATE.COM - Pemerintah Jepang akhirnya mencabut status darurat nasional di negaranya pada pada Senin (25/5/2020).
Padahal sebelumnya, banyak pakar yang menilai kasus virus corona di Jepang bisa sulit ditangani.
Namun baru-baru ini Perdana Menteri Shinzo Abe menyebutkan, mereka mempunyai pendekatan unik untuk menangani virus corona.
Keadaan darurat pandemi virus corona diumumkan pada 7 April di seluruh Jepang, tetapi tidak ada paksaan hukum bagi warga yang melanggar.
PM Abe hanya meminta warga untuk tidak keluar rumah, sekolah diliburkan, dan bisnis yang tidak penting ditutup atau mengurangi jam beroperasi.
Sekarang keadaan darurat sudah dicabut di 42 kawasan dari seluruh 47 kawasan yang ada di "Negeri Sakura".
Enam minggu setelah terus menurunnya angka penularan, Pemerintah Jepang mencabut keadaan darurat di lima wilayah termasuk yang mencakup ibu kota Tokyo, Senin (25/5/2020) malam.
PM Abe mengatakan, Jepang sudah menetapkan "kriteria paling ketat" di dunia mengenai keadaan darurat yang bisa dilonggarkan.
• Jika Vaksin Virus Corona Belum Ditemukan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Tak Akan Buka Sekolah
• UPDATE Sebaran Virus Corona di Indonesia Selasa (26/5/2020): Tambah 89, Kasus di DKI Capai 6.798
"Jepang tidak menetapkan kebijakan tidak keluar rumah disertai ancaman hukuman bagi pelanggar, setelah pernyataan keadaan darurat," kata Abe.
"Walau begitu, kami berhasil menangani penularan dalam waktu satu bulan setengah, dengan pendekatan yang unik. Ini menunjukkan kekuatan model Jepang," jelasnya.
Mengejutkan sejumlah pakar
Strategi penanganan virus corona di Jepang yang disebut " lockdown ringan" dikritik oleh beberapa pakar kesehatan karena diperkirakan langkah tersebut tidak akan cukup untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Jepang memiliki jumlah penduduk lanjut usia tertua di dunia, dengan jaringan transportasi kereta yang padat dan jumlah tes virus corona yang jadi salah satu terendah di dunia.
Sampai Mei ini, Jepang hanya melakukan tes virus corona kepada dua orang per 1.000 penduduk.
Sebagai perbandingan, di Australia ada 40 tes per 1.000 orang.
Namun, Jepang terhindar dari malapetaka virus dengan mencatat 840 kematian di negeri yang memiliki 126 juta penduduk tersebut.
Sebagai perbandingan, Jerman dengan 83 juta penduduk mencatat 8.000 kematian.
Para pakar tidak tahu persis mengapa Jepang bisa terhindar dari penyebaran wabah besar seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Namun, diperkirakan kombinasi beberapa faktor menjadi penyebab dapat ditekannya pandemi ini, yakni penggunaan masker, perilaku individu soal sanitasi yang bagus, sistem layanan kesehatan berkualitas tinggi, dan pendeteksian kontak invidividu.
• BREAKING NEWS: Tambah 415, Jumlah Kasus Virus Corona di Indonesia Jadi 23.165 per 26 Mei 2020
• Via Vallen Ungkap Kondisi Sang Adik setelah Positif Corona, Isolasi Mandiri, Kulit Tambah Bersih
Mempersiapkan " new normal"
PM Abe memperingatkan warga Jepang bahwa mereka harus mempersiapkan diri dengan kehidupan "new normal".
Dia mengatakan, warga harus menghindar dari tiga hal yakni ruangan tertutup, tempat kerumunan, serta kontak dekat dengan orang lain.
Dia menuturkan, mereka tidak boleh sampai menurunkan tingkat kewaspadaan.
Sebab, virus corona bisa kembali menghantam dengan cepat.
"Kita harus menciptakan gaya hidup baru. Mulai dari sekarang, kita harus mengubah cara berpikir kita," jelas Abe dalam konferensi pers.
Masing-masing kawasan di Jepang kini diperbolehkan untuk menerapkan aturan sendiri sesuai dengan keadaan di sana.
Di Tokyo, restoran dan bar diizinkan buka sampai pukul 22.00, sedangkan sekolah, perpustakaan, dan museum sudah boleh buka kembali.
Bila tingkat penularannya terus rendah dan stabil, teater, klab malam, karaoke, dan tempat-tempat pertunjukan musik boleh dibuka kembali.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Jepang adalah memperbaiki perekonomian yang mengalami dampak parah karena pandemi.
Negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini sekarang secara teknis berada dalam keadaan resesi.
PM Abe mengatakan, pemerintahannya sedang mempersiapkan paket baru bantuan ekonomi senilai 1,5 triliun dollar AS (Rp 22.132 triliun) untuk membantu bisnis bangkit kembali.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melihat Cara Unik Jepang Tangani Virus Corona"