Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Sama Bahayanya dengan Krisis Iklim, Polusi Suara yang Ditimbulkan Manusia Ancam Kehidupan di Laut

Selama 50 tahun terakhir, polusi suara di lautan meningkat akibat aktivitas manusia, dan itu mengancam ekosistem laut.

Pexels.com/Francesco Ungaro
ILUSTRASI Kehidupan laut. Kerusakan yang disebabkan oleh kebisingan sama berbahayanya dengan penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing), polusi, dan krisis iklim. 

Paus baleen menghasilkan seruan untuk membantu kohesi kelompok dan reproduksi.

Bunyi paus baleen itu dapat melintasi cekungan laut.

Sementara, paus bungkuk biasa menyanyikan irama yang kompleks dan memiliki dialek regional saat musim kawin.

Paus sperma dan berbagai jenis lumba-lumba serta porpoise menggunakan sonar untuk mencari mangsa.

Hewan lain menggunakan suara untuk mencari makan, misalnya, beberapa jenis udang mengeluarkan suara "jepret" untuk mengejutkan mangsanya.

Namun, selama 50 tahun terakhir, polusi suara di lautan meningkat akibat aktivitas manusia, dan itu mengancam ekosistem laut.

Peningkatan ekspedisi atau pengiriman barang antar wilayah lewat laut telah meningkatkan kebisingan frekuensi rendah di rute utama sebanyak 32 kali, kata penelitian tersebut.

Kapal penangkap ikan menggunakan sonar untuk menemukan kawanan ikan, sementara kapal pukat dasar membuat suara gemuruh.

Pembangunan dan pengoperasian rig minyak dan ladang angin (wind farm) lepas pantai juga menyebabkan polusi suara, seperti halnya ledakan bom Perang Dunia II di Laut Utara.

“Ikan, kerang, kepiting, dan karang semuanya mendengar suara dan memanfaatkannya untuk mencari tempat yang sehat untuk membuat rumah,” kata Simpson.

“Jadi kebisingan dari aktivitas pengiriman atau konstruksi menghilangkan rasa memiliki rumah itu. Ini juga berarti bahwa paus yang mungkin hidup dalam satu keluarga dan berburu dalam area seluas lebih dari ratusan mil harus hidup dalam jarak 10 mil dari satu sama lain untuk dapat berkomunikasi."

“Kami menemukan bahwa hewan juga secara langsung merasakan stres oleh kebisingan, sehingga mereka membuat keputusan buruk yang sering kali menyebabkan kematian,” katanya, mencatat bahwa suara dari perahu motor di Great Barrier Reef di Australia menyebabkan kematian satwa laut dua kali lipat akibat predator.

Sementara itu, peneliti lain di luar review asesmen ini mengaminkan hal yang sama.

“Kebisingan bawah air adalah masalah serius dan terus meningkat,” kata Profesor Daniel Pauly dari University of British Columbia di Kanada, yang bukan bagian dari tim peninjau dalam penelitian ini.

“Tingkat kebisingan yang dihadapi mamalia laut sangat merusak… Gelombang suara di bawah air jauh lebih ganas daripada gelombang suara di udara,” lanjutnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved