Virus Corona
Studi Baru: Berbicara di Dalam Ruangan Berisiko Lebih Tinggi Sebarkan Covid-19 daripada Batuk
Sebuah studi baru menunjukkan, di ruangan dengan ventilasi udara yang buruk, Covid-19 dapat lebih mudah menyebar lewat berbicara ketimbang batuk.
TRIBUNTERNATE.COM - Virus corona baru penyebab penyakit Covid-19 memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi.
Namun, kini hal yang harus diwaspadai adalah potensi penularan virus corona saat berbicara dalam ruangan (indoor).
Dikutip TribunTernate.com dari laman livescience.com, sebuah studi baru menunjukkan, di ruangan dengan ventilasi udara yang buruk, Covid-19 lebih mudah menyebar lewat berbicara ketimbang batuk.
Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa dalam kondisi itu, virus dapat menyebar ke radius lebih dari dua meter hanya dalam waktu beberapa detik.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa social distancing atau jaga jarak saja tidak cukup untuk mencegah penularan Covid-19.
Masker dan ventilasi udara yang cukup juga menjadi faktor penting untuk mengurangi risiko penularan.
Baca juga: Penjelasan Dokter Forensik tentang Dokter di Palembang yang Meninggal Dunia Sehari setelah Divaksin
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sebut Testing Covid-19 Indonesia Salah, Bagaimana Pandangan Epidemiolog?

Pada Oktober 2020 lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah resmi menyatakan bahwa virus corona baru SARS-CoV-2 dapat menyebar lewat udara (airborne transmission).
Ini artinya, partikel droplet kecil yang mengandung virus masih bisa bertahan di udara, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan pada Selasa (19/1/2021) dalam jurnal Proceedings of the Royal Society A, para peneliti menggunakan model matematika untuk melihat bagaimana Covid-19 menyebar di dalam ruangan.
Ada beberapa variabel yang diteliti, seperti ukuran atau luas ruangan, jumlah orang yang ada di dalamnya, seberapa baik ventilasi udara tersebut, dan apakah orang-orang di dalamnya mengenakan masker.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika ada dua orang di dalam ruangan berventilasi buruk dan tidak mengenakan masker, berbicara dalam waktu yang lama dapat menyebarkan virus lebih banyak ketimbang batuk kecil.
Hal itu karena ketika seseorang berbicara, ia akan mengeluarkan droplet-droplet kecil yang masih dapat melayang di udara, menyebar sekaligus terakumulasi di dalam ruangan tanpa ventilasi yang memadai.
Di sisi lain, batuk memang bisa menghasilkan droplet yang lebih besar, tetapi droplet besar itu dapat jatuh ke lantai atau permukaan dengan lebih cepat.
Dalam satu model skenario, para peneliti menemukan bahwa setelah batuk kecil atau singkat, sejumlah partikel menular di udara akan jatuh dalam waktu satu hingga tujuh menit.
Sebaliknya, setelah berbicara selama 30 detik, partikel yang mengandung virus baru dengan jumlah yang sama baru akan jatuh ke lantai atau permukaan setelah 30 menit.
Kemudian, sejumlah besar partikel masih melayang di udara setelah satu jam.
Dengan kata lain, satu dosis partikel virus yang mampu menyebabkan infeksi akan bertahan di udara lebih lama setelah keluar dari mulut saat berbicara ketimbang batuk.
Dalam skenario model ini, jumlah droplet yang dikeluarkan saat seseorang berbicara selama 30 detik sama dengan yang keluar ketika seseorang batuk selama 0,5 detik.
Baca juga: Perlukah Memakai Masker saat Nyetir Mobil Sendiri? Simak Penjelasannya
Akan tetapi, mengenakan masker dapat mengurangi jumlah partikel virus corona yang menular di udara.
Sebab, masker dapat memfilter beberapa droplet dan memperlambat momentum seseorang menghirup partikel yang mengandung virus.

Selain itu, ventilasi juga menjadi faktor yang penting.
Salah satu model skenario menemukan bahwa ketika seseorang yang terinfeksi Covid-19 berbicara di dalam ruangan (indoor) selama stau jam, orang di sekitarnya akan mendapat 20 persen risiko terinfeksi.
Namun, risiko ini dapat menjadi tiga kali lebih kecil ketika udara dalam ruangan 10 kali berganti sepenuhnya setiap jamnya.
Perlu diketahui, dalam ruangan yang berventilasi baik, biasanya ada 10 hingga 20 kali pergantian udara setiap jam.
"Ventilasi udara... adalah salah satu faktor yang paling penting dalam meminimalisir risiko terinfeksi Covid-19 di dalam ruangan (indoor)," kata penulis yang berasal dari University of Cambridge dan Imperial College London dalam penelitian mereka.
"Pengetahuan kami mengenai penularan SARS-CoV-2 lewat udara (airborne transmission) telah berkembang dalam kecepatan yang luar biasa, meski baru satu tahun sejak virus ini pertama kali teridentifikasi," kata penulis studi, Pedro de Oliveira dari Jurusan Teknik University of Cambridge dalam sebuah pernyataan.
"Kami menunjukkan bagaimana droplet-droplet kecil dapat berakumulasi di dalam ruangan dalam waktu yang lama, dan bagaimana hal ini dapat dimitigasi oleh ventilasi udara yang memadai," lanjutnya.
Baca juga: Direktur Jenderal WHO: Covid-19 Bukanlah Pandemi Terakhir yang Dihadapi Dunia
Para peneliti dalam studi ini telah menggunakan temuan mereka untuk menciptakan sebuah online tool gratis yang dinamai Airborne.cam.
Online tool itu dapat menunjukkan bagaimana ventilasi udara dan faktor-faktor lainnya mempengaruhi risiko penularan virus di dalam ruangan.
Airborne.cam dapat membantu orang-orang yang menata tempat kerja atau ruang kelas mengetahui apakah ventilasi udara cukup atau tidak.
SUMBER: livescience.com
(TribunTernate.com/Rizki A.)